47. Lie to Me

3.8K 469 19
                                    

"Kane, Kak Doy dimana?" Tanya gue yang baru memasuki ruang tengah rumahnya Doyoung dan mendapati Kane sedang menonton TV. Dia lagi nonton Camp Rock 2, hmm, kesukaanku dulu. Kakinya dia lipat diatas sofa, tubuhnya ditutupi oleh selimut sampai pinggang, dan bungkusan keripik kentang berada ditangan kiri.

Sambil melirik gue sebentar, dia menjawab, "ada di kamarnya." Lalu pandangannya fokus kembali ke layar TV yang masih menanyangkan film Camp Rock 2.

"Oke! Thank you!" Kata gue sambil berjalan keluar dari ruang tengah dan mulai menaiki tangga perlahan. Niat gue mau ngagetin Doyoung, hihihi.

Mendekati kamarnya yang berada di ujung lorong, gue mulai melangkah dengan sangat hati-hati pelan-pelan. Karena lantai atas, di lorongnya lantainya itu menggunakan kayu, bukan keramik. Jadi kalau gue melangkahnya dengan cepat dan gak hati-hati, takutnya nanti malah menyebabkan suara-suara bunyi kayu dan akhirnya malah ketauan sama Doyoung.

Gue semakin mendekati kamarnya. Kamarnya Doyoung ini gak dia tutup sampai benar-benar tertutup, ada celah sedikit dan cukup untuk gue mengintip apa yang sedang dia lakukan di dalam kamarnya. Semoga aja lagi pake baju. Kalau nggak, nanti gue bisa dicap yang aneh-aneh sama dia gara-gara ngintip kamarnya. Tapi niat gue kan gak buruk kayak mau ngintip dia– cuma mau ngagetin. Semoga berhasil.

Dari luar kamarnya, terdengar kalau Doyoung lagi ngobrol dengan seseorang. Aksi gue yang tadinya mau ngagetin Doyoung, gue tahan dulu sampai Doyoung akhirnya selesai menelfon siapapun itu yang dia telfon.

Secara gak sengaja gue pasti mendengar obrolan Doyoung dengan gak-tau-siapa-orang-dibalik-telfon itu. Awalnya percakapannya biasa aja, kayak nanya kabar dan lain-lain. Tapi makin kesini, percakapnnya makin membuat gue berpikir yang nggak-nggak.

"Iya, bentar lagi kok." Ucapnya dari dalam kamar, suaranya terdengar jelas di telinga gue.

"..."

"Tenang, tunggu tanggal mainnya." Tanggal main apa? Dia ngerencanain apa? Semoga bukan sesuatu yang buruk ya Doyoung. Gue kan gak mau kalau tiba-tiba pacar gue kena kasus atau skandal yang bisa mencoreng nama baik dia. Atau, dia gak selingkuh dari gue kan?

"..."

"Hahaha santai, dia gak akan tau lah."

"..."

"Beneran, bisa gue pastiin."

"..."

"Iya udah gue beli kok. Tinggal pergi." Pergi kemana?

"..."

"Gue gak akan lupa."

"..."

"Hmmm..." dia mengucapkannya dengan suara yang pelan dan ragu. "Gue takutnya beneran."

"..."

"Udah gue usahain."

"..."

"Yaudah, liat nanti kedepannya kayak gimana."

"..."

"Tapi–" dasar kaki gue gak bisa diajak berkompromi, kaki gue tiba-tiba nekuk soalnya lemes gitu dan menyebabkan lutut gue menyentuh tembok dengan keras. "Bentar." Itu kata Doyoung terakhir kali sebelum akhirnya gue bisa mendengar suara kakinya mendekati ke arah pintu.

Melihat gue berdiri disebelah pintu kamarnya, dia langsung mengernyitkan dahinya dan menatap gue dengan penuh kecurigaan. Handphone miliknya masih ada di tangan kanannya. Melihat ke arah layar handphone miliknya, bisa keliatan kalau telfonnya masih tersambung dengan orang dibalik sana. Menyadari mata gue yang melihat ke arah layar handphone-nya, dia buru-buru mendekatkan handphone-nya kembali ke telinganya.

Adoring Doyoung | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang