Senja dan lengkungan jingganya yang cantik diatas hiruk pikuk ibu kota. Jalanan semakin padat karena sudah memasuki jam pulang sekolah dan pulang kerja. Perutku sudah bunyi sejak pelajaran terakhir tadi, dan aku sudah membuat janji akan pergi makan bersama dengan seseorang. Aku menunggunya cukup lama, sejak bel tanda pelajaran berakhir tadi aku menunggunya di pos satpam, tapi hingga gerbang akan ditutup tidak ada tanda-tanda dia akan muncul. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggunya sembari berjalan pulang. Siapa tau saja dia akan menemukanku dijalan.
Benar saja, tak lama kemudian terdengar klakson dari arah berlawanan. Diseberang jalan yang sedang kupijak terlihat seorang pria dengan vespa hitamnya juga helm bogo berwarna cokelat yang melindungi kepalanya. Dia melambai kearahku, akupun menuju kearah pria itu.
"Rama, aku menunggumu dari tadi. Kamu dari mana sih?" tanyaku kesal.
"Maaf, aku mengantar temanku dulu. Dia sakit" jawabnya
"Mengapa tidak memberi kabar?"
"Ponselku mati. Sudahlah, ayok naik!" perintahnya sembari mengulurkan helm bogo berwarna cream.
Aku menerima helm itu dan langsung naik ke vespa hitam milik Rama.Iya, namanya Rama, Rama Aditya lengkapnya. Pria berwajah lokal dengan hidung mancung serta mata dan bibir yang indah. Wajahnya teduh dan tidak membuat bosan jika dipandang. Dia adalah pria yang bersamaku sejak 3 tahun belakangan, dia kekasihku. Kami bertemu saat masa orientasi disekolah, dan sebentar lagi kami akan lulus dari SMA. Dia sangat berbeda, membuatku jatuh hati sejak kali pertama bola mata kami saling bertemu. Dia sangat misterius, tak banyak bicara, terlihat cuek dan selalu berpenampilan cool. Idaman sekali bagiku.
Dan aku, bagaimana denganku? Aku adalah gadis blasteran Betawi-Jawa dengan mata yang tidak besar, hidung yang orang-orang bilang mancung, dan rambut panjang bergelombang yang selalu kubiarkan terurai ketika sekolah kecuali disaat jam penjaskes. Oiya, Namaku Ellisa Putri Indratama anak kedua dari pasangan Tedi Arya Indratama dan Lusina Wati. Aku mempunyai abang yang usianya hanya berbeda dua tahun denganku. Namanya Aldo Putra Indratama, yang sekarang sedang berkuliah di Jogja.
***
Hembusan angin disore hari, langit dengan lengkungan jingga, Vespa hitam yang melaju dengan kecepatan 20km/jam, dan orang spesial yang sedang bersamaku. Sore ini sangat indah sekali meskipun tadi perasaanku sedikit kesal pada Rama.
"Jadi, mau makan apa?" tanya Rama dengan kepala sedikit menengok ke kebelakang.
"Terserah kamu." jawabku singkat.
"Dasar cewek" ucap Rama seraya memperbaiki spion kirinya agar wajahku terlihat olehnya.
"Ramaaaa" aku berteriak malu, wajahku memerah dibuatnya. Dia tersenyum manis sekali saat menatapku dari spion kirinya.Oh tuhan aku tidak mengerti lagi, dia selalu berhasil membuatku jatuh cinta setiap bersamanya. Hal kecil selalu menjadi istimewa bila dia yang melakukannya.
"Gimana kalo mang Asep?" tanya Rama.
"Siapa takut!" jawabku bersemangat.
"Pegangan!" perintahnya. Aku pun memperbaiki posisi dudukku, sedikit lebih maju agar kedua tanganku bisa masuk ke saku hoodie yang dikenakan Rama.
Vespa hitam milik Rama kini melaju lebih cepat dari sebelumnya.Lima menit kemudian vespa hitam itu berhenti didepan warung kecil yang terletak dipinggir jalan. 'Mie Ayam & Bakso Mamang Asep' nama warung kecil itu.
Ini adalah warung makan langganan kami berdua, tempat kita makan bersama untuk pertama kalinya. Saat itu sedang turun hujan dan karena Rama tidak membawa jas hujan, dia pun mengajakku berteduh diwarung ini dan membelikanku seporsi mie ayam juga teh hangat."Mang, seperti biasa." ucap Rama pada mang Asep yang tengah mengaduk es jeruk pesanan pelanggan lain.
"Siap, ditunggu ya." jawab mang Asep bersemangat.Rama menggandeng tangan kananku dan membawaku menuju meja paling pojok.
Kami duduk berhadapan, seperti biasanya ketika sedang makan bersama.
Aku memperhatikannya yang sedang menyisir rambut bagian depan dengan jari tangan miliknya. Dia menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya, bibirnya pun refleks membentuk lengkungan sabit.
Ahh manis sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
"PATAH"
Teen FictionTeruntuk hati yang sedang patah. Tidak akan mudah merelakan kepergian, dan kehilangan tidak akan baik-baik saja. Tetapi kau harus percaya, bahwa di dunia ini ada hal yang tidak bisa dipaksakan. - Kalimantan Tengah, Juni 2019