Fina sudah membuka matanya, ia meraba kasur empuk yang ditidurinya. Ia melihat sekeliling dan menemukan kamar yang seperti kamar hotel tetapi memiliki aroma yang sangat tidak Fina suka, rumah sakit. Tempat itu yang langsung terlintas di pikiran Fina. Fina langsung duduk dan melihat ke arah samping kanannya, melihat Salsa yang matanya masih terpejam tidur. Fina mengingat apa yang terjadi, yang dia ingat geng Karin sedang membully nya dan Alan yang menolongnya, dan setelah itu ia tidak ingat apapun lagi.
"Alan," Ucap Fina dengan pelan, ia ingin teriak tapi tenaganya sudah habis karena berusaha untuk melawan geng Karin tadi. Tidak lama kasur di sampingnya bergerak dan langsung menampilkan wajah Salsa yang sudut bibirnya memerah, pipi membiru, dan rambut yang acak-acakan.
"Salsa muka Lo kok kayak gitu sih?" Tanya Fina heran dengan suara pelan, ia tidak menyadari bahwa mukanya lebih parah daripada muka Salsa. Salsa memutar bola matanya,
"Muka Lo kayaknya lebih parah dari gue deh, sudut bibir biru, pipi biru, leher Lo tuh ada bekas cakaran, rambut udah kayak singa." Jelas Salsa sambil meneliti muka Fina.
"Dasar lah ya geng nenek lampir itu mainnya keroyokan. Coba aja kalau kita punya anak buah juga udah gue botakin malah semua geng nenek lampir itu." Ucap Salsa kesal mengingat perilaku Karin and the geng tadi.
"Iyakan kalau kita banyak gue cakarin itu muka yang pake bedak 5 cm itu." Gerutu Fina juga. Tidak lama suara decitan pintu mengalihkan perhatian dua gadis ini.
"Kamu udah sadar sayang?" Tanya Alan langsung sambil memeluk Fina. Fina menganggukkan kepalanya di dada Alan.
"Alan mau minum," Ucap Fina pelan. Alan langsung mengambilkan minum yang ada di atas nakas yang memang jaraknya agak jauh dari brankar itu. Alan mengambilkan juga untuk Salsa dan Salsa langsung menerimanya.
"Alan, Alex kemana?" Tanya Salsa setelah meneguk segelas air tadi, Alan melepas pelukannya dan terkekeh mendengar penuturan pacar kembarannya itu.
"Sabar ya dia lagi nebus obat, tadi gue pura-pura izin ke kamar mandi, jadi Alex yang nunggu disana. Padahal gue mau langsung ke kamar kalian." Jelas Alan sambil tersenyum tanpa dosa.
"Lo jahat Lan, kasian kan dia nanti sendirian disana, dipikir anak ilang gimana? Nanti dikira orang dia anak yang kehilangan ibuknya." Ucap Salsa kesal dengan sikap Alan itu. Alan tambah terkekeh,
"Gak mungkin orang ini kayak gitu, paling kalau ada yang ngira kayak gitu langsung diaduin ke mama dan orang itu dipecat." Jawab Alan santai,
"Kok gitu?" Tanya Fina heran sambil menatap Alan dari samping, Alan membalas tatapan itu,
"Iyalah orang ini rumah sakit mama," Jawab Alan santai sambil tersenyum manis. Fina dan Salsa kompak membuatkan matanya, sekaya apa aslinya keluarga Lemos ini? Sekolah mulai dari play group sampai SMA punya, cafe punya, rumah sakit punya, bandara pribadi mereka punya gak ya?
"Alan sekaya apa sih kamu? Semuanya punya, kamu bandara pribadi atau bahkan jet dan helikopter punya gak?" Tanya Fina sambil menatap Alan heran bercampur polos. Alan melihat itu mencubit hidung Fina,
"Tanya lah sama mama papa aku," Jawab Alan gemas. Salsa memutar bola matanya, tidak sadar apa bahwa ada perempuan yang ditinggal pacarnya untuk nebus obat sedang berada bersama mereka juga?
"Mbak mas pacaran jangan disini ada yang lagi ditinggal pac-" Omongan Salsa belum selesai karena ada yang membuka pintu ruang inap mereka dengan gerutunya,
"Alan kemana cob-"
"Apa gue disini?" Tanya Alan langsung menatap Alex, Alex langsung mengangkat pandangannya yang semula melihat obat Fina dan Salsa yang seperti salep dan fungsinya agar bekas lukanya cepet hilang pun langsung mengangkat kepalanya. Pandangan Alex langsung beralih ke samping Alan,
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD TWINS [Selesai]
Teen FictionSaudara kembar yang berbeda sifat tetapi memiliki kenakalan yang sama? Itulah Alan Alfian Lemos dan Alex Alfian Lemos, saudara kembar yang perilakunya membuat orang geleng-geleng kepala melihatnya, saudara kembar yang dijuluki dengan 'BAD TWINS' ole...