Berat. Kaki ku tak bisa bergerak. Bahkan seluruh tubuhku pun begitu.
Aku kenapa?!
Tidak, tidak.
Naura, kendalikan dirimu.
Jangan begini lagi.
Apa kamu gak capek?
Tolong tahan dirimu sebentar, Naura.
help - part I
by deeptwinkle.
2O19."Dasar anak gak tau diri!" Oh.
"Selalu saja membuat keributan. Tidak malu di dengar tetangga?" Naura menarik kembali niatnya untuk berbuat lebih.
Ya, hanya menghancurkan barang saja kenapa aku yang kena marah? Toh itu barang ku sendiri.
Bahkan kalian yang sudah menghancurkan ku saja, aku tidak marah tuh.
Setidaknya kenapa mereka selalu memarahi ku? Apa gak capek, ya?
"Kamu ada masalah apa, Nak? Mau cerita ke Ibu?"
Bahkan kalimat seperti itu tak pernah keluar dari mulutnya.
Marah, memukul. Selalu begitu.
Aku ingin mati. Keluar dari dunia yang menyeramkan ini.
Sebuah pesan terpampang jelas di layar ponsel milik nya.
"奥にあった想いと一緒に握り潰したの
大丈夫 大丈夫
今すぐに抱きしめて
私がいれば何もいらないと""Fan, sebentar ya" Ia hanya mengangguk sementara gadis yang berusia satu tahun lebih muda dari nya mulai sibuk dengan ponsel nya.
Men-translate sebelum membalas.
"Peluklah aku sekarang juga
Aku tidak memerlukan hal yang lainnya.
Jangan tinggalkan aku, hanya itu saja""Lintang?" Sedikt terkejut.
"Kenapa?" Ia menaruh ponsel miliknya di saku jaket, lalu meraih tangan gadisnya untuk di gandeng.
"Mau gue anter pulang gak, Fan?" Siapa yang ingin menolak sih?
"Harus. Lo kan udah ngajak gue keluar, ya harus dianter balik" Lintang terkekeh.
"Beli oleh-oleh dulu buat mamah" Mereka berdua berjalan ke tempat penjual martabak.
Fanya memeluk manja lengan Lintang. Membuat ia gemas.
"Oh tangan gue berdarah ternyata" Santai ia bicara.
Melihat sekitar. Barang-barang yang tadi tersusun rapih, kini sudah tidak ada di tempat nya lagi.
Sudah satu jam lebih ia menunggu pesan dari seseorang.
Sibuk banget sampe pesan ku selalu diabaikan?
Suara ketukan berasal dari jendela kamarnya "Naura, buka jendela lo buru"
Jendelanya pun terbuka, nampak seorang gadis tersenyum bodoh menatap dirinya, sebelum terkejut melihat kondisi kamar Naura yang-
Entah ini bagaimana cara mendeskripsikan nya.
Gadis tadi melompat masuk ke kamar Naura.
"Hey, kenapa?" Naura hanya menunduk.
Tangan Naura berdarah. Ia menarik nafas dalam dalam.
"Sini gue liat tangan lo" Diraihnya kedua tangan Naura. Perih pasti.
"Sakit?" Naura ngangguk lemah.
"Siapa suruh? Kan tau sendiri sakit" Cairan hangat keluar dari kedua matanya.
"Jangan gitu lagi. Sakit hat gue Na, kalo liat lo gini terus" Naura tak sanggup lagi menahan tangisnya.
Di dunia ini yang sangat peduli akan dirinya hanya gadis ini, Keana.
Bahkan kedua orang tuanya? Tidak sama sekali. Pacarnya pun begitu.
"Lintang mana?" Keana membawa Naura duduk di pinggir ranjang Naura.
Dirinya mengambil kotak p3k, lalu kembali duduk di samping Naura.
"Lintang gak kesini lagi?" Hanya anggukan dari Naura.
Keana mengambil betadine dan perban. Memberi betadine dulu sebelum di tutup.
"Keana . . ."
Sesudah diberi betadine, kini Keana menutupi lukanya dengan perban.
"Boleh peluk lo gak?" Keana membuka lebar lebar lengan nya, mempersilakan Naura untuk memeluk tubuhnya.
Entah kenapa pelukan Keana selalu membuat Naura merasa nyaman dan terlindungi?
KAMU SEDANG MEMBACA
help - 2kim twoshoot.
FanfictionDari awal harusnya aku tidak usah dilahirkan ke dunia saja - Naura.