Seluruh kota...
Merupakan tempat bermain yang asyik
Oh senangnya...
Aku senang sekali...
Suara musik dari film kartun yang diputar Azio begitu menggelegar sampai ke kamar Yuan. Sungguh berisik.
Aku melirik Yuan yang nampak tidak terganggu sama sekali, dia sedang fokus main ps."Mau cerita apaan si?" Tanyanya sambil tetap fokus bermain game. Niatku mendatanginya memang untuk bercerita tentang hubunganku dengan Kanaya, siapa tahu dia punya solusi.
"Mana bisa gue cerita kalau lo nya masih fokus maen."
"Bentar, dikit lagi nih."
"Mana berisik banget. Lo tiap hari kayak gini, ko?"
"Kayak gini gimana?"
"Itu ponakan lo nonton tipi suaranya kenceng banget."
"Udah biasa... biarin aja lah biar anteng. Gue mending ngedenger suara tipi dari pada dengar dia nangis."
"Emang kakak lo kemana?"
"Ke gereja."
Aku hanya bergumam 'Oh'
Yuan memang tinggal bersama kakaknya, rumah orang tuanya jauh, dia sengaja tinggal disini karena kebetulan jarak sekolah cukup dekat dari sini. Terkadang jika libur seperti ini dia akan ikut menjaga toko bersama kakak iparnya.
"Kita cabut yuk!"
"Kemana? Gue kan kudu jagain Azio."
"Ya udah deh ntar kalo kakak lo udah balik."
"Gue mau bantu jaga toko papanya Azio. Udah deh lo kalau mau ngomong, ngomong aja napa si!"
"Gue putus sama Kanaya."
"Anjeeeng..." dia membantingkan stik ps, menjambak rambutnya sendiri, kemudian menghembuskan napas dan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kalah lagi kalah lagi sih, ah.""Tuh kan, lo gak dengerin gue."
"Sorry, sorry, tadi lo bilang apaan?"
"Gue putus ama Kanaya."
"Hah?" Dia berbalik, kemudian duduk disampingku.
"Ar serius?""Serius gua..."
"Gara-gara apaan?"
"Ya gara-gara kemaren itu."
"Gara-gara lo bolos?"
"Sebenernya bukan cuma karena itu."
"Emangnya kemaren lo ngapain sih?"
"Kemaren gue sama Fina."
"Tolol."
Mendengar satu kata itu spontan aku terbalalak dengan kernyitan di dahi.
"Maksud lo apaan ngomong gitu?""Santai kali, elah..." kemudian Yuan tertawa dan mengubah posisi duduknya.
"Lo mikir gak sih, Ar? Coba deh lo inget-inget begimana susahnya lo buat dapetin Kanaya.""Lo pikir gue mau putus sama dia? Demi Tuhan gue masih sayang sama dia."
"Kalau masih sayang kenapa lo khianatin dia?"
"Khianatin gimana?"
"Lo masih belum sadar juga ya, Ar. Lo lebih mementingkan cewek-cewek itu ketimbang Kanaya."
"Cewek-cewek mana?"
"Eh buset, lo pikir aja sendiri!" Telunjuknya tertekan di pelipisku.
"Yang mana lagi kalo bukan Fina sama Anisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Bidadari
Ficção AdolescenteKupikir kau adalah satu-satunya yang nyata diantara perempuan- perempuan yang mendiami dunia khayalku, namun ternyata kau juga salah satu bagian dari mereka. Baiklah, kubiarkan kau hidup bahagia bersama orang lain, tapi bukan berarti aku menyerah. A...