↳ 接頭辞 ¦ cengkrama senja.

9.7K 543 46
                                    

rupa tokoh utama ::

rupa tokoh utama ::

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

semua tentang rupa.
19-O6-2O19 🗞

tenggat baskara mulai mengikis pendarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tenggat baskara mulai mengikis pendarnya. senja yang kian tampak di netra membuat ia mengigit sang pigura. mencoba segala usaha namun gagal adanya.

cakrawala jingga lalu berganti gulita. ia tak kunjung datang juga. bukan apa masalahnya, dia trauma akan gulita. meski ada pelita milik jalan raya berjejer mengelilinginya.

"belum di jemput?" tanya sesosok pemuda dengan jaket denim hitam dan raga yang masih setia duduk mengangkram di motornya.

"belum, gas."

"bareng gue mau ngga?"

pemudi dengan asma pepak sasikirana itu terlihat ingin menerima.

hanya saja-

"kalau bian ke sini gimana?"

"mungkin biannya lagi sibuk. dari pada lo sendirian? udah malem. ayo!"

sasi terangguk, "makasih, agas."

pemuda itu menyunggingkan pigura, lalu berucap sama-sama sebelum menghilang di ujung jalan raya.

keduanya tak berucap sepatah kata. memang, tak begitu akrab kalau diingat-ingat. jadi mungkin malas kalau mau berucap.

meski agas menjabat sebagai sahabat kekasihnya, sasi tak begitu dekat.

bahkan, mungkin tidak pernah dekat.

ini kali pertama pemuda itu mengajaknya bercakap. memang, ia terkenal irit kalau berurusan dengan ucap.

tibalah mereka di wisma khas dengan polesan tosca. yang bergitu teduh kalau disawang netra. ah, sasi memang penggemar estetika.

"sekali lagi makasih ya, agas."

"sama-sama. gue duluan."

satu fakta yang entah
pasti atau tidaknya,
dalam hati sasi beropini,
agas baik orangnya.

pendar purnama kian merambat ke jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pendar purnama kian merambat ke jendela. agas tersenyum gembira. jemarinya melekat pada potret lama entah ukuran berapa.

"sasi, andai lo tau. sebahagia ini gue walaupun sekedar nganter lo pulang."

entah mengapa,
sang netra malah menyawang potret lainnya. potret bian, karibnya.
senyumnya luntur tiba-tiba.

"dan andai lo tau, betapa marahnya gue kalo lo terus deket-deket sama bian."

diambil potret lainnya yang tergeletak di laci meja. terpapar potret keduanya, masa-masa awal menjalin cinta yang begitu manis walau diselingi tangis.

tetapi tidak dengan agas, dia tak suka. dia lebih suka menyaksikan tirta dan lara di bandingkan tawa menghias rupa keduanya.

srek

potret manis yang telukis kian dikikis dengan pisau bak alat tulis. tidak, tidak semua. hanya pada sisi kiri potretnya. sisi di mana bian menempatkan diri sembari tersenyum ke lensa kamera. menyimpan kembali sisi kanan dilaci dipan dengan selarik harapan.

hanya saja, jemarinya terhenti entah mengapa.

lagi, pigura itu mengulas senyumnya. senyum yang entah apa. sembari berkata, "belum saatnya, bian."

yas, ini story pertama aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

yas, ini story pertama aku.
jadi mungkin sedikit kaku.

see you!

© haanavy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

© haanavy.

❪i❫ denyut rupa. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang