Cinta Buta 2 (end)

2.2K 204 21
                                    

Restoran mendadak heboh,  suara pecahan piring dan hamburan hidangan di lantai menarik perhatian pengunjung yang lain. Heru melompat meraih tangan ibunya agar berdiri, namun ibunya menepis keras tangan anak yang ia bangga-banggakan itu. Masih dengan ekspresi marah, melotot-lotot.

"Kenapa!! Kenapa masih Salma terus masalahmu? Hahh?! Kau jelaskan semua ini di rumah!!" ibu Heru berdiri, membetulkan gaunnya lalu melangkah dengan percaya diri dan pongahnya, tatapannya lurus kedepan melewatiku,  papa,  dan mama yang kebingungan, pergi tanpa berniat menyapa lagi.

Sudah kuduga mereka memang keluarga sombong,  ramah kalau ada maunya.  Buktinya, begitu tau ada masalah dan tak mungkin melanjutkan hubungan denganku mereka langsung melengos pergi.

Ayah Heru langsung membayar kerugian,  lalu ikut tergesa-gesa, pergi tanpa sepatah katapun juga terhadap papaku. Padahal papa begitu antusias dengan perjodohanku dan anak kenalannya, yang ia temui saat service di bengkel mobil elite itu.

Begitupun Heru, dengan langkah gugup mengejar ibunya ia malu tak sedikitpun menoleh pada kami. Alhasil aku,  papa, dan mama, memutuskan menghela nafas dan memesan makanan di meja yang baru, makan dengan termangu-mangu. Bingung menelisik yang baru terjadi.

"Jadi... Kau sudah kenal dengan Heru?" tanya papa. Aku mengangguk.

"He um, dia suami temanku mengajar dulu,  mereka menikah tanpa sepengetahuan siapapun termasuk kedua orang tua si cewek, padahal keduanya masih ada dan sehat," jelasku seadanya.

"Jadi ia menikahi anak orang tanpa walinya?Dan sudah tinggal bersama layaknya suami istri?" Papaku melempar wajah bingung, aku mengangguk.

"Sama dengan berzina dong?!! Astaghfirullooh, paaa... Syukur Sarah gak sampai jadi sama anak itu, ngeri banget, kan pa... kalau sampai jadi dengan lelaki seperti itu!" mama meletakkan sendoknya,  duduk bersandar menekan-nekan pelipis,  tampaknya cerita Heru berhasil membuat migrain mamaku kambuh.

"Lalu temanmu, Salma itu... Bagaimana nasibnya sekarang??" tanya papaku lagi.

Aku menggeleng, "Terakhir jumpa setahun lalu, dia masih menunggu agar bisa hamil, agar Heru mau menikahinya secara sah...." jelasku.

"Astaghfirullohaladziim, sungguh bodoh...!! Apa jadinya orang tuanya kalau tahu anak gadisnya sudah dirusak begitu, sampai harus hamil dulu baru mau maksa agar diakui??!! Aiiihhh... ya ampuunnn, jadi sudah berapa lama mereka hidup bersama??" mama terus mengelus dada.

"Setahun yang lalu katanya sudah 3 tahun,  sama sekarang berarti sudah 4 tahun mereka hidup bersama...."

"Aiihhh! Amit-amit jabang bayi ojo kaget ojo setep!!" ibuku mengetuk-ngetuk meja makan dan pelipisnya bergantian, merutuki langkah hidup yang dijalani Salma.

"Apa rupanya yang menyebabkan mereka sampai seperti itu?" papaku lebih tenang dalam berekspresi,  tidak seperti mama yang seperti mau melempari piring saja mendengar kisah Salma.

"Orang tua Heru, ayah dan ibunya tadi itu... menolak Salma,  karena dia miskin. Jadi beda level gituu...."

"Astaghfirullohaladziiimm!!" mamaku mengucap lagi,  lebih keras dari sebelumnya, beberapa pengunjung mengalihkan pandangan pada kami.

"Jadi, dia lebih tak takut anaknya jatuh dalam perzinahan ketimbang menerima menantu miskin??ck, ck, ck, ck masih ada yaa,  yang begitu!?"

"Iya,  mama lihat gayanya tadi itu?? Sombong banget kan ya, Ma? Untung gak sampe jadi mama mertuaku,  bisa mati berdiri Sarah,  Ma!" seruku ikut menambah -nambahi omelan mama. Sementara papa masih serius mendengarkan.

"Kau ingat ini baik-baik ya, Nakkuuu.  Mama sama papa tak masalah jika latar belakang keluarga suamimu nanti jauh di bawah kita,  asalkan dia solih, pintar,  mau jelek, tua, muda asalkan bertanggung jawab,  jujur, mencintaimu dan berpendidikan. Mama dan papa tak memandang kasta, kami dulu juga memulai semuanya dari Nol, belum punya apa-apa dan tak sedikitpun mengandalkan harta orang tua. Buat apa suami kaya, namun tingkahnya seperti Heru itu,  sangat pengecut, zalim dan tak bertanggung jawab!" aku mengangguk takzim mendengarkan nasihat mama yang keluar dalam satu tarikan nafas.

Kumpulan CerPen Ciayo IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang