Faizha kembali meletakan ponselnya dengan tangan bergetar setelah mengetikan dan mengirim pesan untuk Arga. Air matanya setitik jatuh di pipinya dengan kasar Faizha menghapusnya. Faizha harus kuat Faizha tak boleh lemah, bagiamana pun dia harus kuat menjalani ini semua.
Apa betul suaminya itu kini telah menikah dengan Erina. Melihat kedekatan keduanya yang semakin terjalin dengan jelas. Faizha kini mengelus kecil perutnya yang masih rata. Sudah menjadi hak Arga jika dia ingin menikah kembali. Bukankah Faizha yang mengikhlaskanya.
Lelah memikirkan itu semua sampai membuat Faizha tertidur. Faizha tersentak saat bangun dari tidurnya di lihat jam di dinding hampir menunjukan jam setehah tujuh. Dengan cepat Faizha berlari kearah kamar mandi membersihkan badannya yang mengambil wudhu untuk sholat magrib.
Selesai solat Faizha memasak makanan untuk makan malamnya. Faizha menarik dalam udara. Ini semua karna dirinya terlalu berlarut memikirkan Arga yang mungkin tak memikirkannya. Apa Faizha harus masa bodok dengan masalah ini. Tapi bagaiman bisa masa bodo. Faizha memiliki hati yang lembut, bagaimana pun semua akan selalu di masuknya ke hati Faizha tidak bisa acuh dalam segala hal, apa lagi untuk masalah yang sebesar ini menyangkut rumah tangganya dan juga keluarganya.
Masakan sudah matang Faizha menatanya di meja makan. Setelah itu Faizha berlalu untuk melaksanakan sholat Isya. Selang beberapa waktu Faizha kembali ke meja makan.
Faizha terdiam menatap makanan yang beberapa waktu tadi di masaknya. Dulu Faizha makan selalu bersama Arga. Di meja makan rasanya begitu menyengkan. Arga yang selalu memuji hasil masaknya membuat Faizha tersipu malu, Arga yang selalu mengodanya. Dan terakhir mereka akan mengobrol banyak hal tentang harinya. Begitulah dulu kebiasaan Faizha dan Arga di ruang makan.
Jika di tanya bagaimana saat ini. Hanya suasana hening diam, tak ada suara yang menemani. Mungkin suara detingan jam pun dapat di dengar sekarang. Suasana di selimuti kesunyian. Selera makan pun hilang seperti suara yang menghilang.
Faizha mulai menyendokan makanan kepirinya. Dan memakanya dengan hikmat. Sebenarnya rasanya mulut tak mau menerima makanan perutpun serasa tak mau menerimanya. Tapi mau bagaimana pun tubuhnya harus di isi makanan. Faizha tak boleh egois dan mementingkan dirinya sendiri karna saat ini telah besemayam nyawa di rahimnya yang juga membutuhkan asupan nutrisi.
***
Faizha terdiam duduk di sofa badannya di sandarkan di sandaran sofa tangganya sedari tadi memeluk perutnya yang masih rata, terkadang Faizha mengelusnya juga.
Faizha mengapai ponselnya tak terasa jarinya mengotak atik dan membuka pesan yang tadi sore di kirimnya untuk Arga. Tanganya kembali bergetar.
Kata 'selamat' itu Faizha tulis dengan hati yang bergemuruh. Melihat kedekatan Arga dan Erina membuat Faizha yakin akan ikatan yang mungkin terlah mereka jalin.
'Aku akan mengikhlaskanmu' mungkin cicak di dinding yang sekarang melihat Faizha pun akan tertawa terbahak-bahak. Bukan menertawakan kesedihan Faizha tapi menertawakan kebodohan yang sudah Faizha lakukan. Terus dan terus Faizha membodohi hatinya sediri. Setelah Arga membohinga dan dirinya ikut membohongi hatinya.
'Aku akan kembali' kini kalimat itu yang ada di pikiranya. Benarkah dia akan kembali? Tapi bagaimana pun Faizha tak boleh terus lari dalam masalah ini. Faizha harus kembali walau nantinya hatinya yang akan sakit lagi. Bebarapa bulan ini memang belum cukup untuk Faizha mengikhlaskan semuanya. Tapi Faizha terus menguatkan hatinya untuk kembali. Faizha tak boleh terus-terusan menimbun dosa karna telah mendurhakai suaminya.
***
Dan di sinilah Faizha sekarang di depan rumah besar bercat putih menatap pintu coklat yang masih tertutup. Faizha menekan tombol bel di sana. Tapi tak ada sahutan dari dalam. Faizha kembali melihat jam tangan di pergelangan tanganya. Bukankah jam segini biasanya suaminya itu sudah kembali dari kantor. Apa suaminya itu ada lembur.
Faizha terdiam, pegal bediri Faizha duduk di tangga teras. Menunggu pemilik rumah itu kembali. Ada perasaan rindu untuk rumah ini. Bukan hanya rumah ini tapi rindu akan suasana hangat di dalamnya. Dulu Faizha menunggu Arga dengan hati senang. Menyambut kepulangan suaminya itu dengan senyum. Tapi kini Faizha menunggu dengan harap-harap cemas. Dengan badan bergetar menungatkan hatinya.
Apa Faizha akan sanggup. Faizha memikirkanya terus ada satu sisi hanya mungkin si jahat dan baik. Sisi jahat mengtakan 'pergilah Faizha. Jangan kembali kerumah ini. Arga telah bahagia dengan Erina. Mungkin rumah ini sudah tidak di tempatinya. Arga telah tinggak dengan Erina. Toh Arga tidak mengharapkan mu ada' tapi sisi baik langsung menyerangnya 'dengarkan Faizha. Kamu tak boleh lari dari semuanya. Kamu kuat Faizha. Kamu tak boleh terus-teruasan menjadi istri durhaka. Bagaiman pun surgamu ada pada Arga' Faizha mengutkan hatinya kembali tapi sisi jahat kembali mencuat 'Arga tidak akan pulang dia tinggal bersama Erina. Pergilah! Arga tidak mengahapkanmu!. Apa benar Arga tak tinggal lagi di sini?.
Sudah hampir malam dan Arga juga belum menampakan batang hidungnya. Apa mungkin yang di katakan sisi jahat benar. Faizha menghembuskan nafasnya kasar. Faizha mulai bangkit dari duduknya mulai selangkah demi selangkah berjalan menjauhi rumah itu.
Tapi baru saja Faizha akan pergi dari rumah itu mobil hitam sudah lebih dahulu masuk kedalam perkarangan rumah itu. Membuat Faizha diam sejenak. Perlahan kaca jendela mobil itu turun ke bawah menampilkan wajah seseorang yang sedari tadi di tunggu oleh Faizha.
"Maaf. Siapa ya?" Tanya Arga belum menyadari jika seseorang di depanya adalah Faizha. Faizha tertunduk dan cadar itu mengahalangi sebagian wajahnya.
Faizha belum bergeming hanya diam seribu bahasa. Detak jantungya memompa dengan cepat. Perlahan Faizha mendongakkan wajahnya. Detik itu juga Netra keduanya saling beradu.
Arga menatap lekat Netra bening itu. Pikiranya melayang-layang. Arga mulai menormalkan pikiranya. Apa benar yang di lihatnya betul sosok pemilik Netra yang selama ini di rindukanya.
Dengan cepat Arga membuka pintu mobil berjalan dengan cepat mengampiri Faizha. Menubruk dan memeluknya dengan sangat erat.
"Faizha. Kamu izha, istriku kan? iya kan? Faizha ini benar kamu kan?" Rentetan pertenyaan keluar dari murut Arga. Sedang Faizha hanya diam tak bergeming.
~TBC~
900+ kata dikit ya maafkan.
Baru Update baru punya paket hehe.
Oh iya maaf ya kalo cerita ini agak gimana gitu. Soalnya aku nggak bener-bener revisi ini cerita. Cuma perbaikan bagian Erina saja 😭 nanti kalo ada waktu lagi aku revisi besar-besaran. Soalnya mau ngejar LMLY 2 udah di tunggu soalnya. Maaf banget ya. Ketidaknyamanan saat membaca 😭🙏🙏🙏🙏
Makasih buat kalian yang setia baca 😘 Aku sayang kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You (Complete✔)
Spiritual(CERITA TAMAT) •Rank #01 - pernikahan [07-07-19] •Rank #1 - Spiritual [22-01-20] "Abi akan menjodohkan kamu dengan Anak teman Abi" Deg... Faizha langsung bangkit dari tempat tidurnya, di tegakkannya badanya. Mata Faizha menatap lekat mata Ahmad Abi...