Chapter 49

29 9 0
                                    

Jika sudah menjadi prioritas yang lain hanya angin berlalu

Happy Reading

Mata seorang gadis yang terbaring lemah kini perlahan terbuka. Penglihatan gadis itu belum jelas, masih buram seperti ketika ia merasa pusing kemarin.

Gadis itu memegangi pelipis-nya kemudian memperlebar penglihatan, atap putih dengan bau obat-obatan mampu ditebak oleh Salsa, bahwa ia lagi-lagi ada di rumah sakit.

Salsa mengedarkan pandangan, mencari seseorang dan menemukan sosok Rendi yang sedang tertidur pula dikursi dekat tempat-nya tidur.

Tangan Salsa terangkat untuk mengelus rambut Rendi, wajah Rendi begitu tenang. Hidung-nya yang mancung dan bulu mata yang lentik menambah kesan sempurna diwajah Rendi.

"Terimah kasih, karena sudah menjagaku." Ucap Salsa dengan mengelus rambut Rendi.

Rendi bergeser posisi membuat Salsa terkejut lalu dengan cepat menarik tangan-nya. Salsa memperhatikan wajah Rendi terus tanpa ingin mengalihkan-nya dari yang lain.

"Gue berharap Tuhan tetap memberi kita waktu untuk bisa bersama, karena cuma kamu Ren yang bisa jagain gue." Ujar Salsa dengan tersenyum simpul.

Perlahan mata Rendi mulai terbuka lalu memicingkan mata-nya saat melihat sosok gadis yang kemarin terbaring tidak sadar sekarang sudah membuka mata-nya.

Kedua tangan Rendi menggosok mata, takut-nya ia cuma bermimpi namun setelah menggosok gadis itu masih tetap sama, ia sudah membuka mata.

Perasaan lega, senang kini Rendi rasakan. Ia tidak ingin kehilangan Salsa, cukup kehilangan peluang untuk menjadi pacar tapi kehilangan sosok sahabat Rendi tidak ingin.

"Sejak kapan bangun?" Tanya Rendi.

"Sejak tadi." Jawab Salsa dengan tersenyum.

"Ada apa?" Heran Rendi, Salsa senyum-senyum sendiri setelah itu tertawa terbahak-bahak membuat Rendi semakin heran.

"Tuh!!" Tunjuk Salsa pada bagian bawah bibir Rendi.

Rendi segera berlari menuju toilet, lalu membasuhi seluruh wajah-nya. Sementara Salsa masih setia tertawa.

Kebahagian tidak selama-nya harus tentang pacar, selagi masih ada teman ya mengapa tidak bersama mereka, Salsa berpikir seperti itu.

Setelah Rendi selesai membasuh wajah, Salsa takjub dengan ketampanan Rendi.

"Kenapa? Gantengkan gue!!" Ucap-nya seraya menaikan kedua alis secara bersamaan.

Salsa terperangah, seperti sedang diberi semangat di pagi hari untuk masih bisa bertahan demi melihat wajah itu lagi.

"Kamu pede banget sih." Jawab Shela dengan memutar bola mata malas.

"Gak usah pake aku-kamu, gue-elo aja."

"Kenapa?" Tanya Salsa bingung.

"Karena kita cuma TEMAN." Jawab Rendi dengan menekankan kata teman di akhir kalimat.

"Teman tapi kalau saling sayang boleh kan?"

ShelaRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang