My Ice Boy
Alena memasuki area sekolahnya dengan langkah santai, tidak lupa gadis itu bersenandung kecil mengikuti lagu yang diputar lewat earphone yang ada ditelinganya. Sekolah sudah nampak sepi, karena memang jam pelajaran sudah berjalan selama lima belas menit yang lalu. Namun gadis itu terus melangkahkan kakinya tidak peduli.
"Telat." suara cowok yang sangat Alen kenali, rupanya dia ke gap sekarang.
Alena sudah tau siapa cowok yang menghentikan langkahnya, dia adalah Riga Aryan ketua osis paling laknat sejagat raya.
Alena tersenyum semanis mungkin untuk menanggapi protesan Riga tentang keterlambatannya. Riga yang mendapati senyuman manis yang ditunjukan Alen hanya menggelengkan kepalanya, terlalu bosan melihat senyuman manis yang diberikan oleh gadis bernama Alena Quinza itu.
"Selamat datang tuan putri." cibir Riga menatap tajam Alena.
Alena mendecak malas untuk menanggapi cibiran Riga barusan, Alena sangat paham akan arti dari cibiran seorang Riga Aryan barusan. Tidak lain, itu adalah tanda emergency untuk dirinya.
"Ga, lo tau nggak kalo nolong orang itu bisa menambah pahala kita?" ucap Alen berusaha membuat siasat untuk melepaskan diri dari hukuman yang akan diberikan si ketua osis.
"Tau. Tapi pahala gue udah banyak, jadi gue lagi nggak buka jasa buat nambah pahala." jawab Riga datar.
Alena melepaskan earphone nya kemudian menghembuskan napasnya dengan kasar, dia tau tidak akan sama membujuk Riga sebagai teman dan Riga sebagai ketua osis. Tapi sungguh, saat ini dia sedang malas untuk mengelilingi lapangan yang luasnya mampu membuat siapapun mengelus dada.
"Gue males." katanya to the poin. Percuma dia membuat siasat untuk melepaskan diri dari Riga, karena cowok itu akan tetap pada pendiriannya.
"Tapi gue nggak mau tau."
"Trus gimana?"
"Lo nanya gue? Yah, lo lari lah, apalagi?!" ucap Riga sinis.
"Seriusan Ga, gue lagi males muterin itu lapangan." keluh Alena.
"Tapi gue lagi kepengen liat lo muterin tuh lapangan." celetuk Riga.
"Lo jahat Ga, jahat banget sama gue." Alena sok mendramatisir perkataan Riga barusan, padahal biasanya juga biasa aja. Malahan juga biasanya dia bakalan membalas perkataan Riga yang jahat dengan lebih jahat pula, hingga membuat cowok bermulut pedas itu mengeluarkan decakan malasnya.
Riga langsung menyentil kening Alena dengan cukup keras. Kemudian melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, lima belas menit lagi jam pelajaran kedua dimulai. Itu artinya dia sudah tidak memiliki waktu lagi untuk berdebat dengan Alena, dan dengan terpaksa dia harus melepaskan Alena dari hukumannya.
"Ikut gue ke ruang osis." kata Riga datar. Kemudian dia membalikkan tubuhnya, lalu berjalan meninggalkan Alena yang tersenyum penuh kemenangan.
Namun senyum itu langsung pudar ketika Alena memasuki ruang osis. Karena saat Alena memasuki ruangan terlaknat menurut versinya itu, Alena langsung disambut dengan ceramah menyebalkan dari sang wakul ketua osis yang gak kalah menyebalkannya dari Riga.
"Mau lo apa sih Len? Liat point-point lo disini udah gak cukup gue tulis dibuku pelanggaran lo." Rasti memperlihatkan buku pelanggaran yang menuliskan pelanggaran yang selalu Alena lakukan, dari mengecat rambut, memakai kutek, baju yang sangat minim, tidak memakai kaos kaki, kesiangan dan banyak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Boy
Teen Fiction"Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti LEMBAR KOSONG. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap disana. Bumi hanya sedang berputar."