~~~~~~~~~
“Pokoknya gua gak mau masuk club gaje itu,” omel Ega sepanjang jalan menuju kelas 10 Seni. Cewek sok jutek yang sebenarnya manja ini terus saja mengomel dengan permen lolipop yang masih menempel di pipi dalamnya.
“Haha udahlah, cuman gabung klub doang kok, cuman numpang nama hehe,” balas Kaila dengan santainya.
“Ehh jangan salah! Rumornya sih ni club ketuanya cuman bisa nyuruh nyuruh doang, nggak ikut kerja,” balas Friska.
“Apapun itu pokoknya gua gak mau gabung!” Ega menghentikan langkahnya seraya berbalik badan dan berteriak di depan wajah kedua sahabatnya itu. Kaila dan Friska sontak menghentikan langkah mereka juga.
“Bayangin aja ya, dari banyak siswi di sekolah ini, cuman kita bertiga doang yang diwajibkan gabung. Trus ancamannya ga masuk akal lagi. Masa kalo gak gabung club ini, nilai seni kita gak akan tuntas dan otomatis kita gak akan naik kelas. Padahal klub ini mah gak ada dampak buat sekolah.” Cewek berkacamata ini terus ngedumel tentang keputusan kepala sekolah. Kepala sekolah memang sudah berkali kali memaksa 3 cewek ini masuk klub kerajinan tangan, tanpa alasan yang jelas. Kepala sekolah sampai memberi ancaman tidak naik kelas ke 3 cewek itu jikalau mereka masih tidak mau bergabung dengan klub. Klub ini memang klub yang paling sedikit peminatnya, mungkin sama sekali tidak ada. 2 tahun kebelakang klub ini memang mengalami penurunan peminat, masih tidak diketahui penyebabnya apa. Tapi ada satu siswa yang sepertinya sangat mencintai klub ini. Dia adalah sang ketua klub sekaligus anak perempuan dari kepala sekolah, Kiyoko Lovata. Kiyoko merupakan senior dari Ega, Friska, dan Kaila. Dia juga sudah kelas 12 sekarang dan ini tahun terakhir ia di klub kerajinan tangan.“Kringgggg” bel jam istirahat berbunyi, sekaligus sebagai sinyal untuk Ega mengecas baterai tenaganya, alias makan di kantin Bi Murni.
“Duh laper banget, cus ke tongkrongan keburu rame ntar. Di tempat biasa ya, deket meja Bi Murni.” Dengan sigap Kaila dan Friska menggenggam erat kedua pundak Ega.
“Woy inget gak, ini hari pertama kegiatan kita di klub kerajinan tangan,” ucap Friska
“Jangan sok amnesia kamu ya, atau semua PR matematikamu gak akan aku kerjain lagi.” Ancam Kaila.
“Yaelah kan cuman makan bentar doang, lagian kegiatannya kok pas jam istirahat gini sih, gak singkron banget,” keluh Ega dengan bibir yang agak dimajukan.
“Kita juga laper Ga, kumpul bentar doang, mungkin pembukaan atau apa gitu,” balas Friska.
“Yaudah yaudah, gua nurut deh.” Ega lalu berjalan dengan bahu yang melorot dengan ekspresi malasnya.Ruang Club Kerajinan Tangan
Salah satu ruangan yang pintunya berbeda dari pintu ruangan yang lain. Dengan ukiran burung bangau di kedua sisi daun pintu. Sepertinya nampak baru.
“Nah ini dia ruangannya, ketua klub kita mana ya btw.”
“Udah Kai mending kita masuk duluan aja yuk.” Ajak Friska
Ruang Klub kerajinan tangan Sekolah Seni khusus perempuan ini memang tidak terlalu besar, ada sebuah meja dengan 4 kursi dan beberapa lemari dan kabinet. Beberapa hasil kerajinan tangan juga terpampang di sana.Beberapa menit kemudian datang seorang cewek dengan rambut yang dikuncir dua dan membawa beberapa lembar kertas.
“Ah kalian sudah datang ya, maaf aku keduluan hehe. Barusan dipanggil ketua osis buat ambil brosur ini,” ucap Kyoko sambil menyerahkan beberapa lembar brosur.
“Ehh ketua, gapapa kok. Kami juga baru datang. Brosur?”
“Festival karya tahunan SMA Seni Putri Kirana. Festival?
“Iya, ini brosur untuk festival karya sekolah kita. Di upacara penerimaan siswa baru kalian sudah tau kan? Festival ini diselenggarakan 1 minggu lagi. Kita sebagai klub kerajinan tangan harus ikut serta meramaikan festival ini.” Ucap Kiyoko menjelaskan.
“Lalu apa saja persiapan kita sebelum lomba ini kak? Apa kita harus membuat sebuah karya atau apa?” tanya Kaila.
“Good Question. Kakak sudah mempersiapkan daftar kerajinan yang harus kalian buat. Untuk Mega Kirana, kakak tugaskan kamu untuk membuat miniatur burung dari bahan bekas, Friska Amelia Putri, kamu harus membuat anyaman bermotif burung juga. Dan untuk Kaila Meisya Mei, tugas kamu itu harus membuat Batik dengan aksen utama “burung”.
Ketiga cewek itu seketika terperangah.
“Kenapa semuaanya bertema burung kak?” Tanya Kaila.
“Ega gasuka burung!” Ega lalu menyilangkan kedua tangan dan memutar kedua bola matanya.
“Ega berisik! Jangan mulai deh ga,” bentak Friska.
“huuhh,” keluh Ega.
“Ahahaha maaf ya Ega, tapi ini sudah keputusan kakak,gaboleh diganggu gugat. Dan untuk Kaila, ada alasan tertentu kenapa kakak mengambil tema burung ini. Jadi apa kalian siap mengemban amanah ini?” Tanya Kiyoko.
“Siap kak!” Jawab Friska dan Kaila serentak diikuti wajah sinis dari Ega.
Mereka kemudian kembali ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 Origami dan 4 Kursi
Short Story"Kuharap kalian yang baru mengerti ini" Aku ingin kalian seperti mereka yang dulu, mereka yang kusayangi. Jagalah apa yang tersisa di ruangan ini.