Tanganmu meraba-raba sisi kasur, berusaha mencari jam yang menjadi sumber kebisingan di pagi buta.
Dapat.
Kau memandangi jarum-jarum di jam itu, pukul lima pagi. Setidaknya jadwal pesawatmu pukul sebelas siang, masih tersisa enam jam untuk bersantai dan tidur.
Ah, ya. Aku harus berangkat lebih awal.
Dengan setengah malas kau bangun dan mandi. Semua barang sudah kau rapihkan sejak semalam, jadi kini hanya tinggal merapihkan pakaian tidur dan beberapa sabun.
Kau memandangi pintu cokelat kayu itu lalu tersenyum.
[ 🌻 ]
Todoroki melebarkan matanya, lalu bangkit dan berganti pakaian dengan tergesa-gesa. Sial, sial, sial, rutuknya. Padahal ia sudah berjaga sejak semalam tapi malah jatuh tertidur saat pagi.
Pemuda itu langsung menuju resepsionis, menggunakan taksi akan lebih cepat jika menuju bandara.
Setelah memberikan tip pada pria itu, Todoroki berlari keluar dan memasuki taksi yang baru saja berhenti. "Bandara, cepat."
Sopir itu mengganguk tanpa bertanya-tanya lebih jauh, sesuai permintaan penumpangnya, dia menjalankan mobil dengan kecepatan penuh.
Perjalanan itu menghabiskan waktu hampir setengah jam, sekarang sudah pukul sepuluh kurang lima belas, menyisakan waktu sedikit untuknya mencari dirimu.
Dia merutuki keteledorannya yang tidak sempat menanyakan nomor ponsel milikmu padahal memiliki banyak kesempatan. Jika dia sempat bertanya, ia tidak harus berputar-putar seperti orang gila di dalam sana.
"Kumohon," ucapnya pelan.
Ia berlari tanpa arah yang jelas, bahkan rasanya ia sudah berputar di tempat yang sama lebih dari tiga kali, bandara ini kecil tapi mengapa menemukan seseorang terasa sukar sekali?
"Todoroki-kun?"
Todoroki menghentikan langkahnya perlahan, diam mematung. Akhirnya dia bisa menemukanmu, meski sekarang ia tidak tahu apa yang harus dilakukan atau ucapkan lebih dulu. Pikirannya kosong, dia tidak menyiapkan kata untuk perpisahan yang terlalu mendadak seperti ini.
Kau tersenyum tipis, "kebetulan sekali ya," ucapmu pelan.
Todoroki menelan salivanya dan berjalan mendekat. "Setidaknya kau harus memberitahuku kalau akan pergi sepagi itu 'kan?"
Kau menggaruk tengkuk dengan canggung, "Maaf. Aku,"
Todoroki mendesah dan memotong perkataanmu, "tidak. Aku yang minta maaf," pemuda itu mengeluarkan sebuah kotak berbentuk oval, "aku tidak bisa membuatmu menyukai musim panas." Dia mengeluarkan sebuah gelang berbandul bunga matahari.
"Kurasa aku gagal memenuhi janjiku," kekehnya, dia meraih lenganmu dan memasangkannya gelang tersebut. "Meski begitu, ini adalah bentuk ikatan dan hadiah dariku, kau sudah menjalankan quest-nya dengan baik."
Kau terkekeh, "terima kasih untuk semuanya. Maaf karena aku tidak bisa memberikan apa pun padamu saat ini."
Todoroki menggeleng, "tidak masalah, tapi berjanjilah kau akan mencoba menyukai musim panas."
"Hmm, kalau begitu aku akan memberikan balasan untukmu di musim panas berikutnya sambil menunggumu." Kau mengulurkan kelingkingmu, Todoroki tersenyum dan membalasnya.
"Yakusoku."
.·:*¨¨*:·.'·.,¸,•∷◞❦◟∷•,¸,.·´.·:*¨¨*:·.
┆ ┆ ┆ ┆
┊ ┊ ┊ ┊
┊ ┊ ┊❀
┊ ┊♡
┊ ❀
✧Hola !
Makasih buat kalian yang sudah baca cerita absurd ini sampe akhir T-T dan memberikan voment.
Maaf kalo masih banyak kekurangan di cerita ini, misalnya ada plot hole, alur yang gaje ato absurd, dll (ó﹏ò。)
Okee, sekian ! Sampai jumpa di project selanjutnya ! Jangan lupa cek cerita mem Fragments yang lain!
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Holiday | Shoto Todoroki
Fanfiction"Dia memberimu 4 alasan untuk menyukai musim panas." Kau membenci musim panas, musim itu terasa seperti kutukan. Dan, sahabat seperjuanganmu memutuskan untuk mengirimu berlibur di sebuah pulau. ∘ ───♡༉─── ∘ 【 Gorgeous cov...