16. The Confession of Love

62 19 1
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


DALAM sekejap, Jaden sudah sampai di kebun belakang rumah Louis. Ia mendarat di sebuah dahan pohon yang lebat. Dari situ ia bisa dengan jelas melihat kamar Louis, jendelanya tertutup tetapi lampu kamarnya tampak masih menyala. Ia mengamati cukup lama dari atas dahan pohon tersebut. Masih belum terlalu larut, pasti Louis belum tidur.

Tak lama kemudian, memang Louis tampak dari jendela tersebut. Ia termangu sambil menyilangkan kedua tangannya pada kusen jendela kamarnya. Pandangannya tertuju pada langit malam itu yang bertabur bintang. Dan seperti yang sudah jadi kebiasaannya, Louis kemudian melompati jendela kamarnya dan berjalan dengan bertelanjang kaki pelan ke batu besar di belakang rumahnya.

Jaden yang tengah mengamatinya, tampak senang melihat Louis akhirnya keluar dari kamar, kemudian duduk di batu besar kesukaannya. Tatapan matanya tak sekalipun lepas dari gadis itu. Kedua paha dan kaki Louis yang ramping putih itu terekspos dengan jelas karena ia memakai celana pendek kesukaannya.

Karena gugup menahan debaran jantungnya yang makin tidak teratur, tanpa sadar Jaden meraih sebuah ranting kecil untuk menjaga keseimbangannya yang goyah.

Suara ranting yang patah itu membuat Louis mengalihkan perhatiannya dari tempatnya duduk ke arah pohon besar di belakangnya.

Louis menyadari kalau ada sesuatu di pohon itu pun berteriak, "Siapa di situ?!" 

Untuk berjagajaga, ia menyembunyikan sebuah batu sebesar kepalan tangannya di balik badannya. Ketika sudah dekat dengan pohon besar tersebut, Louis mengamatinya dengan seksama. Ia sebenarnya merasa agak takut, tapi rasa penasarannya lebih besar sehingga mendorongnya untuk lebih mendekat lagi.

"Aaa..!"

Teriak Louis kaget bukan main ketika kemudian sesosok tinggi tegap melompat dari atas dahan dan berdiri tepat di hadapannya. Saking takutnya, Louis menjatuhkan batu yang ia pegang di balik badannya dan menutupi kepalanya dengan kedua tangannya.

Jaden yang baru turun dari atas dahan, berusaha menahan tawa ketika melihat Louis ketakutan. Padahal jelas-jelas tadi ia bisa melihat, Louis sudah membawa 'senjata rahasia' di balik badannya.

"Hei, ini aku..." ucap Jaden dengan suara khasnya yang dalam, lalu membuka kedua tangan yang menutupi kepala Louis.


Hanya dengan mendengar suaranya, Louis dapat mengenali sosok itu. Ia membiarkan tangannya dibuka. Pria itu, dengan tatapan matanya yang tajam dan dalam memandangnya. Membuat Louis seperti kehilangan tenaga, seolah kedua mata yang dinaungi alis yang tebal itu menyerap seluruh energi dalam tubuhnya.

Louis limbung sejenak, antara lemas dan kaget. Jaden segera menangkap tubuh mungil Louis dan merengkuhnya dalam kedua lengannya yang kekar.

Untuk sesaat Louis berada dalam dekapan hangat bahu Jaden lagi. Keduanya kemudian saling menatap. Untuk sesaat keduanya diam seperti dihentikan oleh waktu. Debaran jantung Louis terasa terdengar begitu jelas di telinganya, hingga ia takut kalau Jaden sampai mendengarnya.

I'M NOT A MONSTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang