Hujan membasahi taman di sekelilingku. Aku mencoba untuk sedikit berlari dan mencari tempat teduh.
Ya, Jakarta kembali diguyur hujan lebat.
Aku menatap kedepan dengan tangan yang memeluk badanku sendiri karena suhu udaranya menjadi dingin. Sudah mau masuk bulan november, pantas saja hujannya lebat.
Aku mengambil earphone disaku hoddieku, lalu menyambungkannya ke ponsel dan meletakkan earphone itu kelubang telinga, lalu kemudian tanganku bergerak mencari daftar musik yang menenangkan, dan memutarnya.
Aku menikmati moment moment ini. Sungguh!
Sungguh moment ini selalu saja membawaku untuk bernostalgia ke masa dimana aku bertemu dengan gadis itu, gadis lumpuh kakinya dan buta matanya yang berhasil merubah hidupku 360°
Waktu itu juga diguyur hujan seperti ini....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.21 november 2016
"Bro, gue duluan ya. Udah malem soalnya" pamitku kepada temanku, Rizky Atahir namanya
"Yakin lo mau pulang? diluar kan hujan"
"Tenang, gue bawa payung kok"
"Lah?"
"Haha sekarang kan musim hujan jadi gue sedia payung sebelum hujan hahaha" tawaku di akhir kalimat
"mantap lah, udah pulang sana"
Aku mengacungkan jari jempol kepadanya sebelum berlalu meninggalkan Club itu. Clubbing House adalah tempat aku dan teman-temanku sering berkumpul.
Aku berjalan di zebra cross, menerobos hujan dengan payung berwarna hitam dan sepatu Adidas berwarna hitam putih.
Aku bisa saja membawa motor atau mobil dari rumah sebelum pergi ke Club, tapi ntah alasannya hari ini aku lebih memilih untuk berjalan. Padahal jarak Clubbing dari rumahku lumayan jauh jika berjalan kaki saja.
Naik taksi atau ojek? Ntahlah aku tidak berminat untuk sekarang.
Aku hanya ingin berjalan, membawa payung dan menelusuri jalan yang becek akibat air hujan yang semakin deras.
Aku tidak tahu ini takdir atau apa, saat itu aku melihat seorang gadis tergeletak di sisi toko yang sudah tutup karena sekarang memang sudah larut malam.
Aku penasaran, apa yang di lakukan seorang wanita tengah malam begini disini sendirian?
Hemmm tunggu, aku seharusnya tidak perlu peduli padanya. Toh aku juga suka melihat orang susah.
Tanpa mempedulikan gadis malang itu, aku terus berjalan melewatinya dengan suara hujan yang menghantam payung hitamku.
Sampai akhirnya aku kembali ke rumah, suasana rumah yang sepi membawaku ke kamar. Aku tinggal dengan kedua orangtua ku, satu adik perempuan, dan beberapa asisten rumah tangga.
Ku hempaskan tubuhku ke kasur besar dikamarku. Ah nyaman sekali rasanya.
Jrassss glarr
Hujannya tambah lebat, ada petir juga.
Aku penasaran apa yang akan dilakukan gadis tadi disana?
Astaga aku tak bisa berhenti memikirkan nya
Dia sendiri disana, dan dia seorang perempuan!
Tak sengaja tadi ku lihat kakinya sedikit memar.
Apa dia di kasari oleh berandalan? Atau dia di copet? Jakarta memang keras, aku harus membantunya bukan?
Baiklah.
takdir, bawa aku kepadanya.Aku mengambil kunci mobil dan segera ke garasi untuk mengambil mobil. Dibawah derasnya hujan ku injak pedal gas bergegas menuju tempat gadis itu tergeletak. Perjalanan tidak terlalu jauh jika memakai kendaraan.
Sesampainya di toko tempat gadis itu berada, aku segera keluar dari mobil membawa payung lalu menjulurkan payung itu kepada gadis yang terduduk lemas.
"Ini" ucapku menyodorkan payung ditangan kananku, sedangkan tangan kiriku memayungi tubuhku dengan payung yang lain.
Gadis itu menenggakkan kepalanya. Dengan tatapan kosong, dia berkata "apa kau orang baik?"
Mataku terbelalak seperskian detik, apa dia bodoh?Menanyakan pertanyaan itu kepada orang asing. Orang yang berniat jahatpun akan berbohong dan bilang mereka orang baik agar bisa mengelabui gadis itu.
"Emm.. dibilang baik sih.. gak juga" jawabku terbatah batah
Gadis itu kembali menunduk
"Kalo gitu.. tinggalin aku sendiri""Heeh, gue jauh jauh bawa payung buat lu malah di usir"
Dia diam tak bersuara
"Maaf ni bukannya mau ikut campur, tapi itu kaki lu memar. Lu ga kenapa napa kan?""Memar?"
Gadis itu sangat aneh, dia menelusuri kakinya dengan kedua tangannya dengan mata yg masih berfokus kedepan."Aku tak tahu, aku gabisa ngerasain apapun lagi dikaki ini"
What?!
Ucapan gadis itu seketika membuatku kaget dan pikiran pikiran aneh tentang kakinya pun bermunculan."Sekali lagi maaf ni, kaki lu... masih bisa jalan kan?" Tanyaku
"Nggak, aku lumpuh"
Oh my God
Bak disambar petir saat itu juga aku tak bisa berkata kata, semula aku tak berpikir sampai sejauh itu mengenai kakinya.
Kasihan sekali.
Eh tak mungkin aku kasihan padanya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
¤| GILANG ; Love Yourself
Teen Fiction"Cinta tidak di ukur dengan harta dan fisik" - Tania