#4

18.1K 855 96
                                    

Ugh

Tenggorokkanku terasa sakit sekali. Yang aku butuhkan hanyalah air bersih! Sialan. Baru setelah 3 kali mengeluarkan di dalam mulutku dokter gila itu akhirnya memberi aku air minum yang sesungguhnya.

Rasanya sangat mual, aku ingin muntah. Dengan terpaksa menelan cairan aneh itu. Saat aku tersedak dan menumpahkan sebagian cairan itu, sebuah tamparan keras mendarat di pipiku. Semua itu hanya untuk segelas air.

Kegiatan ini membuatku benar-benar lelah. Aku menjatuhkan diriku menyamping dan memejamkan kedua mataku. Dokter Jeon masih disana, berkutat dengan seseorang melalui telefon—tetapi aku tidak mendengarkan percakapan mereka, aku terlalu lelah dah mengantuk.

Tidak lama kemudian, aku mendengar suara pintu tertutup.

'Apa dia pergi?' Ucapku dalam hati.

Aku membuka kedua mataku dan melirik ke arah pintu.

Yap, dokter Jeon baru saja keluar.

Awalnya aku tidak begitu menghiraukannya dan kembali memejamkan mataku, bersiap untuk pergi ke alam mimpi. Tetapi kemudian aku menyadari satu hal: dokter Jeon tidak memasang kembali borgolku.

Aku tidak menyangka dokter Jeon bisa melakukan hal seceroboh ini. Ini adalah pertama kalinya dokter Jeon lupa untuk membenarkan borgolku. Walaupun kedua tanganku masih terkunci di belakang tubuhku, setidaknya ia tidak memborgolku dengan kasur. Ini adalah kesempatanku!

Walaupun bukan pertama kalinya aku mencoba melarikan diri, tetapi entah mengapa saat ini aku merasa sangat yakin. Dulu, ruanganku terletak di lantai 3. Tempat itu sangat ramai karena banyak suster yang berlalu-lalang serta pasien yang memenuhi setiap kamar sehingga tentu saja saat aku mencoba kabur, mereka akan dengan mudah menangkapku.

Tetapi semenjak dokter Jeon mendapat persetujuan untuk memborgol kedua tanganku, aku dipindahkan ke lantai paling atas, lantai 5. Anehnya, aku tidak pernah mendengarkan suara pasien ataupun suster lain dari ruangan baruku. Di sini benar-benar sunyi.

Aku menurunkan kakiku satu persatu dengan perlahan. Sudah sangat lama aku tidak menggunakan kedua kakiku sehingga rasanya sangat aneh.

Biasanya saat ingin ke toilet suster akan memindahkanku ke kursi roda karena kedua kakiku terlalu lemah untuk sekedar berdiri. Aku yakin sekali hal itu ada hubungannya dengan efek obat-obatan aneh yang ia injeksikan.

Duk!

Aku terjatuh saat mencoba melangkah untuk yang pertama kalinya dengan posisi tengkurap dan pipi yang menyentuh lantai. Kedua kakiku belum terbiasa menahan berat badanku ditambah lagi aku juga tidak bisa menggunakan tanganku untuk berpegangan.

Saat ingin beranjak, tiba-tiba aku merasa sesuatu yang basah di belakang sana.

'Shit!' Umpatku.

Aku lupa jika aku masih mengenakan infus. Karena selang infus itu tidak begitu panjang, jarum yang menancap pada punggung tanganku tertarik keluar begitu saja saat aku terjatuh. Darah mulai mengalir turun mengotori lantai dan bagian belakang pakaianku.

Aku pun kembali bangkit, berusaha tidak menghiraukan rasa sakit pada tangan kananku. Dengan perlahan aku mulai melangkah kesana kemari untuk membiasakan kedua kakiku. Beberapa kali aku terjatuh, tetapi hal itu tidak membuatku patah semangat.

Ketika sudah merasa cukup, aku berjalan ke arah pintu. Aku membalikkan tubuhku dan memutar gagang pintu itu.

'Jika dokter Jeon menguncinya, semua ini tidak ada gunanya.' ucapku dalam hati.

Cklek

'Yes!!'

Dokter jeon memang sudah jarang mengunci pintu semenjak ia membatasi pergerakan tanganku. Toh walaupun pintunya terbuka aku tidak bisa keluar—mungkin ia pikir seperti itu.

Crazy Doctor | KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang