"Jiwanya memang milikku, namun hatinya milik yang lain."
————
"Woi! Bengong mulu lo! Galoin siapa sih? Kagak punya doi aje sok ngegalau lo, Vo." Ejek Gaidar, teman Shevo yang sedaritadi melihat Shevo yang sedang termenung.
"Bacot." Umpat Shevo pada sahabatnya yang dikenal sangat tengil itu.
"Udah biarin, Dar, kan Shevo lagi PMS. Masa lo lupa," Rajerga temannya pun ikut mengkompori hal ini.
"Mending kerjain tuh soal daripada berisik." Celetuk Davi, teman yang paling kalem diantara mereka, dan salah satu saudara kembar dari Deva.
Namun sifat mereka agak berbeda. Jika Deva nakal, urakan dan terkadang susah diatur, Davi tidak seperti itu. Namun Davi cenderung lebih sopan, hidupnya sangat teratur, dan taat pada peraturan. Tetapi walau Davi terkenal dengan kesopanan dan kepatuhannya, ia tetaplah lelaki remaja yang kadang hidupnya tidak semulus itu. Ia tetaplah lelaki remaja yang memiliki sifat yang teledor dan nakal walau hanya sedikit. Persamaan mereka hanya ada tiga, kecerdasan otak, penyayang keluarga, dan kemiripin wajah."Noh dengerin apa kata Mr. Cold," Ejek Fadeno, temannya, dengan cekikikan. Sementara Davi hanya diam dan terus fokus pada pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru di sekolahnya.
"Si Bapak Gofur mana? Kok gak kesini?" Tanya Rajerga yang menyebut salah satu temannya yang lain, Recky, dengan menggunakan nama dari Ayahnya.
"Goblok hahaha.. Tolol anjay... Hahahahahahaha gembel.. Gembel.." Tawa Fadeno pun pecah mendengar julukan yang diberikan oleh Rajerga.
"Males gue ama lo, Den. Apa aja lo ketawain, dasar receh!" Gaidar pun langsung menyinisi Fadeno dengan gayanya yang sok marah.
Shevo yang melihat teman-temannya sudah dirasuki oleh kegilaan pun memutuskan untuk pergi ke balkon, masih bergelut dengan pikirannya.
Pikirannya tertuju pada Xalova, sahabatnya sendiri.
Ia khawatir pada Xalova karena ia takut Xalova tersakiti lagi karena Joana. Apalagi Xalova adalah tipe orang yang bisa menutupi semua masalah atau semua keluhan dalam hidupnya tanpa ada yang mengetahuinya. Xalova hanya bercerita pada sedikit orang tentang masalah dikehidupannya, contohnya Shevo. Bahkan, Syanat dan Taya saja tidak tahu apa yang sedang dirasakan Xalova saat ini.Tiba-tiba, ide muncul di kepala Shevo. Ia memutuskan untuk membuat grup yang beranggotakan Shevo dan kedua teman Xalova, untuk menceritakan keadaan Xalova. Karena Shevo pikir teman-temannya juga harus tahu dan bisa terus men-support Xalova, agar Xalova tidak berpikir jika ia sendirian dan kesepian.
"Vo, lo kenapa tiba-tiba keluar?" Terdengar suara Fadeno yang secara perlahan menghampiri Shevo ke arah pembatas balkon, tempat Shevo berdiri. Menyadari itu, Shevo langsung mengunci layar ponselnya dan meletakkan benda pipih itu tepat di saku celana pendeknya.
"Gak apa-apa." Elak Shevo.
"Mikirin siapa pas tadi lagi bengong?"
"Gak ada."
"Yaelah, gak usah pake ngelak segala. Gue tahu kali, mikirin Lova kan lo?"
"Sok tahu lo ah, udah gue mau masuk."
Shevo pun memasuki kamarnya lagi dengan diselimuti oleh kebohongan. Ia berencana untuk melanjuti niatannya selepas semua temannya sudah kembali pulang ke rumah mereka masing-masing. Fadeno, melihat punggung Shevo yang kian lama kian menjauh dari arah balkon dengan kebingungan.***
Dipagi hari ini, Xalova memutuskan untuk berangkat ke sekolahnya menggunakan ojek online, karena supir pribadinya jatuh sakit.
Udara sejuk pun selalu menimpa wajah gadis itu dan gadis itu pun sangat gembira apabila suasana tiap pagi selalu sejuk. Dengan didengarnya suara kicauan burung sebagai penyambut hari.
Sesampainya dikelas, Xalova duduk di kursinya dengan memainkan ponselnya sambil membuka beberapa sosmed yang ia punya.
"Pagi, Lova!" Sapa Syanat dengan menaruh tas ranselnya di kursi dan mendudukan tubuhnya di atas kursinya itu.
"Pagi juga, Syanat," Balas Xalova dengan senyuman hangatnya.
"Va, gue mau ngomong sama lo. Tapi tungguin Taya dateng dulu ya?" Ujar temannya yang membuat Xalova memasang raut wajah bingungnya sesambil mengerutkan dahinya.
"Emangnya mau ngomong apa?"
"Ihh tungguin Taya dulu gue bilang."
"Oh iya, yaudah."
Mereka pun menunggu kehadiran Taya datang dengan tidak ada pembicaraan yang keluar dari mulut masing-masing kedua sahabat itu.
Tiba-tiba saja Taya datang dan menghampiri tempat duduknya yang terletak di depan Xalova dan Syanat. Tanpa aba-aba lagi, Taya langsung membuka suara."Lova, kita berdua mau ngomong sama lo disini."
"Ada apa sih sebenernya? Mau ngomong apa lo berdua? Kayaknya muka lo berdua tuh tegang banget, jadi penasaran," Ucap Xalova dengan wajah penasarannya.
"Apa bener, lo ada masalah sama keluarga lo?" Tanya Syanat dengan sedikit berbisik.
"Masalah keluarga? Keluarga gue baik-baik aja tuh, gak ada masalah apa-apa." Elak Xalova dengan wajah seperti biasa, layaknya tak ada apa-apa. Wajahnya benar-benar tidak kelihatan berbohong. Rupanya memang Xalova sangat bisa menutupi apapun.
"Kita tahu semua masalah lo sama Nyokap lo dari Shevo." Tegas Taya.
"Kemaren kita buat grup yang isinya gue, Taya, sama Shevo. Disitu Shevo cerita sama kita tentang masalah yang lo hadepin saat ini. Kenapa lo gak cerita sama kita sih, Va?" Ujar Syanat dengan wajah yang sedih. Syanat merasa dia bukan sahabat yang baik karena Syanat saja tidak tahu apa yang sedang dirasakan sahabatnya sendiri.
Xalova terkejut mendengar kebenaran yang dikatakan Syanat dan Taya. Xalova merasa Shevo telah mengkhianatinya karena Shevo telah membongkar semua ceritanya. Ia benar-benar kesal pada Shevo saat ini.
Xalova pun berlari keluar dari kelasnya dan menaiki tangga untuk menuju kelas Shevo.Terdengar suara Taya yang memanggil Xalova,
"MAU KEMANA, VA?!!"
Namun Xalova mengabaikannya.
Yang ada dipikirannya saat ini hanya emosi yang terpancar karena Shevo.
Padahal ia telah mempercayai Shevo dengan sepenuhnya, tapi mengapa Shevo mengecewakannya?—————
dont forget to leave ur vote
thanks!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Missing
Teen FictionIni adalah sebuah kisah tentang kehilangan. Kehilangan seseorang yang selama ini telah hadir sebagai obat pemulih luka lama. Namun, seseorang itu pun pergi. Menghilang, karena sebuah keegoisan hati. Marilah merayakan kehilangan, dengan berjuta luka...