Chapter 50 : Aku adalah suamimu

9.2K 609 112
                                    



Melihat kepergian Herry dan Jodi bersama dengan orang-orang suruhannya, Angga berbalik dan melihat Bella yang tampak lemah dan bisa jatuh kapan saja. Dia segera berlari dan tiba di depan Bella.

“Baby Bella, ada apa denganmu? Apakah kamu sakit?” tanya Angga dengan cemas dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Bella.

“Aku tidak apa-apa,” jawab Bella dengan lemah dan menepis tangan Angga. Dia perlahan berbalik dan berjalan ke tempat Bi Inah. Tapi, dia hanya bisa berjalan beberapa langkah saat dia merasa pusing dan tidak bisa menyeimbangkan dirinya.

Tepat saat Bella akan terjatuh, sebuah tangan dengan lembut menangkap bahunya diikuti dengan kata-kata lembut dan cemas  yang memasuki telinganya, “Baby Bella, kamu tidak perlu mencemaskan Bi Inah. Dia baik-baik saja, dan aku akan mengurusnya nanti. Ayo, aku akan mengantarkan mu ke atas agar kamu bisa beristirahat.”

“Lepas! Sudah kubilang, aku tidak apa-apa. Aku bisa berjalan sendiri!” kata Bella sambil berusaha menjauhkan dirinya dari Angga. Tapi, bagaimana mungkin dia bisa membebaskan diri dari Angga dengan tubuh lemahnya.

Sambil mendesah tanpa daya di hatinya, Angga sedikit menunduk dan menggendong Bella seperti putri di dalam pelukannya. Apa sebenarnya yang dipikirkan wanita ini? Kenapa dia begitu keras kepala? Apakah dia benar-benar sangat ingin memikul semuanya masalah sendiri? Dengan tubuh selemah ini, sampai berapa lama dia bisa menahannya sendiri? Pikir Angga dengan sedikit sedih di hatinya.

“Apa yang kamu lakukan?! Turunkan aku sekarang juga!” teriak Bella dengan panik sambil memukuli dada Angga.

Angga tidak peduli dengan Bella yang terus berjuang bebas dari pelukannya. Dia hanya dengan diam menerima pukulan Bella yang bahkan tidak bisa sedikit pun menyakitinya dan terus berjalan menuju anak tangga.

Setelah lelah berjuang dalam pelukan Angga, Bella hanya bisa pasrah dan menyandarkan kepalanya di dada Angga. Mungkin, dia memang terlalu lelah dengan apa yang telah terjadi dan membutuhkan tempat untuk bersandar saat ini.

“Dasar tidak punya perasaan. Apakah kamu tidak tau caranya bersikap lembut,” bisik Bella sambil mengeluh dan mengerucutkan bibirnya. Jika dipikir-pikir, mungkin ini adalah pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini oleh seorang pria. Dia sedikit mengangkat kepalanya dan mengintip wajah Angga yang berada di dekatnya.

‘Dan satu lagi, jangan pernah membuat istriku meneteskan air mata lagi.’

Kata-kata itu kembali teringat di dalam pikirannya dan kehangatan misterus mulai mengalir ke dalam hatinya. Dengan pandangan kabur di matanya, dia mulai tenggelam dalam pikiran yang dalam.

Melihat Bella yang sudah tenang dan tidak lagi berjuang di pelukannya, Angga tersenyum tipis dan berkata, “Baby Bella, aku baru menyadarinya sekarang. Ternyata, kamu sangat berat.”

“Apa?!” Seperti kucing yang ekornya diinjak, Bella kembali tersadar dari lamunannya dan dengan ganas memukuli Angga.  “Apakah kamu ingin mengatakan bahwa aku gendut?! Turunkan! Turunkan aku sekarang juga! Aku tidak ingin disentuh olehmu!” teriak Bella dengan marah sambil terus memukuli Angga.

“Hei, hei, hei... aku hanya bercanda,” balas Angga sambil melihat wajah Bella yang memerah. Dia tidak bisa menahan senyum di wajahnya saat melihat tingkah lucu Bella.

“Aww! Awww! Kenapa kamu menggigitku?”

“Hmph! Itu balasan untukmu!” gerutu Bella dengan kesal. Tapi, saat dia melihat Angga yang masih meringis kesakitan, dia merasa sedikit bersalah dan dengan lembut bertanya, “apakah benar-benar sakit?”

“Tentu saja sakit. Sangat-sangat sakit,” jawab Angga dengan keluhan yang mendalam. Tentu saja itu semua hanya pura-pura belaka. Jika Bella tahu bahwa Angga bahkan tidak merasakan apa-apa, dia mungkin akan menggigit Angga lebih kuat lagi.

“Masih sakit?” tanya Bella lagi sambil dengan lembut mengusap bekas gigitannya di dada Angga dan merasa sedikit menyesal di hatinya. Dia sangat hati-hati dan sesekali meniupnya, takut Angga akan merasakan sakit.

“Uh... Masih, lebih lembut... lebih lembut lagi... Ya, ya... Benar, seperti itu...” jawab Angga yang masih memasang eksperesi kesakitan di wajahnya.

“Siapa suruh kamu bercanda seperti itu, itu semua salahmu,” kata Bella sambil terus dengan hati-hati mengelus dada Angga.

Sambil terus menikmati sentuhan Bella, Angga dengan tidak berdaya berkata, “Aku hanya menggodamu sedikit, tapi kamu menggigitku seperti anjing gila. Baby Bella, kamu terlalu kejam.”

“Apa katamu?! Kamu yang anjing gila! Hmph!”

“Hei, Baby Bella, itu masih sakit ...”

“Bohong! Aku tahu kamu hanya berpura-pura!”

“Oww ... Baby Bella, kamu sungguh tidak bertanggung jawab ... Lihat wajahku, apakah aku terlihat seperti berpura-pura? Itu benar-benar sakit ... Owww ... Itu pasti akan membekas selamanya ... Apa yang harus aku lakukan jika orang-orang melihatnya dan bertanya? Apakah aku akan menjawab karena digigit anjing gila?”

“Kamu ingin digigit lagi?” kata Bella dengan kesal sambil melotot ke Angga.

Angga dengan cepat menggelengkan kepalanya dan memasang ekspresi ketakutan di wajahnya. Melihat Angga yang mulai terdiam, Bella sekali lagi mengelus dada Angga dengan lembut dan wajahnya mulai memerah saat dia merasakan tubuh kekarnya. Mungkin, dia memang sedikit berlebihan, tapi siapa suruh dia mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan.

Perlahan tapi pasti, mereka berjalan menuju lantai dua. Dia tahu bahwa Angga sengaja berjalan sangat lambat. Tapi, dia tidak terlalu peduli, karena dia juga menikmati momen ini.

Entah berapa lama, Angga tiba di depan kamar Bella dan memasuki kamarnya. Dia dengan lembut menurunkan tubuh halus Bella di atas tempat tidur dan perlahan membaringkannya. Menarik selimut di dekatnya, dia dengan hati-hati menutupi tubuhnya.

“Apakah makanan yang kubawakan sudah dihabiskan?” tanya Angga dengan lembut dan menyentuh kening Bella untuk memeriksa kondisi tubuhnya.

“Tu...” tunjuk Bella dengan matanya. Dia tidak menepis tangan Angga seperti terakhir kali. Dia hanya diam menerima perlakuan lembut Angga.

Mengikuti pandangan Bella, Angga melihat piring kosong di atas meja dan dengan puas menganggukkan kepalanya.

“Kamu terlalu kelelahan. Cobalah untuk mengurus dirimu dengan benar. Apakah kamu tahu? Kau membuatku takut tadi,” kata Angga dengan lembut dan perlahan mengusap kening halus Bella.

“Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa mengurus diriku sendiri,” kata Bella dengan tidak puas dan memiringkan kepalanya.

“Baiklah, baiklah. Kamu memang bukan anak kecil. Tapi, ingatlah ini. tidak peduli apa yang kau pikirkan tentangku, tidak peduli apakah kau mencintaiku, bergantunglah kepadaku. Aku akan selalu ada di sisimu. Karena, aku adalah suamimu.” Nada suara Angga sangat lembut. Tapi, itu seperti guntur yang menghantam gendang telinga Bella.

Setelah menyelesaikan kata-katanya, Angga langsung berdiri dan berjalan keluar dari kamar Bella.

Di sisi lain, Bella hanya bisa menatap kosong punggung Angga dan bahkan tidak bisa mengucapkan sepatah kata.

Menutup pintu kamar Bella, Angga tidak langsung pergi ke kamarnya. Dia menuruni anak tangga dan membersihkan kekacauan masih tersisa.

“Fiuuuhhh ...” Melihat sekelilingnya yang telah rapi seperti semula, Angga merasa puas dan bangga dengan hasil kerja kerasnya dan menyeka dahinya yang bahkan tidak mengeluarkan keringat.

“Jika aku ingin, apa yang tidak bisa kulakukan,” kata Angga dengan sombong dan berjalan menuju kamarnya.

PLAAKKKK!!

Memukul keningnya, Angga dengan cepat berbalik dan menuruni anak tangga.

“Aku melupakan Bi Inah!!”

...
...
...

Terima kasih telah membaca, jika berkenan,

- Pembaca diharapkan memberi penilaiannya pada cerita ini dalam skala 1 - 100 (silakan tulis di kolom komentar),
- Jika pembaca mendapati typo, salah dalam penempatan tanda huruf, atau yang lainnya, harap untuk mengomentarinya di kolom komentar. Untuk pembelajaran ke depannya.

Like & Share if you care

Pernikahan Kontrak 1 Milyar (Tunda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang