Setelah orang tuaku meninggal, aku tidak langsung tinggal sendirian. Ada Bi Ayu yang bantu-bantu mengurus rumah. Juga tante Jihyo yang tinggal menemaniku di rumah ini.
Tapi Bisa Ayu yang sudah terlalu tua pulang ke keluarganya di kampung, dan Tante Jihyo yang pindah ke kota karena pekerjaan.
Walaupun tinggal di kota lain, tetapi sekali dalam sebulan, Tante Jihyo selalu menyempatkan waktu diantara kesibukkannya untuk menjenguk ku disini.
Dan weekend ini Tante Jihyo juga berniat ingin berkunjung kesini..
Trak! Trak!
Sana sudah berkali-kali memencet tombol yang terdapat pada telur yang dulu adalah sumber datangnya Tzuyu ke kehidupannya.
"Gimana ini?! Telurnya tidak bisa dibukaaaa!" Sana berteriak frustasi.
Ia melihat keseluruhan telur tersebut.
Apa ada mekanisme lain untuk membukanya?Rencananya aku mau suruh Tzuyu untuk bersembunyi di telur ini selama Tante Jihyo disini, siapa tau telur ini adalah habitat asli Tzuyu.
Tapi ternyata membuka telur ini saja nggak bisa, dan lagipula telur sebesar ini mau disembunyikan dimana?
Selaim berat, disimpan didalam lemari pun gak akan cukup.
"Buka pliss." Sana menjatuhkan badannya pada telur tersebut.
Aku gak mungkin menitipkan Tzuyu ditempat Dahyun ataupun orang lain, pasti asal-usul Tzuyu dipertanyakan.. Terlalu rumit untuk dijelaskan.
Apa kata tante nanti kalau tau soal Tzuyu? Semuanya bisa kacau.
Waktu aku memutuskan untuk merawat Tzuyu, aku sama sekali nggak kepikiran resiko apa aja yang bakal ku tanggung.
Bagaimana kalau nenek sampai tau?
"Sana, ada apa?" Tzuyu datang lalu menepuk pundak Sana.
Tzuyu..
Dia masih belum ngerti apa-apa. Kalau keberadaan Tzuyu diketahui, mungkin kita akan dipisahkan.
Aku nggak mau!
"Tzuyu! Ayo ikut aku sini!" Sana menarik pergelangan tangan Tzuyu untuk membawanya ke suatu tempat.
Sana membawa Tzuyu ke loteng, satu-satunya tempat yang terlintas dikepalanya untuk menyembunyikan Tzuyu.
Walaupun tempat tersebut adalah loteng tapi sudah ditaruh beberapa perabotan, seperti sofa, karpet dan meja.
"Ini bagian rumah yang paling terpencil, loteng kecil paling ujung. Kalau tante menginap, kita berharap dia gak datang ketempat ini." Jelas Sana.
"Tempat ini memang kecil dan berdebu, tapi lumayan untuk bersembunyi. Untuk sementara kamu diam disini dulu ya Tzuyu? Aku akan siapkan semua kebutuhanmu.
Baik makanan, buku dan mainan agar kamu gak bosan. Maafkan Aku ya Tzuyu? Semoga kamu mau bersabar. Kamu harus berusaha untuk nggak berisik, biar tante nggak curiga kalau ada orang disini. Kamu harus bersikap baik dan tenang ya Tzuyu?"
Tzuyu mengangguk-anggukan kepalanya.
"Aku mau kebawah dulu untuk membereskan semuanya, nanti aku balik lagi kesini. Jangan kemana-mana ya Tzuyu?"
"Iya.."
Sana berjalan turun dari loteng, Tzuyu hanya menatap punggung Sana dengan tatapan sendu.
"Sana.."
...
Aku menumpukan kardus dan kain untuk menutupi telor Tzuyu, semoga tidak terlalu mencurigakan.
Kalau tante bertanya kenapa berantakan begini apa alasannya ya? Belum kepikiran..
Aduuuhh! Semakin dipikirkan semakin membuatku panik, perutku jadi mulas..
Gimana kalau gagal dan ketahuan?
"Nggak! Aku gak boleh nyerah dulu!" Sana menyemangati dirinya sendiri.
Apapun hasilnya yang penting berusaha dulu!
...
Vroomm!
Mobil sport berwarna ungu telah terparkir dengan sempurna di halaman rumah Sana.
Seorang wanita dengan rambut berwarna terang turun dari mobil tersebut.
Tante Jihyo.
"Ran cantikk~~ gua balik nih!!" Tante Jihyo membuka pintu rumah Sana.
"Ah tante, sudah ditunggu dari tadi loh. Selamat datang." Tatapan Tante Jihyo berubah menjadi tajam saat mendengar Sana memanggilnya dengan sebutan 'Tante'
"Lo bilang apa San?"
Ups.. Keceplosan kan...
Tante Jihyo menarik Sana memasuki rumahnya.
"Tantee? Siapa yang lo bilang tante?!"
"Ma... Maaf! Kakak! Maksudku kakak Jihyo! Ampuunn.."
"Nah gitu dong Sana chayank.." Tante Jihyo menarik Sana kedalam pelukannya.
"Kita kan udah kaya kakak-adik, selfie dulu yuk?" Tante Jihyo mengeluarkan handphonenya.
Cekrek!
"Lama nggak mampir nih... Rumah ini gak berubah ya.." Tante Jihyo berjalan mengelilingi rumah Sana.
Tante Jihyo, umur 26 tahun, single dan wanita karir. Tapi sifatnya nyentrik abis..
"Jadi gimana kabar lo San? Sehat kan? Sorry gua jarang cek massage.. Baru balik dari Jepang nih, jadi sekalian mampir." Tante Jihyo berucap setelah menjatuhkan bokongnya disofa.
"Nih oleh-olehnya.." Tante Jihyo menyodorkan kantung oleh-oleh.
"Gue nggak pernah dapet telpon dari sekolah lo, atau maminya Dahyun, lo gak pernah buat onar ya San?"
"Biasa aja kak..."
"Jangan membosankan gitu dong San, lo kan masih muda, nikmatin hidup lah, nakal sedikit aja. Bolos sekolah kek, undang DJ dan bikin party dirumah ini kek."
"Aku nggak mau cari masalah kak, aku nggak mau kalau nenek sampai tau dan khawatir sama aku."
"Ahh nenek-nenek tua itu mah cuekin aja! Gue bakal ngelindungin lo San! Biar begini gue kan masih wali asuh lo yang sah.
Ngomong-ngomong gimana kabarnya Dahyun? Kalian masih nempel mulu kalau kemana-mana?" Sana berhenti membuka kantung oleh-oleh tersebut lalu menatap Tante Jihyo.
"Udah resmi jadian belum?"
"Apa si-"
Perkataan Sana terhenti saat terdengar suara barang jatuh dari atas.
Bruk!
"Suara apaan tuh San?"
Deg.. Deg.. Deg..
TBC