↠Piano

450 75 6
                                    

"Hyungjun, dia keren banget!" ucap Minhee kesekian kalinya saat ia menatap kakak kelasnya, Yunseong, yang sedang menari di tengah lapangan. Hwang Yunseong adalah pemuda yang Minhee percaya sebagai cinta pada pandangan pertamanya, Hyungjun yang tidak tahu apa-apa hanya mengiyakan saja. Yunseong merupakan ketua kelas dance, ia duduk di kelas 3 sekarang. Minhee tidak dapat melepas tatapan matanya jika Yunseong sudah menari, ia tampak seperti telah tersihir begitu saja. Minhee sama sekali tidak mempedulikan Wonjin, orang yang sudah seperti saudaranya sendiri yang menari bersama Yunseong. Di mata Minhee pemandangan yang fokus hanya pada Yunseong saja, sisanya blur.

"Hyungjun, Minhee, cobalah menari untuk lagu selanjutnya." ucap Wonjin setelah ia menyelesaikan tampilan koreografi tadi bersama Yunseong dan Sihun. "Hm...." Hyungjun hanya menatap Wonjin. Wonjin membuka tutup botol minumnya lalu meneguk air yang ada di dalamnya. "Ayo Hyungjun, aku tahu kau bisa." lanjut Wonjin setelah ia menyelesaikan minumnya.

"-dan Minhee, kalau kau mau menarik perhatian Yunseong-hyung, sebaiknya kau menari juga." Wonjin mengalihkan tatapannya pada Minhee. "Hm~" Minhee mengangguk mengerti.

Lagu berikutnya dimulai, Minhee menarik Hyungjun ke tengah lapangan untuk menari bersama. Beberapa junior yang melihat mereka akhirnya ikut memberanikan diri untuk menari bersama. Dengan nada alunan yang lembut dan memukau, 5 orang junior menarikan koreografi dari lagu itu. Koreografi dengan genre contemporary dance.

Gerakan Hyungjun yang halus dan mata birunya yang teduh membuat beberapa senior terpaku melihatnya. Wonjin yang sudah tahu betul dengan kemampuan Hyungjun hanya tersenyum tipis.

Tidak lama setelah pertunjukkan itu, Hyungjun semakin dikenal oleh banyak orang, tapi hal itu tidak lantas membuatnya senang. Mungkin hal lain yang menarik dari pertunjukkan Hyungjun kala itu adalah bagaimana Hyungjun menampilkan ekspresinya yang begitu sedih.

Belakangan ini Hyungjun merasakan ada yang aneh, ia lebih sering menyelinap keluar dan pergi ke darat untuk menatap bulan beberapa menit. Ia merasa lebih sering terjaga tiap malam menatap langit-langit kamarnya yang kosong.

Ia merasa ada yang hilang, tapi entah apa hal itu.

Keesokan harinya, Hyungjun duduk di sebelah Jinwoo setiap pagi seperti biasanya. Hyungjun akan selalu datang 10 menit sebelum bel masuk berbunyi, dan ia akan berbincang dengan Jinwoo sambil menunggu guru pelajaran pertama masuk.

"Minggu ini kalian akan di tes vokal ya," ucap Seungwoo-ssaem, guru vokal kelas 1. Jinwoo yang memang memilih kelas vokal sebagai kelas tambahan tentu tidak merasa terbebani, tapi berbeda dengan Hyungjun. Walaupun kemampuan bernyanyi Hyungjun tidak begitu buruk, ia tidak cukup percaya diri untuk tampil saat tes vokal nanti.
"Ada apa, hyung?" tanya Jinwoo yang dapat melihat keresahan Hyungjun. "Aku rasa aku tidak dapat bernanyi dengan baik, aku kurang percaya diri," jelas Hyungjun.

Jinwoo mengangguk mengerti, "kalau begitu coba latihan saja di kelas vokal." usulnya. "Latihan? Kapan?" tanya Hyungjun. "Malam ini bisa, malam ini tidak ada kelas vokal tambahan, jadi studio musik pasti kosong." ucap Jinwoo. "Wah, makasih Jinwoo." Hyungjun tersenyum senang mendengar saran dari teman sekelasnya.

Setelah pukul 7 malam, Hyungjun meminta izin untuk mengikuti kelas tambahan vokal pada Hyunbin-hyung. Hyunbin-hyung mengizinkan Hyungjun untuk pergi, dengan syarat ia harus pulang sebelum jam 9 malam. "Terima kasih Hyung" Hyungjun memeluk Hyunbin. "Ah, dan satu hal lagi, tolong jangan beritahu Wonjin-hyung." ucap Hyungjun. Hyunbin tidak bertanya mengapa, ia hanya mengangguk.

Hyungjun memakai hoodienya lalu ia segera pergi keluar, ia melewati dermaga dan berjalan kembali menuju sekolah. "Oh, Hyungjun-ah," Jinhyuk-ssaem, guru matematikanya menyapanya. "Selamat malam," Hyungjun membungkuk sopan. "Apakah hari ini kau mengikuti kelas tambahan rap?" tanya Jinhyuk. Hyungjun menggeleng. Benar, malam ini hanya ada tambahan kelas rap. "Aku ingin berlatih sebentar di studio vokal." jawab Hyungjun. "Oh, begitu ya, baiklah, semangat." Jinhyuk mengangkat kepalan tangannya.

Sudah sebulan semenjak ia memasuki sekolah ini, tapi Hyungjun terus menerus tersesat. Setelah mencoba mengingat kembali denahnya, ia berhasil sampai ke studio vokal. Ia membuka pintu geser itu perlahan lalu menyalakan lampu yang ada di dalam ruangan.

Ia menemukan banyak alat musik di dalam, tapi piano putih itu menyita perhatiannya. Selain piano itu berwarna putih bersih, ia juga tampak begitu indah karena pemandangan cahaya lampu taman yang ditampilkan jendela di belakangnya. Hyungjun menutup pintu lalu berjalan masuk. Ia dengan ragu mendekati piano putih yang tampak elegan itu.

Setelah sampai, Hyungjun benar-benar takjub dengan indahnya piano itu, ia membuka pianonya lalu menekan beberapa tuts dengan jemarinya. Ia duduk disana beberapa saat, tidak yakin dengan lagu apa yang akan ia mainkan untuk melatih vokalnya. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya sebuah lagu muncul di benaknya.

Jemari kecil Hyungjun mulai menari diatas barisan tuts hitam putih dan intro sebuah lagu mulai terdengar. Belum sempat Hyungjun bernyanyi, seseorang membuka pintu studio vokal, membuat Hyungjun menghentikan permainannya seketika. "Ah, maaf," ucap orang itu. "Aku kira tidak ada orang dan lampunya dibiarkan menyala." ucap Mingyu, sang ketua osis. "Ah.. Tidak apa-apa kok, tidak seharusnya aku ada disini." Hyungjun segera bangkit dari kursinya.

"Bukannya kamu mengikut kelas tambahan dance?" tanya Mingyu sembari mendekati Hyungjun. "Song Hyungjun, kan? Yang bawa lemon ke kantin waktu itu?" tanyanya memastikan. Hyungjun meremas sweater pawnya, ia mengangguk. "Iya, aku kesini untuk latihan vokal tadinya, sebentar lagi Seungwoo-ssaem akan mengadakan tes vokal." jelas Hyungjun. "Oh begitu, " Mingyu mengangguk mengerti.

"Boleh aku mainkan pianonya untukmu?" tanya Mingyu, Hyungjun awalnya tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengarkan. Tapi benar adanya, Mingyu menawarkan diri untuk memainkan sebuah lagu dengan piano itu. "Tentu saja, aku akan sangat senang." Hyungjun bangkit dari kursi piano itu.

Hyungjun mengobrol beberapa saat dengan Mingyu sebelum ia memberikan lagu yang ingin ia nyanyikan. Mingyu cukup mengetahui banyak lagu, jadi ia sudah cukup lancar memainkan pianonya.

Visual Mingyu yang begitu tenang, matanya yang tajam namun teduh disaat bersamaan membuat Hyungjun terkesima, menatapnya dengan penuh kekaguman. Denting suara piano mulai mengalun terdengar begitu indah. Mingyu sangat cocok bersama piano putih itu, tidak ada kombinasi yang lebih elegan dari itu.

"Ah, maaf, aku melupakan intronya." ucap Hyungjun karena ia malah memikirkan hal lain, yang pasti bukan lirik lagunya. Mingyu memberikan beberapa tips dalam bernyanyi pada Hyungjun.

"Hyungjun hebat dalam menari ya?" tanya Mingyu, tangannya tetap memainkan piano. "Ah.. Tidak juga.." jawab Hyungjun merendah.

"Hyungjun.." Entah sejak kapan Mingyu sudah bangkit dari kursi pianonya, berjalan perlahan ke arah Hyungjun. "ya hyung?" gumam Hyungjun meresponnya. Mingyu menatap kedua manik biru Hyungjun, "bisa ajari aku menari? Aku akan mengajarimu bernyanyi." ucap Mingyu. "B-boleh hyung! Dengan senang hati. Kapan?" tanya Hyungjun antusias.

"Setiap malam ini, malam rabu jam 7." bisik Mingyu sambil tersenyum tipis. "Tentu saja boleh, Hyung." jawab Hyungjun membalas senyum tipis Mingyu dengan senyum manisnya. Mingyu tidak bisa melepas tatapannya dari kedua manik Hyungjun yang indahnya bukan main, ia tanpa sadar menahan nafasnya karena takjub.

"E-eum, hyung, aku harus pulang nih, sebentar lagi jam 9" Hyungjun menatap jam dinding, khawatir Hyunbin-hyung sudah menunggunha di rumah. "O-oh, iya," Mingyu akhirnya tersadar juga. Hyungjun segera berjalan menuju pintu, "S-sampai nanti, hyung," Hyungjun melambaikan tangannya, matanya juga masih terpaku pada Mingyu.

Hyungjun yang terlalu fokus dengan Mingyu malah mendorong pintu gesernya, alhasil tidak terbuka.

"Hyungjun.. Itu pintunya digeser.. " ucap Mingyu, terkekeh melihat tingkah adik kelasnya. "Eh! Eh iya hyung, makasih." Hyungjun dengan malu dan panik segera membuka pintu lalu berlari pulang.

‧͙⁺˚*・༓☾  ☽༓・*˚⁺‧͙

"Aku pulang," bisik Hyungjun pelan sambil membuka pintu rumah. "Habis dari mana heh?" Minhee yang tiba-tiba muncul mengagetkan Hyungjun setengah mati, untung saja Hyungjun refleks menutup mulutnya untuk mencegah pekikan terlepas. "Latihan vokal.. Bentar lagi ada tes vokal sama Seungwoo-ssaem kan," jelas Hyungjun, tanpa menyebutkan Mingyu. "Oh iya, bentar lagi, Hyungjun rajin banget deh~" Minhee merangkul Hyungjun sambil menggoda adik kesayangannya itu.

Serendipity || Minglem/MingjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang