B92

112 29 4
                                    

Why?!

Yudan membuka pintu kamar Ciko dan langsung berlari ke arah tempat tidur. Dengan nyaman, dia merebahkan diri ke kasur. "Ah, rasanya gue rela mati sekarang." Ucapnya sambil memeluk bantal guling.

Ciko yang baru masuk ke dalam kamarnya hanya menggelengkan kepala pelan. Dia berjalan ke rak bukunya dan meletakkan satu dari dua buku yang dipegangnya ke rak dengan rapi. Kemudian berjalan ke arah tempat tidur dan melempar buku tepat ke wajah Yudan.

"Ambil dan pelajari itu!" Ucap Ciko yang langsung menuju lemari pakaiannya untuk mengganti baju seragamnya menjadi baju kaos.

Yudan mendengus kasar saat buku tebalnya kebangetan menampar wajahnya. "Ini buku lu, yang beli lu, berarti yang pelajari harus lu lah!" Kemudian dia melempar buku itu ke arah Ciko.

Dengan cekatan Ciko menangkap buku yang baru dibelinya itu.
"Gue beli ini untuk lu, berarti ini buku lu, yang pelajari harus elu!" Balas Ciko yang kembali melempar buku tersebut ke arah Yudan. Pemuda yang super pemalas itu mengambil buku pemberian Ciko sambil mencibir.

Ciko tersenyum tipis melihat tingkah Yudan dan kembali membuka kancing bajunya. Dia mengambil kaos hitam dari lemari dan mengenakannya.

"Lebih nyaman belajar kalau pake kaos, lu mau pinjam baju gue?" Tawar Ciko.

"Gak perlu, makasih." Tolak Yudan dengan judes.

"Cih, giliran baju gue aja elu mohon-mohon kayak orang susah." Ngomel Jala yang baru masuk ke kamar Ciko bersama Doni, Heri, dan Ogi.

Yudan berdecak kesal, "Bedalah! Kalau gue pinjam bajunya Ciko, baru seminggu aja dia udah nanya-nanyain. Malasin."

"Itu lunya yang gak tau diri, goblok!"

"Hehe, Jala mah gitu. Terlalu jujur." Kekeh Heri.

Ciko mengangguk setuju, "Yudan emang gak tau diri. Kalau gitu napa lu kasih barang-barang lu ke Yudan?"

Jala, "..." Dia ingin berkata kasar. Untung aja itu Ciko.

Heri melirik Ciko sebentar, lalu menatap Jala dengan heran. "Gue membutuhkan keadilan!" Ucap Heri tegas.

Lalu tatapannya berubah pilu menatap Jala seolah terluka, "Kenapa lu gak pernah ngumpat Ciko saat kesal? Kenapa? Kenapa? Dimanakah keadilan seorang Jala?" Ucapnya penuh dramatis.

Yudan dan Doni mengangguk, kali ini dia setuju dengan ucapan Heri. Setiap waktu ketika Ciko mengatakan hal yang mengesalkan, Jala tidak pernah sekali pun mengumpat atau sekedar mengatakan 'brisik'.

"Iya, lu napa gak pernah ngumpat Ciko?" Tanya Yudan penasaran sambil menatap Jala dengan tatapan menyelidik.

Jala menatap tajam Heri dan Yudan. Dia tidak menjawab dan hanya memutar bola matanya jenuh. Menurutnya pertanyaan mereka sama sekali tidak penting.

Ciko tersenyum tipis dan ikut menatap Jala sambil menaikkan sebelah alisnya. "Gue juga penasaran."

Jala tersentak menoleh ke arah Ciko. Wajahnya benar-benar tak sedap dilihat. "..."

"Gue cuma bercanda, Jal." Ciko tersenyum geli dan langsung berjalan ke arah rak bukunya. "Kita belajar pelajaran pilihan hari ini." Lanjutnya sambil memilih dua buah buku.

Dari dulu sampai sekarang, Jala sangat tidak suka berbicara dengan Ciko.

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang