Hari ini ada wanita manja yang ingin dijemput pacarnya. Rara, katanya selagi Radit masih di Bandung, Radit harus menjemput Rara di kampus dan setelah itu mereka harus keliling Bandung seperti di Tangerang dulu.
Keinginan Rara memang tidak sulit dan terdengar sangat sederhana. Rara cuma butuh ditemani, dia tidak pernah minta banyak hal aneh. Yang aneh hanya meminta untuk dibelikan boneka sebelum Radit ke Surabaya dan Rara ke Bandung. Selebihnya Rara cuma minta Radit datang ke Bandung dan temani Rara.
[Ih kamu dimana, Aku udah keluar kelas nih. Mau jalan ke depan] Suara Rara terdengar saat panggilan telepon mulai tersambung.
"Aku lagi makan di depan. Kamu sini aja"
[Ish kenapa nggak makan bareng]
"Gak tahan hehe" Radit tertawa pelan.
[Ya. Tunggu nanti aku ke sana. Tungguin jangan kabur]
"Kabur ahh"
[RADIT]
"Hmm, iya aku tunggu. Matiin ya, aku mau makan lagi"
Selanjutnya Radit mematikan panggilan secara sepihak. Radit harus menyiapkan telinganya untuk mendengar ocehan Rara karena Radit yang makan lebih dulu dan Radit juga yang mematikan teleponnya lebih dulu.
Setelah menyelesaikan makannya, Radit keluar dari warung kecil yang mungkin luasnya hanya 5 X 5 Meter. Ia memperhatikan keadaan sekitar untuk menemukan wanitanya. Tapi ternyata memang tidak sulit menemukan Rara, ia muncul dibalik kerumunan orang yang berlalu lalang di depan gerbang kampusnya.
Radit langsung berlari ke arah Rara karena wanita itu masih seperti kebingungan menatap keadaan sekitarnya, mungkin dia mencari Radit dengan tatapan matanya dari jarak jauh. Sok, padahal matanya Rara minus dan dia mana mungkin bisa melihat sesuatu dengan jelas yang jaraknya 10 meter di depannya.
"Heh, nyari siapa?" Radit sengaja muncul dari arah samping dan membisikkan sesuatu di telinga Rara yang membuat anak itu langsung terlonjak kaget.
"Ish. Ngagetin aja" Rara langsung memukul bahu Radit dengan sekuat tenaganya sampai Radit juga meringis kesakitan karena pukulan Rara.
"Punya hp buat apa sih kalau nggak digunain?" Radit menahan tangan Rara yang sebenarnya masih ingin memukul Radit.
"Ya tapi kan aku kira kamu tuh tadi masih makan."
"Udah selesai. Aku nggak lama kalau makan"
"Yaudah. Mau kemana hari ini?" Tanya Rara.
Radit mengangkat kedua bahunya kemudian menggelengkan kepalanya. "Kawasan punya kamu, ngapain nanya aku?"
"Ke Dago pakar aja" Ucap seseorang yang tiba-tiba membuat Radit terkejut. Suara laki-laki yang berasal dari belakang tubuh Radit. Sontak Radit langsung menoleh dan menemukan seorang laki-laki dengan tubuh tinggi dengan wajah blasteran yang sangat asing dimata Radit. "Gue Edric. Nggak usah aneh liat muka gue kali. Gue lahir di Turki, tanggal 20 september. Gue dari fakultas farmasi semester 6. Rumah gue di Batununggal Blok F Nomor 26. Gue anak ke dua dari tiga bersaudara. Dan gue suka sama Rahma"
Apa? Radit seperti di tusuk oleh pedang tajam. Hatinya nyeri, tapi yang muncul malah senyuman yang lebar. Senyuman yang jelas sangat terpaksa.
"Apaan sih Kak!" Radit masih bisa mendengar suara Rara berteriak. Memberontak fakta, padahal itu nyata. Orang ini adalah Edric yang sering Rara ceritakan pada Radit di telepon.
"Gue Raditya. Temennya Rara dari Surabaya, temen pacarnya Rara. Kebetulan gue lagi main ke Bandung. Thanks buat rekomendasi tempatnya. Gue sama Rara pamit dulu." Radit kemudian memukul bahu Edric sambil membisikkan nya sesuatu. "Pacarnya Rara galak. Gue tunggu lo berhasil buat dapetin hatinya Rara. Good luck"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
РазноеSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...