【 DAY 4 】

558 104 0
                                    

Kau terbangun dengan ketukan dari pintu kaca di balkon yang tidak kunjung berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau terbangun dengan ketukan dari pintu kaca di balkon yang tidak kunjung berhenti. Kau mendesah malas, "ya, ya."

Dengan setengah sadar kau menggeser pintu tersebut. Kau mengangkat alismu begitu melihat Todoroki yang berdiri dalam keadaan rapih dan wangi sekaligus caranya dapat berada di sana. Jelas dia melompat.

"Kau ingin kemana?"

"Kenapa lama sekali?"

Kau merenggangkan tubuh, "kenapa tidak masuk saja? Lalu, setidaknya kau bisa menggunakan cara yang lebih manusiawi." Kepalamu ditudingkan pada pintu di dalam.

Todoroki berdecak lalu duduk di sofa dan menyalakan televisi. "Kau perempuan, lagipula tidak mungkin aku masuk seenaknya."

Kau meringis begitu mendengar alasannya, "jadi apa rencanamu?" Kau kembali merebahkan tubuh di atas kasur, memandangi langit-langit sambil menunggu jawaban pemuda itu.

"Bisa naik sepeda?"

Kau hanya bergumam sebagai jawaban.

"Kalau begitu cepat bersiap dan gunakan pakaian santai," ujar Todoroki.

Meski godaan untuk kembali memejamkan mata masih ada, kau bangkit dari posisimu dan berjalan gontai menuju kamar mandi.

Setelah bersiap-siap selama setengah jam kau akhirnya keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar, kakimu melangkah mendekati Todoroki.

"Jadi bagaimana?"

Todoroki menoleh lalu tersenyum, "ayo."

[    🌻    ]


Kau merutuki ide bodohmu untuk lomba balap sepeda dengannya, Todoroki dapat bergerak dengan sangat cepat dan gesit. Rasanya mustahil untuk dikalahkan.

Todoroki terkekeh melihatmu yang sudah banjir keringat, "sebaiknya kau berolahraga lebih banyak."

"Terima kasih sarannya," decakmu sambil memarkirkan sepeda. Benar, seharusnya kau tidak mengajak seseorang dengan tubuh sehat secara fisik. Terlebih setelah melihat tubuhnya yang kekar, berbanding jauh denganmu.

Tanpa memberikanmu istirahat sejanak, dia langsung meraih lenganmu dan menarikmu menuju pantai.

"Lepas saja sandalmu."

Kau menuruti permintaannya dan meletakkan sepasang sandal dengan warna favoritmu di samping sandal biru miliknya.

Angin dingin yang berhembus dengan pelan menyapu kulitmu serta ombak yang sesekali membasahi kakimu, rasanya cukup menyenangkan sehingga membuatmu tersenyum.

Todoroki sendiri hanya berdiri di tepi pantai dan sibuk dengan kameranya.

Setelah bosan berjalan-jalan kau memilih duduk di atas bebatuan, menunggu matahari terbit.

"Arigatou." Meski pelan, kau mendengar satu kata itu keluar dari mulutnya. Todoroki ikut duduk sisimu, dengan kamera yang tergantung di lehernya.

Kau menggigit bibirmu dan menggengam tangannya, "ayahku mati di liburan musim panas beberapa tahun lalu, itu semua karena kebodohanku." Kau menatap langit yang perlahan mulai bermandikan warna oranye, "dia memberikan jantungnya padaku."

"Terima kasih kalau begitu," kau menoleh dan menatapnya dengan bingung, "karena sudah bertahan hingga kita bisa bertemu seperti ini." Dia tersenyum. "Kau tahu, aku sudah membulatkan tekad untuk pergi selamanya setelah liburan ini berakhir." Todoroki menarik napas sebelum melanjutkan, "tapi kau datang di sana dan menggagalkannya."

"Kau memaksaku untuk menjadi orang yang lebih baik," kekehnya sambil menatapmu.

Matahari kini sudah sepenuhnya berada di langit, warna-warni oranye bersemburat pink kini sudah memudar terganti dengan biru cerah.

"Todoroki," mendengar namanya disebut, pemuda itu menoleh, kau langsung menyiram air laut ke arah wajahnya lalu tersenyum penuh kemenangan.

Dia berdecak, lalu bangkit berdiri dan mengejarmu.

Kau terkekeh, "kau lambat!" Seruanmu tidak di gubris olehnya yang masih setia mengejarmu. Kau langsung mengenakan sandal dan menaiki sepedamu, meninggalkan Todoroki di belakang.

"Oi!" Serunya.

Kau tersenyum dan melambaikan tangan, "kejar aku sampai di ujung."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Summer Holiday | Shoto TodorokiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang