"Woahh!! Ini indah!!" Turun dari mobil, aku berlari menuju pesisir pantai, tepat di halaman belakang villa yang aku dan Ares akan tinggali selama beberapa hari. Senja dan matahari yang tenggelam tertelan laut membuat tempat ini terlihat sangat menakjubkan.
Liburan SMA, Ares mengajakku menginap di villa. Rencananya akan mengajak Rene dan salah satu teman Ares. Namun ternyata mereka batal ikut, akhirnya acara menginap ini menjadi kencan kami berdua.
"Hei, stray cat. Bantu aku angkat barang-barangmu ke kamar, baru kau bisa berteriak bebas seperti itu di pantai." Panggil Ares yang baru membuka bagasi mobil.
Aku memajukan bibirku jengkel, kemudian berjalan cepat menghampiri Ares.
"Jahat manggil aku kucing liar."
"Terus kamu ini apa selain kucing liar?"
Aku mendecih kesal lalu mengambil koperku. Ares yang melihat wajah cemberutku itu tertawa gemas.
"Untungnya sih, aku suka semua jenis kucing, terutama kucing liar."
Aku menoleh padanya, kemudian memukulnya pelan. Kami pun tertawa dan mulai membereskan barang-barang kami.
Sebelum matahari benar-benar tenggelam, kami mulai menikmati tempat ini berdua. Menangkap semua momen dalam kamera Ares, berenang, dan berkeliling dengan motor ATV.
"Villa ini punya pamanmu?"
Malam harinya, kami memasang alat panggangan dan menyiapkan alat dapur lain di halaman belakang untuk makan malam.
Ares mengangguk sambil menyalakan panggangan, "Tapi mulai sekarang akan jadi milikku. Karena dia punya banyak villa di beberapa tempat."
"Wah, keren. Aku juga kagum dengan dia yang pandai memilih tempat untuk di bangun villa."
Ares tertawa, "Aku jadi merasa tersaingi."
"Dasar baperan."
Kami mulai membuat yakiniku dan meat pie. Desiran ombak, bisikan angin, dan pancaran bulan benar-benar membuat makan malam ini terasa sangat romantis.
Harum daging dan nikmatnya wine kami santap bersama dengan keceriaan senda gurau. Liburan ini tidak akan pernah kulupakan. Apalagi bersama dengan pria yang dengan tulus aku cintai.
Setelah makan, kami melanjutkan minum wine di dalam sambil menonton film. Sebuah film action kesukaan kami.
"Ah, rasanya aku ingin tinggal di sini selamanya." Keluhku.
"Kenapa?" Tanya Ares yang merangkul bahuku di sofa.
"Kehidupan SMA memang tidak buruk. Tapi ternyata aku lebih nyaman untuk menjauhkan diri dari orang-orang."
Ares bergumam, "Tapi, kamu harus mencoba untuk melawan traumamu. Itu cara untuk membuatmu berubah jadi lebih baik."
Aku menoleh dan memandang wajah Ares, "Begitu ya?"
"Akhirnya kamu punya sahabat lagi di SMA, teman-teman yang lain pun baik padamu. Tidak ada salahnya belajar untuk percaya lagi. Kalau gak ada aku, gimana kamu nanti?"
"Kamu mau ninggalin aku?"
"Bukan begitu, sayang. Dunia ini bukan cuma tentang aku dan kamu. Kamu paham, kan?"
Aku mengangguk setelah menghembuskan naas.
"Tapi kamu janji gak bakal ninggalin aku?"
Ares mengangguk, kemudian mengecup bibirku. Aku menyimpan gelas wine-ku kemudian melingkarkan lenganku pada lehernya. Kami saling terlena pada permainan bibir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still xx You (✓)
Teen FictionPerang berakhir, akhirnya kami berpisah. Namun kami masih terjerat dalam ikatan benang merah yang pernah menyatukan. . Gunting? Atau simpul kembali? Biar waktu yang menjawab.