#pasar malam
"kak Dinda" teriak adik-adik Dinda dari dalam rumah menyerbu kakaknya yang baru saja datang.
"hai" sapa Dinda mengecup satu persatu dari mereka membuat ke lima anak ini mengantri.
"kakak tadi nggak jemput aku" gerutu salah satu adiknya paling kecil diantara mereka semua. Indy.
"maaf ya kakak tadi lupa" ujar Dinda sambil mencium tangan Indy, ini adalah tradisi dari keluarga mereka jika salah satu membuat kesalahan maka dia harus mencium punggung tanggan yang dia buat kesalahan. Lucu? Memang.
"papa mana? belum pulang?" tanya Dinda kepada adiknya sontak mereka langsung kompak menggeleng.
"yaudah kalian nggak usah sedih, gimana kalo nanti malem kakak ajak kelian ke pasar malam" ucap Dinda dan langsung disetujui oleh adik-adiknya.
"yaudah sekarang kalian main dulu ya, ingat jangan keluar rumah. Kakak mau mandi dulu" ucap Dinda lalu memasuki rumahnya yang mewah, begitu juga dengan adik-adiknya mereka langsung berhamburan masuk kedalam.
🌺🌺🌺
Matahari sudah berganti dengan bulan, waktu menunjukkan pukul 19.20. Seorang gadis sudah duduk di kursi di teras rumahnya, pandangannya sesekali tertuju pada jam yng melingkar di tangannya.
"ayo cepet" teriaknya membuat kelima adiknya langsung berkumpul.
"sudah siap?" ucap Dinda langsung dijawab kompak.
"siap" ucap mereka serempak.
"yaudah yuk berangkat, ingat selama kita disana kita harus selalu?"
"bergandengan tangan" serempak kompak.
Tak lama kemudian sebuah mobil berhenti dihadapannya tetapi bukan mobil pribadi mereka, melainkan mobil orang lain. sebelum pengendara mobil itu turun seorang satpam berlarian dibelakang mobil itu.
"maaf non, tadi saya sudah melarangnya masuk tapi dimemaksa dan akhirnya dia buka sendiri non pagarnya" ucap satpam itu sambil menyatukan kembali napasnya yang tersenggal-senggal.
Pandangan Dinda mulai tertuju pada pemilik mobil itu, seorang laki-laki turun dari mobil itu, Dinda masih belum tau karena dia memakai topi yang membuat Dinda susah untuk melihat wajahnya. Pria itu langsung melepas topinya, Dinda yang sedari tadi penasaran kini sontak membulatkan kedua bola matanya.
"kak Demas" teriak Dinda shok, adik-adiknya yang melihat kini hanya bisa diam tidak mengerti apa-apa. Sedangkan Demas malah menyapa adik Dinda satu persatu, sampai akhirnya lengannya ditarik oleh Dinda agar menjauh dari mereka semua.
"kakak ngapai sih pake acara kesini segala" ucap Dinda kesal dengan kakak kelasnya yang satu ini.
"itu semua anak-anak lo? Suami lo siapa?" bukannya menjawab pertanyaan Dinda Demas malah mengalihkan topik pembicaraan.
"mending kakak pergi deh, aku mau ada urusan" ucap Dinda, gadis itu hendak berbalik menemui adik-adiknya kembali namun lengannya dicekal oleh Demas, dengan buru-buru Dinda melepaskan tangan Demas takut adiknya melihat.
"ada urusan apa lo masih kecil juga" ucap Demas, mau saja Dinda jawab namun sudah terdengar teriakan adik-adiknya membuat dia mengurungkan niatnya.
"Cepet dong kak" teriak mereka satu persatu. Dinda langsung meninggalkan Demas dan berjalan menuju adiknya.
"pak, bapak tau pak Narso?" Dinda bertanya kepada satpamnya, dimana supirnya berada karena adiknya sudah menunggu.
"tadi dia pamit keluar non, soalnya ban mobil bocor dan harus diganti yang baru" ucap Pak Rahman selaku satpam dirumah Dinda. Dinda yang mendengar hal itu langsung menghela napasnya panjang, dia ingin sekali mengajak adiknya ke pasar malam tapi di sisi lain tidak ada kendaraan yang mampu mereka tumpangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAGOSTE
Teen Fiction"Lo mau kan jadi pacar gue?" "Ini bukan pertanyaan, tapi pernyataan. Jadi nggak ada penolakan" "Oke, lo mau jadi pacar gue" Gimana perasaan kalian jika di tembak oleh seseorang yang nggak kalian kenal? Itulah yang dialami Dinda.