"Adakalanya angan dan khayalan itu lebih indah dari kenyataannya, dan itu memang benar adanya."
☆☆☆Apartemen dengan ukuran minimalis dan bernuansa monokrom itu menyambut kedatangan seorang pria, dengan balutan kaus putih polos yang dipadukan dengan kemeja maroon yang sengaja tidak dikancing. Tambahan celana jeans dan juga sepatu kets semakin menambah kadar ketampanan laki-laki keturunan tanah Jawa itu. Adi, ya begitulah orang-orang memanggilnya.
Dia menatap tak berminat pada handphone-nya yang kini tengah meraung-raung minta diperhatikan. Ada sebuah pesan masuk dari sang ibu. Huft, dia mengembuskan napas kasar.
Adi menatap tak suka dengan pesan yang dia terima, selalu saja seperti itu. Ibunya tak pernah lelah meneror dia untuk segera menikah. Jika hal itu tidak dia lakukan dengan segera sang ibu mengancam akan mencarikan pasangan. Dan Adi tidak akan pernah membiarkannya terjadi. Oleh sebab itu, dia berusaha mati-matian mencari keberadaan Rengganis, gadis desa yang sudah berhasil mencuri perhatiannya sejak pandangan pertama.
Adi mencari tahu apa pun tentang Rengganis, sampai akhirnya dia mengetahui bahwa sang gadis pujaan itu adalah salah satu karyawan di sebuah toko roti. Dengan penuh rasa senang dia menemui Rengganis namun dia dibuat kecewa karena sang gadis pujaan tidak mengenalinya. Alhasil dia harus bersikap agresif dengan memberikan sebuah kartu nama agar Rengganis bisa mengenalinya. Namun, hal itu belum berhasil membuat ingatan Rengganis kembali, dan akhirnya dia memberanikan diri untuk menghubungi nomor telepon pribadi yang dia dapatkan dari kwitansi pembayaran service laptop Rengganis.
"Ah, gadis itu buat aku gila karena terus saja memikirkannya," gumam Adi kala mengingat wajah ayu nan polos Rengganis.
"Dia memang perempuan langka di dunia. Diajak pacaran enggak mau," lanjutnya seraya menjatuhkan tubuh di atas pembaringan.
Dengan senyuman usil dan jail dia mengambil ponsel yang berada di nakas samping tempat tidur. Mengetikan beberapa kata untuk dia kirimkan pada perempuan yang sudah menawan hatinya.
☆☆☆
Jam di dinding menunjukkan pukul empat sore, dengan segera dia mengambil tas punggung yang berisi beberapa helai pakaian dan melangkah menuju terminal. Dia akan segera berangkat ke Jawa Tengah untuk menemui kedua orang tuanya, sekaligus menyampaikan niat baiknya yang akan mempersunting gadis pujaan. Dia mengambil jadwal keberangkatan pukul lima sore dan kurang lebih akan sampai di tempat tujuan pukul tiga subuh.
Perjalanan yang cukup panjang namun sangat dia nanti-natikan, terlebih rasa penasaran akan sambutan hangat dan restu dari kedua orang tua Rengganis sudah memenuhi pikiran. Adi seperti remaja yang tengah dilanda asmara, senyumnya tak pernah luntur. Bahkan waktunya dia habiskan untuk melihat sebuah foto candid yang sengaja dia ambil pada saat Rengganis tengah tersenyum melayani beberapa orang pelanggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terikat Adat | OPEN PRE ORDER
RomanceOPEN PRE ORDER BERLANGSUNG SAMPAI TANGGAL 15 DESEMBER 2019 Cerita ini berkisah tentang sepasang anak manusia yang saling mencintai namun terhalang oleh adat dan budaya yang keluarganya junjung tinggi. Dua adat yang saling bertolak belakang menjadi p...