Perempuan yang sedari tadi tengah memberikan suap demi suap pada seorang laki-laki yang terbarng di ranjang rumah sakit, menyimpan mangkuk yang ada di tangannya dan mengambil sebuah ponsel dari tas kecilnya."Aku ditinggalin di Alun-Alun Bandung". Begitulah pesan yang masuk ke ponsel perempuan itu, lantas ia keluar bergegas keluar kamar rawat, dan menelpon seseorang.
tuuuut... tuuuut... "Assalamu'alaikum"."Wa'alaikumussalam, kamu dimana sekarang ?""masih di alun-alun, aku gak tau jalan ke rumah kamu.""kamu tunggu disitu, sekitar 30 menit aku sampe, aku masih dirumah sakit.""din maafin aku.""Assalamu'alaikum". dengan cepat ia menutup telpon itu dan kembali kedalam ruang rawat rumah sakit.
"Zar, aku gak bisa lama ada urusan, kamu cepet sembuh ya." pamit dinda."din, sebentar banget, gak kangen sama aku?""iyah din gimana sih, calon suami sakit main tinggal-tinggal". Timpal seorang laki-laki yang sedari tadi duduk di sofa sambil bermain games di ponsel."aku ada urusan yang lebih penting banget, syafakallah Nizar, gas duluan ya Assalamu'alaikum." Dinda pergi meninggalkan rumah sakit.
Entah sudah tahun keberapa ini, seingat dinda ini sudah tahun ke 6 dinda memang selalu dibuat khawatir oleh via sahabatnya, sejak duduk dikelas satu SMA di Jakarta tepatnya via sudah menjadi sahabat dinda, dimana dimasa-masa SMA itu via memiliki kekasih bernama Aldi, dinda sering mengingatkan via bahkan menyuruhnya menyudahi hubungan mereka yang labil, ya kaya sekarang ini, mereka berdua masih kekanak-kanakan banget tiada hari tanpa drama via dan aldi.Bahkan rasanya jika di ingat-ingat, sudah berapa guru yang selalu mengingatkan via, tapi barangkali begitulah cinta, membutakan hal-hal yang salah.Dalam angkutan umum, dinda beberapa kali menghela nafas. mengingat semua nasihat yang tak pernah didengar via, dan sangat terlihat di raut wajah dinda kekhawatiran akan via yang ditinggal di kota orang begitu saja.
"Kiri," ucap dinda pada pak sopir, Dinda turun dari angkutan umum, bersamaan dengan matahari yang mulai meredup seakan mengerti perasaan dinda, yang selalu khawatir terhadap sahabatnya.Dinda turun tepat di depan Masjid yang sebelumnya sudah via infokan."Via.." teriak dinda, merekapun saling berpelukan.Via menangis menceritkan hal yang baru saja dialaminya, ya masalahnya sepele cuman karena makanan yang gak habis. Sekitar 30 menit via bercerita kepada dinda"aku coba hubungi dulu al ya din""terserah vi, aku masuk ke dalem masjid dulu""iyaah din"tak sengaja ketika dinda berbalik ke arah dinding tiang disampingnya dinda terkejut, ternyata dibalik dinding itu ada Aldi, ya artinya Al memang ada daritadi dan mendengar semua percakapan dinda dan via, dinda inisiatif untuk menghubungi via, dan via pun kembali ke tempat dinda dan Aldi berada."Hi Al apakabar ?" sapa dinda mencairkan suasana."Baik din, kamu masih betah aja dengerin curhatan via." ketus Aldi"Aku sih sebenernya udah gak mau, ya tapi gimana nih anak orang ditinggal-tinggal jadinya aku juga yang jadi repot hehe"Aldi terdiam dan suasana menjadi hening kembali."Cari makan yu, aku laper" ucap dinda kembali mencairkan suasana.Merekapun berjalan ke arah sebuah resto di samping masjid raya."Kalian nginep dulu dirumah ya, kemaleman juga balik ke Jakarta"."makasih ya din" ucap via dan aldi berbarengan.
YOU ARE READING
Bersahabat Dengan Takdir
Spiritual"Sesulit apapun, sandarkan, harapkan, luapkan semuanya hanya pada Allah, pemilik segalanya. Allah tidak mungkin memberikanmu ujian, tanpa memberikan solusi, dan yang paling pasti adalah Allah tau kamu orang yang tepat untuk menerima ujian ini."