bagian tiga : permintaan pertama

541 28 10
                                    

Typo bertebaran mohon komen jika menemukan nya. Mereka harus dibasmi.

°~°~°~°

Alma merenggangkan tangannya, melemaskan otot-otot yang terasa kaku. Diliriknya jam yang masih menunjukkan pukul 04.50, lalu bangun dan berjalan menuju kamar mandi.

Oh iya, ini bukan rumah Alma bersama dua orang yang selalu mengusiknya, kalian pasti tau siapa. Ini adalah salah satu kamar di cafe senja. Kafe itu memang sengaja membuat beberapa kamar khusus untuk Alma dan keluarga Nadia. Tadinya kamar itu untuk Alma dan keluarga...nya. ah sudahlah, keluarga nya adalah Nadia.

Rutinitas paginya adalah mandi lalu mengerjakan ibadah, tak lupa gadis cantik itu membaca buku pelajaran. Dia pintar tidak instan, dia rajin membaca setiap harinya, tidak di semua tempat apalagi tempat yang banyak orang.

Kalian tau bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini? Sifat manusia termasuk salah satu diantara jutaan hal yang tidak abadi. Jadi jangan terlalu mempercayai orang lain. Sifat bisa berubah-ubah, sesuai keadaan.

Dan kalian pasti pernah dengar kata "don't judge the people by the cover" kalo pernah maka jangan menilai Alma dari luarnya. Yang terlihat buruk belum tentu buruk, dan yang terlihat baik belum tentu baik.

Drettt.... Drettt.... Drettt....

Alma yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung disambut oleh suara telpon seseorang. Alma sempat mengernyitkan keningnya,bingung, karena biasanya tidak ada yang pernah menelponnya. Sekali lagi, hanya keluarga Nadia dan beberapa orang pilihan, nomornya sangat rahasia.

Dan benar kan, sebuah panggilan telpon dari Nadia.

Alma menggeser layar hijau ke atas, lalu menempelkan benda mungil itu ke telinganya.

"Assalamualaikum, ukhti, hahaha." Alma sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga, atau bisa-bisa nanti gendang telinganya akan pecah karena suara Nadia.

"Waalaikumsalam, kenapa," sahut Alma.

"Rajinnya udah bangun, calon bidadari surga yang tersembunyi, uhhh andai satu sekolah tau Lo sebaik, serajin, dan sesoleh itu. Pasti semua orang-"

"Buruan, daripada gue matiin." Potong Alma cepat, waktunya akan habis terbuang percuma mendengar ocehan Nadia.

Sedangkan Nadia di tempatnya hanya bisa mengerucutkan bibir sambil menahan tawa, sahabatnya yang satu ini memang. "Iya-iya, Bima minta nomor Lo, dia bilang nggak enak kalo mau hubungi Lo tapi lewat gue. Tapi kalo Lo nggak mau, gue bisa-"

"Kasih aja." Balas Alma cepat, lebih panjang nanti durasinya.

Nadia kembali dibuat sebal, memang suaranya sejelek itukah sampai Alma tak mau mendengar nya?

"Oke, assalamualaikum."

Nit.

Panggilan terputus sepihak oleh Nadia sebelum Alma menjawab salam. "Waalaikumsalam," ucapnya setelah itu.

Alma melaksanakan shalat subuh, berhubung adzan sudah berkumandang, untuk apa menunda-nunda pekerjaan baik?

Setelah selesai seperti biasa Alma akan kembali membuka buku pelajarannya. Belum selesai membaca satu halaman, ponselnya kembali berdering.

Unknown calling

"Ha-" ucapannya terpaksa terhenti karena Bima langsung saja menyerbunya.

"Gue Bima, gue minta alamat rumah Lo dong, gue mau jemput Alina nih. Oh iya satu lagi pastiin dia mau gue jemput. Anggap ini permintaan pertama."

Romansa SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang