Kalian berjanji akan pergi keluar bersama pukul enam lebih sehingga pas dengan jam makan nanti, setidaknya itu yang Todoroki sampaikan siang tadi. Kau yang memang tidak tahu akan makan dimana malam ini dengan senang hati menyambut tawarannya. Keberuntungan seperti itu tidak dapat di tolak 'kan?
"Kau yakin dia memberikan itu secara cuma-cuma?" Tanya Todoroki sambil menggiring sepeda yang disewanya di dekat penginapan.
"Yah, begitulah," balasmu sekenanya.
Todoroki menggeleng kecil lalu terkekeh, "teman yang hebat ya?"
Kau mengulum senyum mengingat betapa absurd-nya sahabatmu sejak kecil itu, dia memang tidak akan sungkan berbagi apa pun denganmu. "Kau sendiri memiliki sahabat yang seperti apa?"
Todoroki menoleh ke samping, memandangi lampu-lampu jalan di bawah sana. "Kurasa mereka orang yang menyenangkan," ucapnya, sekilas matamu dapat menangkap keraguan di matanya sebelum dia kembali memalingkan wajah.
"Ah, kau suka sushi?" Tanyanya begitu kalian mulai memasuki jalan utama.
Kau mengangguk, "tentu saja, memangnya ada orang yang tidak menyukainya?"
Todoroki tersenyum, "jika berada di sini, kau harus mencoba makan di tempat ini." Todoroki menggiringmu menuju jalanan yang ramai dengan restoran-restoran khas daerah dan makanan Jepang lainnya.
Kalian duduk berdua di sebuah restoran yang memiliki desain jaman kerajaan, "desainnya membuatku terasa kembali pada masa lampau," kekehmu sambil memperhatikan detail-detail di dindingnya.
Todoroki hanya tersenyum, lalu berujar pelan, "aku sering pergi ke tempat ini."
Kau mengangkat alis, "benarkah?"
Dia mengangguk, "aku masih memiliki beragam tempat lain yang harus kau datangi."
Senyuman di wajahmu mengembang, "pastikan tempat itu menarik!"
"Tenang saja, aku sudah berjanji bukan?"
Kalian berhenti berbincang ketika seorang pelayan meletakkan dua nampan di atas meja, kau tersenyum senang saat melihat asap mengepul dari kuah yang kau pesan dan aroma gurih yang kuat.
"Itadakimasu!" Ucapmu yang dilanjutkan Todoroki.
Selama lima belas menit kalian makan tanpa berbincang apa pun, prinsipmu sejak dulu adalah 'jangan makan sambil bicara.'
"Bagaimana?"
"Rasanya sangat gurih dan kenyal. Rasa asam serta asinnya juga terasa sangat pas di dalam mulut," jawabmu.
Todoroki tertawa pelan, "kau seperti juri-juri di sekolah Shokugeki saja."
Bibirimu mengerucut kesal, "aku pandai memasak loh gini-gini."
Todoroki tertawa kecil, "aku tidak bertanya."
Kau merotasikan mata, sementara mulutmu masih sibuk mengunyah suapan terakhir.
Setelah selesai dari sana, Todoroki mengajakmu untuk mendatangi festival musim panas. Sebuah festival spesial untuk menyambut musim panas, setidaknya itulah yang di jelaskan oleh Todoroki selama perjalanan, tentu saja.
"Ini bunga untukmu." Seorang gadis cantik dengan kimono menyerahkan setangkai bunga matahari padamu begitu kau melewati stan permainan.
Kau tersenyum sopan lalu mengucapkan 'arigatou' sebelum mengambilnya.
"Mereka selalu memberikan itu, sebagai lambang kebahagiaan untuk menyambut musim penuh berkat ini."
Kau menghela napas pelan dengan selesainya Todoroki berbicara, kau membenci musim padahal. Bukankah rasanya akan sedikit aneh jika kau yang menerima?
"Kalau begitu, kau ambil saja bunganya." Kau menyodorkan bunga itu di hadapannya.
Todoroki berdecak, "simpan saja. Kalau kau tidak suka dengan artinya, anggaplah itu kenangan akan pertemuan kita." Lalu pemuda itu tersenyum.
Sial. Jantungmu berdetak tidak karuan sekarang.
"Oh ya,"
Kau menoleh, mendapati Todoroki yang merona. "Jika kau memberikannya pada lawan jenis itu berarti kau menyatakan cinta padanya. Seolah mengatakan, mari berbahagia bersama."
Sial. Wajahmu memanas sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Holiday | Shoto Todoroki
Fiksi Penggemar"Dia memberimu 4 alasan untuk menyukai musim panas." Kau membenci musim panas, musim itu terasa seperti kutukan. Dan, sahabat seperjuanganmu memutuskan untuk mengirimu berlibur di sebuah pulau. ∘ ───♡༉─── ∘ 【 Gorgeous cov...