[15] Morning Sickness

9.9K 594 1
                                    

Seokjin POV.

Aku sangat bahagia! Wanitaku kini tengah mengandung buah cinta dariku. Jieun mengandung anakku, anak pertamaku. Aku akan menjadi seorang ayah.

Aku tak bisa berkata apapun, aku hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada Tuhan. Semua yang telah diberikan-Nya kepadaku, semuanya berharga untukku. Orang tuaku, Jieun, dan janin yang kini Jieun kandung. Dan orang tua kami juga sudah mengetahuinya, mereka sangat antusias saat kami memberi tahu jika Jieun hamil.

Hamil merupakan hal yang paling wanita inginkan. Menjadi wanita hamil merupakan kebanggaan tersendiri, banyak wanita diluar sana yang mandul atau tidak bisa mengandung seorang bayi. Namun, hamil juga kadang mempengaruhi emosi wanita tersebut. Mereka cenderung akan lebih sensitif bila sedikit kita singgung, walaupun kita juga sering melontarkan kata-kata yang biasa ia ucapkan kepadanya.

Contohnya sekarang, istriku juga merasakan hal yang sama. Ia lebih mudah tersinggung, atau marah dan kesal kepadaku. Aku sadar jika ini hal yang wajar, maka dari itu aku juga memaklumi kondisinya sekarang.

Namun dibalik itu aku juga kasihan kepadanya, setiap hari—seminggu setelah kami memeriksanya ke rumah sakit, ia sering mengalami mual di pagi hari. Atau biasa kita sebut sebagai morning sickness. Yaitu kondisi dimana wanita sering mual dan pusing saat hamil dan biasa terjadi di pagi hari.

Seperti juga hari ini, padahal aku hanya ingin memberikan morning kiss kepadanya, tetapi dia malah menutup mulutnya dan berlari menuju kamar mandi.

-Flashback-

Aku terbangun saat sebuah jari nakal Jieun mencubit lenganku. Mataku menyesuaikan cahaya yang perlahan masuk ke mataku. Objek pertama yang kulihat adalah Jieun yang kini menatapku garang.

"Engh.. Sayang, aku masih mengantuk.." aku kembali menarik selimut sampai ke atas kepala dan membelakanginya.

"Yya! Bangun, Kim Seokjin! Kita harus bekerja! Ppali ppalli!" Jieun meraih guling disebelahnya dan kemudian memukulkannya padaku.

"Akh—sayang! Aduh! Iya iya aku bangun.." Aku mendengus kesal kemudian menatapnya datar.

Mataku beralih kepada perutnya yang rata dan tertutup baju putih miliknya. Aku mengarahkan tanganku ke permukaan perutnya dan mengusapnya sayang.

"Selamat pagi, kesayangan kami.. Appa dan Eomma menunggumu, sayang.." ucapku sembari mendekat dan kemudian mengecupnya lama.

Tangan Jieun mengusap kepalaku yang berada di perutnya dan memeluknya. Kemudian ia melepaskan tangannya saat kepalaku mendongak untuk menatapnya.

"Morning kiss, babe.." ucapku menyeringai.

Aku terkekeh saat melihat ia merubah mimik wajahnya, yang semula terlihat bahagia, sekarang ia menatapku garang, alisnya menyatu dan tangannya siap mengepal untuk memberikan sebuah pukulan di lenganku.

"Apa?! Coba ucapkan sekali lagi! Akan kupukul kau nanti!"

"Aku hanya meminta morning kiss padamu, sayang.. Hanya kecupan saja kumohon.. Ya? Aku merindukanmu.. Eum?"

Perlahan hati Jieun mulai lunak, ia mengangguk pelan dan sedikit tersenyum. Aku mendekatkan wajahku dan bersiap untuk mengecup bibirnya, namun saat sudah berjarak dua senti, aku mengehentikan aksiku saat ia menutup mulutnya dan berlari menuju kamar mandi.

Rasa mualnya kembali lagi, ia menunduk di atas wastafel sembari berusaha memuntahkan semua isi diperutnya. Namun, hanya air yang keluar dari mulut Jieun.

Aku berjalan menyusulnya dan kemudian mengelus dan mengusap punggung miliknya. Menekan tengkuknya dan memberikan tissue untuk nantinya ia gunakan untuk mengeringkan mulutnya yang basah.

"Seokjin, aku lelah seperti ini terus.. " Ucapnya sendu sambil memelukku. Jujur, aku juga kasihan terhadapnya, dia lebih sering mual di pagi hari, bahkan terkadang saat berkerja ia mengalaminya dan membuatnya harus istirahat sejenak.

"Iya, aku paham, sayang.. Ini sudah biasa saat wanita sedang hamil, percayalah. Ini akan berakhir tak lama lagi.." balasku sambil mencium puncak kepalanya. "Tidak usah masuk ya? Nanti kuijinkan pada pihak rumah sakit."

Ia menggeleng di pelukanku.

"Tidak, aku ingin tetap berkerja.."

"Tapi kondisimu sedang tidak stabil, sayang.."

"Aku akan istirahat jika lelah nanti, atau aku juga bisa keruanganmu.."

Jieun tetaplah Jieun, sikap keras kepalanya selalu muncul disaat waktu yang tak tepat. Akhirnya dengan berat hati aku mengangguk mengiyakannya.

"Hhhhhh.. Baiklah, ingat! Jangan terlalu lelah. Aku tidak mau membahayakanmu dan bayimu.. Arrachi?"

Ia mengangguk semangat, "Arratta!"

Aku kembali tersenyum, dan membawanya menuju bath tub untuk mandi dengannya.

To Be Continuous.
Noona Tae 💜

Part terpendek. Mianhae 🙏
Aku gak mood, jadi seadanya ya:))

ICE - Kim Seokjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang