TALAK DI HARI LEBARAN

9.4K 561 58
                                    

Talak Di Hari Lebaran

Part 5

Weni yang baru keluar dari kamar dan mendengar berita itu langsung histeris.

"Sariiii, maafkan aku maaaf," tangis Weni pecah terdengar memilukan.

"Sayang tenang sayang," kata Amran menenangkan sambil memeluk Weni.

"Am aku penyebab Sari terbunuh, aku mati saja Am biar Arya puas, aku tidak mau ada korban lagi," teriak Weni.

Mas Ranto langsung ambil tindakan, di teleponenya salah satu polisi yang dia kenal, minta pengawalan beberapa orang, dan meminta Bapak dan ibunya mengemasi barang-barang berharga dan segera berangkat ke tempat Argo.

Ibu panik sedangkan Bapak berusaha tenang, surat-surat penting semua dikemas, dalam satu tas, perhiasan dan barang-barang penting sesuai anjuran Ranto, sekitar empat jam dan selesai.

Dengan di antar dua orang polisi, dan ada beberapa orang bayaran untuk jaga rumah, Bapak dan Ibu Weni berangkat walau agak khawatir.

Sementara Arya nampak mengintip di warung perempatan milik Pak Haji Nurdin, pura-pura beli rokok.

"Pak Haji, mau nanya kalau rumahnya Beni yang polisi itu mana ya?"

"Oh itu sana, tapi kayaknya sepi rumahnya, Bapak Ibu Drajat barusan berangkat itu," jawab Pak Haji tanpa curiga.

"Oh iya makasih ya Pak," kata Arya sambil pergi.

Polisi sudah mengerahkan petugasnya untuk mencari Arya, tapi sepertinya Arya licin seperti belut, pintar sekali sembunyi.

Weni masih syok, Mbak Ismi putuskan untuk membawa Weni ke rumah sakit biar dokter bisa menanganinya dengan benar.

Kandungan Weni pun lemah karena kondisi sang Ibu yang stres, tidak makan dengan baik juga kurang tidur, Amran sendiri sudah kehilangan akal untuk menenangkan hati Weni, bahkan Amran sekarang mengambil kerja yang freelance.

Namun Ranto dan Argo juga membantu keuangan Amran, Beni pun tiap hari selalu cek keadaan Weni,  Bapak dan
Ibu Weni ada pensiunan begitu juga Bu Fatimah, kakaknya Amran pun siap membantu.

Masalah keuangan Amran tidak akan pernah khawatir kekurangan, tapi masalah kejiwaaan Weni, Amran terlalu takut dengan kondisi mental Weni.

"Papa, gimana kalau Weni kita pindahkan ke Papua biar jauh dari Arya, kan ada kakaknya Amran di sana?" kata Mbak Ika memberi saran ke suaminya.

"Papua terlalu jauh, kalau ada apa-apa kita sendiri yang repot, kasian Bapak sama Ibu," jawab Mas Argo.

"Tapi selama masih di jawa Weni akan seperti ini terus Pa."

"Nanti aku coba rundingkan dengan Bapak sama Mas Ranto."

Karena kondisi Weni benar-benar drop, akhirnya dia harus kehilangan bayinya untuk kedua kalinya, Amran tentu sangat kecewa, tapi kesehatan Weni lebih penting baginya.

Sudah satu minggu Weni bedrest di klinik, dan entah kekuatan dari mana, tiba-tiba Weni minta pulang ke rumahnya.

Tentu saja permintaannya di tolak mentah-mentah sama kakak-kakaknya terlebih suaminya.

"Sampai kapan saya akan menghindar dan ketakutan? Arya sengaja mau mencari saya," teriak Weni.

"Sudah dua kali saya harus kehilangan bayi dalam kandungan saya, hanya karena kesalahan saya pernah mencintai lelaki yang salah, saya tidak akan mengalah."

"Tapi sayang, kamu tidak harus berbuat seperti itu," kata Amran.

"Tidak Am, sudah cukup aku menjadi orang yang bodoh, aku harus berani, demi hidupku demi kita," pinta Weni.

TALAK DI HARI LEBARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang