• Prolog •

6 1 0
                                    

"Aku ingin mengadopsi Dia. Persyaratan apa saja yang harus kubawa?"

21 November 2012

"Anda yakin ingin memilihnya Mr. Vie?"

"Kenapa tidak? Orang tuanya dulu juga disini kan? Ayah menyuruhku untuk memilihnya dan bercerita bahwa mereka dulu sudah banyak membantu ayah dan bersahabat baik dengan ayah. Kak Jelo, bukankah Kau hidup lebih dari 110 tahun sejak sekolahan ini berdiri? Kau pasti mengenal jelas orang tuanya. Aku ingin mendengar kisah mereka."

"Ah, maaf Vie. Aku akan bercerita kepadamu jika waktunya sudah tepat. Ayahmu memerintahkan seperti itu."

"Baiklah kak. Aku tak mudah mengelakmu. Kau juga selalu melindungi ayahku. Aku mempercayaimu. Aku ingin keluar mencari angin."

"Jangan lama-lama ya! 3 jam lagi Kau harus berangkat kelas di kebun Mrs. Nella."

"Bukankah itu masih lama?," lelaki muda tersebut mengernyitkan dahinya.

"Jika Aku memberitahumu satu jam sebelumnya, Kau akan datang satu jam setelahnya. Jika Aku memberitahumu dua jam sebelumnya, sisa satu jamnya Kau akan mandi seperti perempuan selama satu setengah jam di dalam kamar mandi."

"Ah, maafkan Aku. Waktu itu Aku tertidur di dalam kamar mandi," pemuda berumur 12 tahun tersebut melanjutkan jalannya.

Sejenak, pemuda tersebut memberhentikan jalannya dan membalikkan badannya sehingga dapat melihat dengan jelas lawan bicaranya tadi yang masih berdiri pada posisi semula tanpa bergeser sedikitpun," Kak, boleh Aku belajar bagaimana Aku bisa awet muda sepertimu? Kau sudah hidup beratus-ratus tahun, tapi wajahmu tetap muda dan tampan. Aku tahu, Aku semakin dewasa semakin tampan juga. Tapi jika Aku sudah dewasa dan semakin tua, wajahku akan berkeriput. Tidak sepertimu, haha," pemuda tersebut langsung membalikkan badannya lagi tanpa mempedulikan respon apa yang akan diberikan lawan bicaranya.

"Kau sudah mengatakannya 27 kali. Sudah 2 kali dibulan November kali ini," jawab Jelo sambil menghela napas pelan.

---

"Gimana kabarnya? Apa sekolahnya sudah selesai? Aku bahkan tak sabar melihat kemampuannya dengan kedua mataku sendiri."

"Jelo, bersabarlah. Dia adalah satu-satunya keturunan gen dari orang tuanya. Kau tak perlu menghiraukannya. Dia pasti jadi siswa yang pandai disini," ucap lawan bicara Jelo sambil tersenyum kecil.

"Semoga ucapanmu benar. Maaf sudah merepotkanmu. Padahal ada anak-anak lain juga yang tinggal tanpa wali di Panti Asuhan. Tapi Mr. Gheo sudah mempercayainya. Kau ingat, kejadian 8 tahu yang lalu? Hanya ada Mr. Vie dan Dia yang tergeletak selamat dari pertempuran Fire Area XXVII (duapuluhtujuh) dari ratusan anak kecil yang sedang dipilih dan dipercaya dapat menjunjung tinggi almamater kita. Terutama dari 'Dia'."

"Iya, kau benar Lo. Aku jadi merindukan Mr. Polka. Dia kesini akhir tahun bukan? Ah, Dia memilih untuk tinggal di dunia manusia."

"Semua tergantung pada Mr. Gheo dan Mr. Polka. Mereka berdualah yang terpilih pada Fire Area XXVI (keduapuluhenam). Dan Kau tahu juga, kalau Mr. Gheo merupakan keturunan Tuan Heox. Dan Mr. Polka merupakan pilihan dari ibu Mr. Gheo yang dipercaya dapat membantu pekerjaan Mr. Gheo. Kau jangan mengkhawatirkan mereka berdua. Kerja sama mereka patut dicontoh."

"Oh iya. Aku baru sadar kalau keturunan lurus diatas Mr. Gheo adalah ibundanya."

"Kedie, itukan karena nenek-kakek Mr. Gheo tidak memiliki anak laki-laki. Jadi terpaksa anak perempuanlah yang memimpin."

"Jelo, Kau tahu banyak sejarah ya. Kau memang cocok dengan pekerjaanmu. Tapi jujur, Aku iri melihat Kau tampan setiap hari tanpa menua."

"Aku sudah bosan mendengarnya. Sudah ada 2 orang yang mengatakan itu padaku hari ini," Jelo memutar kedua bola matanya.

Kedie terkejut, matanya membelalak sempurna," benarkah? Siapa?"

"Mr. Vie."

"Ohh, Livie."

"Eh, Jelo. Aku ingin Dia segera kesini. Aku sudah tidak enak hati kepadanya. Aku bahkan akan membohonginya selama 6 tahun," Kedie melanjutkan ucapannya.

"Tapi peraturan disini, sekolah dimulai ketika siswa berumur 18 tahun ataupun sudah menyelesaikan sekolah wajibnya di dunia manusia bukan? Kau tak bisa mengelak peraturan tersebut. Bersabarlah, Aku hanya dapat membantumu dengan senyuman, wkwkwkk."

"Idih! Jelo songong banget ya," Kedie tertawa keras sampai kedua matanya hampir tertutup.

"Wah, berapa lama Kau tinggal di dunia manusia? Bahasamu sudah tercampuri oleh bahasa mereka."

"Aku memanfaatkan waktu kosongku untuk pergi ke dunia mereka."

"Kalau begitu Kau juga membohongi banyak manusia bahwa Kau itu bukan manusia."

"Apa Kau bilang? Aku manusia eoh. Kau saja yang alien, hidup selama 110 tahun! Apa Kau tak mau mati juga?" Kedie terkekeh.

Satu bletakan jari telunjuk Jelo mendarat tepat di area tengah jidat Kedie.

"Sakit tau! Kalau memerah dan gosong, Kau harus tanggung jawab! Hari ini Aku ada janji padanya akan mengirimkan uang saku bulanannya!"

"Kau tinggal minta ramuan ke Mrs. Nella, semuanya beres."

"Beliau akhir-akhir ini sibuk. Sebentar lagi kan ujian akhir tahun."

"Terserahmu Kedie. Kau sudah cukup membuatku tertawa. Kau mau menonton pertandingan Wells Ball sore ini? Angkatan II dari Arghata melawan Angkatan II dari Chellua," ajak Jelo sambil menaik turunkan kedua alisnya dan tersenyum kepada Kedie.

"Kau harus mengganti minumanku yang Kau jatuhkan pada pertandingan minggu lalu!"

"Siap! Aku akan pergi. Urusanku jutaan. Maaf, Aku orang sibuk Kedie. Aku pergi dulu," ucap Jelo sambil berjalan menjauhi Kedie yang pada akhirnya berbalik dan mengatakan sesuatu lagi kepada Kedie.

"Oh ya, kalau bisa Kau jangan memakai jaket abu-abumu yang Kau beli dari dunia manusia itu. Aku menyukainya. Aku ingin meminjamnya nanti. Aku malas mencuci. Kalau Aku pakai jaketmu, Aku tak perlu mencuci lagi," ucap Jelo sambil tersenyum dan melanjutkan lagi jalannya.

"Itu namanya hoodie woi! Sudah berapa ratus kali Aku mengatakannya padamu!?" Kedie menjawab sambil berteriak agar jawabannya sampai di telinga Jelo.

"Aku tidak peduli!"



24 Juni 2019
-Adeknya Wodwaid Hensem-

Mr Livie ReonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang