Di tepi sungai Han, aku menangis. Dengan memeluk lutut, dan membenamkan wajah, aku berharap semoga tidak ada yang mengenaliku kali ini, kumohon.
"Ara."
"Aku tahu kau akan datang. Cepat atau lambat. Kau tetap mengenaliku. Pergilah, Tae. Kumohon."
Suaraku bergetar, semakin kueratkan pelukan pada lututku. Aku tidak bisa, tolonglah taehyung.
"Bisakah kau berlagak seperti manusia? Kau berhak menangis di depan orang, kau berhak membantah jika kau tidak mau melakukan hal itu."
"Aku-
"Tidak bisa menolak lagi? Aku merasa tidak enak kalo aku tidak membalasnya. Aku terlihat jahat, aku terlihat salah,-
taehyung berhenti sejenak, dan menghela nafasnya kasar.
"Aku bodoh, Taehyung."
'Grep. Kurasakan, lagi. Taehyung memelukku. Tangisku pecah. Benar-benar pecah.
No, i won't this. Stop it, Tae.
"Lelaki itu, berkata padaku. Bila kau tidak mau berkencan dengannya. Dia tak apa. Dia tidak mau memaksamu. Dia tidak akan pula memaksakan perasaannya."
"Aku menyakiti banyak orang. Aku, aku
bahkan menyakitimu..." ucapku lirih, sangat lirih. Namun, Taehyung terlalu peka padaku.
"Kau tau, hal yang membuatku sakit hati selama bersahabat denganmu, bukan ketika kau menolak berkencan denganku. Aku justru senang, kau bisa jujur denganku. Aku terasa di-spesialkan olehmu. Haha." Tangan taehyung bergerak mengusap pipiku, hangat rasanya. Aku perlahan berhenti menangis.
"Lantas?" kuputar bola mataku, ditatap seperti ini. Aku tidak bisa, tidak untuk Taehyung.
"Ketika aku melihat kau menangis memikirkan orang lain, hingga kau lupa bahwa dirimu sendiri. Dirimulah yang paling butuh perhatian. Tapi, kau selalu mendahulukan orang lain, kau selalu berbaik hati pada orang lain, kau menyepelekan hatimu sendiri yang hancur demi diriku, dia dan semuanya. Ara, bagaimana bisa aku melihat sahabat yang telah mengambil hatiku, menangis, di dalam sunyi gelap malam?" kulihat matanya berkaca, dengan cepat. Kupeluk dia, erat. Sangat erat.
"Maafkan aku. Maafkan aku, Taehyung. Maaf karena aku, kau jadi memperhatikanku, maaf karena aku merepotkanmu, maaf karena aku mengambil hatimu, maaf kau jadi melihat tangisku. Dan-
Maaf aku telah membuat hatimu sakit. Maaf Taehyung maaf..." benar-benar, aku tidak bisa melihatnya menangis. Tidak bisa. Hatiku bahkan ikut sakit, melihatnya menangis.
"Hei, tidak apa. Bukan salahmu, Ra. Aku sendiri yang ingin melakukannya. Dan kau tahu, kau bahkan lupa akan perasaanmu." Kulepas pelukan itu. Dan aku memasang wajah "Apa?"
Chup. Kurasakan, sesuatu yang kenyal menempel pada bibirku. Jantungku berdetak seratus kali ebih cepat, bahkan pipiku terasa memanas. Oh, God.
"Kau,
Mencintaiku Yoon Ara." Senyum taehyung terbentuk setelah membisikkan kalimat itu.
Haha, i'm so lucky to have a close fren like him. NO, maybe he'll be my boy fren soon, Kim Tae Hyung.
-Athea-