WARM WINTER

840 100 61
                                    


Musim dingin ini begitu menyiksa, seorang pria yang baru saja pindah ke Inggris merasa tubuhnya tak sanggup menahan dinginnya udara di musim dingin ini. Dia pindah ke Inggris karena beasiswa yang diperolehnya dengan susah payah, setelah mendaftar sekitar 3 bulan yang lalu sebelum dirinya menjalani ujian nasional tingkat SMA di negaranya.

Namanya Plan, Plan Rathavit Kijrowalak. Namanya terdengar aneh untuk orang Eropa, dia berasal dari daratan Asia Tenggara, tepatnya di Bangkok, Thailand. Plan sama sekali belum mengerti segala sesuatunya mengenai Inggris dan tak mengerti arah, sebulan yang lalu baru mendapat kabar baik bahwa beasiswanya di terima di negara itu, dan dua minggu yang lalu baru menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di negeri yang sangat asing untuknya.

Plan menggunakan 2 minggu untuk membaca segala hal tentang Inggris, mulai dari budayanya, keseharian orang-orangnya, cara menggunakan kendaraan umum dan juga cuacanya, Plan juga memperdalam bahasa Inggrisnya supaya bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarnya. Tapi rasanya tak ada gunanya, karena dirinya diharuskan tinggal di asrama kampus, meskipun nanti setelah mendapat surat tinggal juga dirinya boleh jalan-jalan sesuka hati selama memiliki waktu luang.

Plan berlari-lari kecil saat melihat pintu gerbang kampusnya berdiri dengan megahnya di hadapannya, jaraknya tinggal beberapa meter lagi dari posisinya saat ini. Senyuman itu muncul begitu saja dari bibirnya, Plan lega setidaknya dia tak salah arah. Asramanya berjarak kurang lebih 1 km dari kampusnya dan Plan harus berjalan kaki demi menghemat pengeluaran  bulanannya.

“Tubuhku sama sekali tak bisa beradaptasi dengan musim dingin ini.” Plan menggumam dengan kakinya yang terus melangkah menuju kelasnya.

Sudah dua minggu Plan masuk kampus, tak ada yang istimewa menurutnya. Teman-temannya juga jarang mengobrol dengannya, mereka kebanyakan orang asli Inggris dan beberapa dari Asia juga tapi berbeda negara darinya.

Plan menghela nafas pasrah saat diketahuinya dari pengumuman di mading didepan kelasnya bahwa dosennya tak akan datang untuk hari ini dan seorang mahasiswa ditingkat 3 akan menggantikannya sebagai asisten dosennya.

“Plan....” Temannya, Jason memanggilnya.

Plan menengok kearah Jason “Ya. Ada apa?”

“Asisten dosen yang ini menyenangkan, dia dari Asia sama sepertimu.” Jason berkata dengan riang, duduk tepat disamping kanan Plan.

“Kau mengenalnya?” Plan mencoba membuat temannya senang dengan rasa ingin tahunya.

“Hanya sebagai mahasiswa pak Kris, dia yang terbaik di universitas.” Menunjukkan 2 jempolnya akan kekagumannya.

Plan cukup terkejut setelah temannya yang berkata bahwa asisten dosen ini adalah mahasiswa terbaik di universitasnya. Dia mengangguk-ngangguk paham kemudian mengamati teman-temannya yang lain yang tampak bahagia dengan senyum merekah di bibir mereka.

“Bagaimana kau tau dia yang terbaik?” Plan mencoba menggali informasi.

“Hey ayolah, semua orang mengetahuinya.” Jason berdecak.

Jason menengok kearah Mina, mahasiswa dari China yang duduk tepat didepan Jason. Berbisik di telinga kanan gadis itu, dan gadis itu menunjukkan raut wajah tak percaya.

"Kau tidak pernah mendengarnya, Plan?” Gadis itu mengernyitkan dahinya.

Plan menggeleng menyetujui pertanyaan Mina, oh ayolah bagaimana bisa teman sekelasnya ini ketinggalan berita penting seperti ini? Plan tinggal di asrama atau di goa?

“Nanti kau akan mengenalnya Plan, segera setelah dia memasuki kelas kita.” –Mina.

Plan tak terlalu tertarik karena hari-harinya hanya dipenuhi dengan kuliah, pulang lalu belajar di asramanya, makan, istirahat dan bersantai sedikit. Plan itu mahasiswa beasiswa jadi dia berjuang keras belajar di negara orang, tak ingin nilainya turun dan pihak universitas mencabut beasiswanya di kemudian hari.

WARM WINTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang