Part 14

787 108 10
                                    

Jiyong menatap Dara yang tertidur di pelukannya, setelah menangis beberapa waktu lalu, ia tersenyum sambil mengelus wajah cantik wanita yang sedang ia gilai, dan ini pertama kalinya ia melihat Dara seperti ini "ayahmu pasti sangat mencintaimu" bisik Jiyong dan matanya terpaku dengan kalung yang sekarang di pakai Dara, lalu ia teringat dengan lelaki yang ia tahu sebagai pemilik cincin "dia pun sangat mencintaiku, jadi ia pasti menjagamu dengan baik" Jiyong tersenyum kecil saat mengingat ayahnya, memori masa kecilnya yang menyenangkan bersama ayahnya terputar kembali, lelaki sibuk yang selalu ada untuknya, pengusaha ternama yang selalu membawa payung untuknya ketika ia pulang sekolah tidak peduli itu hujan atau panas, ia tidak pernah menunggu, tapi selalu ditunggu, bukan karena pencitraan, tapi ayahnya selalu seperti itu sampai ia lulus sekolah dasar, dan saat sekolah menengah ia menyuruh ayahnya berhenti karena ia malu.

Sampai ibu tirinya datang dan membuat ia merasa jika ayahnya berubah "kamu tidak tidur?" Jiyong menoleh dan mendapati Dara menatapnya, ia tersenyum kecil.

"Ini sudah hampir pagi" Jiyong merapikan rambut Dara yang berantakan "tidurlah, akan ku temani" Dara menggeleng dan menatap laki-laki itu, keduanya saling tatap dalam diam.

"Aku akan pergi besok"

"Kemana?"

"Perjalanan bisnis"

"Berapa lama?"

"Aku akan kembali sebelum waktu pertunjukanmu"

"Satu bulan lebih?" Jiyong mengangguk.

"Aku akan tetap menghubungi mu dan pulang secepatnya" Dara mengangguk lalu bangkit dan duduk menghadap Jiyong yang sekarang bersandar di kepala ranjang.

"Sebenarnya seberapa kaya Daesang grup?" Jiyong tersenyum.

"Kamu penasaran soal itu?" Dara mengangguk "kamu tidak pernah membaca koran atau majalah?"

"Aku hanya tahu kalian no 1 di korea dan itu dari chaerin" Jiyong mengangguk.

"Kamu tidak akan bisa membayangkannya" Dara mengerutkan kening "kami menguasai pasar saham di hampir 17 negara, ayahku sedikit gila jika itu soal bisnis dan itu membuatku repot sejak ia memutuskan untuk diam dirumah" Jiyong menghela nafas.

"Tapi sepertinya kamu menyayangi ayahmu?" Jiyong mengangguk.

"Kamu tahu kenapa aku menyembunyikan identitasku?" Dara menggeleng.

"Kenapa?"

"Karena ayahku terlalu mencolok dan siapapun menjauhi ku" Jiyong menghela nafas, dan memainkan rambut panjang Dara "aku bertemu ayahku saat aku berumur 8 tahun, ibuku membuangku dan menyuruhku tinggal dengan ayahku yang kaya lalu menikah dengan laki-laki lain" Dara meraih tangan Jiyong yang masih memainkan rambutnya dan menggenggam tangan lelaki itu "ku kira aku akan lebih sengsara saat tinggal bersama ayahku, tapi aku salah" Jiyong tersenyum dan menarik dara untuk berbaring di lengannya.

"Dia begitu menyayangiku, setiap pulang sekolah ia akan menjemputku dengan payung ditangannya, tanpa mobil dan bodyguard, ia selalu tersenyum lebar padaku, bercerita panjang lebar sambil Menggenggam tanganku erat, menemaniku belajar sambil mengerjakan tugas kantornya, dan itu ia lakukan sampai aku kelas 6 SD"

"Karena kamu malu saat ayahmu menjemputmu?" Jiyong mengangguk.

"Dan itu banyak membuatku di kenal, banyak dimanfaatkan oleh teman sekelasku, bahkan ada yang berteman denganku hanya ingin untuk kenaikan jabatan ayahnya, itu sangat menyebalkan" Dara menatap Jiyong yang meringis.

"Karena itu kamu meminta ayahmu--"

"Bukan meminta, tapi menerima saran ayahku, karena ia juga ingin menyembunyikan ku saat itu"

HE IS "THE BOSS"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang