Jisoo meringis. Tubuhnya bergetar hebat, ia benar-benar ketakutan. Ia tak menyangka, bahwa 'mati' yang ia katakan pada Jimin tadi sore, adalah 'mati' dalam artian yang sesungguhnya.
Ia benar-benar akan mati karna lelaki di hadapanya ini.
Jisoo terus menggeleng saat Taehyung berusaha mendekatkan dirinya, bibirnya begitu kelu, bahkan untuk melontarkan kalimat pemberontakan pun.
Jantungnya berdebar saat lelaki ini menyinggung soal sesuatu yang ia beli tadi sore. Jisoo masih ingat jelas apa itu.
Alat kontrasepsi itu... tidak mungkin kan?
"Tidak. Lepaskan aku, ku mohon!" Jisoo tak menyangka, bahwa suara yang akan ia keluarkan akan menjadi semenyedihkan ini.
Taehyung tergelak, suaranya yang berat begitu menggema. Ia justru semakin mendekatkan dirinya pada Jisoo, matanya terus menatap pada manik mata milik gadis itu yang sudah buram oleh air mata.
Perlahan tangan besar Taehyung terulur membuka tali yang melekat di pergelangan tangan Jisoo yang memerah.
"Tenang saja. Lagi pula aku tidak bernapsu melakukannya malam ini" ucap Taehyung yang sedikit membuat Jisoo lega, namun tetap saja rasa ketakutan gadis itu masih menguasai setengah bagian dari dirinya.
Hingga Taehyung bergerak menjauh, bangkit dari sofa yang semula ia duduki. "Mungkin lain kali. Jika urusan ku sudah selesai, kita akan bersenang-senang" ia mengedikan bahunya sekilas "sekarang ayo ikut aku!"
Jisoo masih tidak bergeming, ia belum mengerti apa yang telah terjadi malam ini, baginya ini lebih membingungkan dibanding tugas Juhyun ssaem. Ia hanya terpaku menatap Taehyung yang sudah berjalan tiga langkah didepannya.
"Bukankah sudah ku katakan? Aku akan bersikap baik jika kau mau menjadi Jisoo ku yang penurut?"
"Aku.. aku ingin pulang"
"Kau ingin menjadi pembangkang?"
"Aku--"
"Baiklah"
Taehyung segera berbalik, menghampiri Jisoo dan meraih lengan gadis itu kasar. Memaksanya untuk berdiri. Membuat gadis itu meringis merasakan cengkraman Taehyung begitu kuat pada lengannya.
"Akh" Jisoo merasakan ngilu pada seluruh tubuhnya saat Taehyung menyeretnya keluar dari ruangan ini, mengikuti langkahnya yang besar dan serampangan. Membuatnya sesekali tersandung oleh kakinya yang lain.
Taehyung terus menyertnya, sampai langkahnya berhenti di hadapan pintu berwarna coklat tua.
Ini adalah sebuah kamar, yang begitu besar dengan isinya yang lengkap dan mewah. Semua yang berada di ruangan ini terasa sangat mahal dan elegant, bahkan semerbak harum ruangananya pun sedikit membuat Jisoo takjub.
Dengan kasar Taehyung menghempaskan tubuh Jisoo di atas kasur.
"Aku akan benar-benar bersikap baik jika kau menuruti ku. Kau tau? Aku tak pernah ingkar janji!" Ia menatap Jisoo tajam, seolah gadis dihadapanya ini adalah sesuatu yang amat dia benci. Meskipun kenyataannya ia memang membenci gadis ini setengah mati. Begitu juga dengan keluarganya.
"Aku masih ada urusan. Sekarang ganti pakaian mu, semuanya sudah kusiapkan di lemari. Jika aku kembali, namun kau belum mengganti pakaian mu, maka aku tidak akan berpikir dua kali tentang kondom yang tadi sore aku beli" Tae tersenyum miring "Perempuan seperti mu pasti paham, apa fungsi benda itu. Iya kan?"
"Bisa kah kau jelaskan apa kesalahan ku? Kenapa aku harus menerima ini?"
"Kau boleh tanyakan itu pada kakak mu yang serakah." Ia semakin menatap Jisoo lekat. Jika saja tatapanya itu api, sudah bisa dipastikan tubuh Jisoo akan hangus sekarang. "Tapi nanti. Di neraka!" Lanjutnya, lantas meninggalkan Jisoo dengan seribu tanda tanya di kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEDY
FanficKim Taehyung pikir Park Jisoo adalah penawar dari rasa sakit di hatinya, ia mengira dengan menghancurkan hidup gadis itu ia akan merasa puas dan senang. Tapi nyatanya tidak, bersikap layaknya Monster hanya membuatnya tersesat semakin jauh dari kata...