Chapter IV : My Ex

374 16 2
                                    

Always

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

Warning content 21+

Selamat membaca!

CATATAN PENTING! KHUSUS CHAP INI UNTUK USIA 18+ DAN HARAP DIBUKA SETELAH BERBUKA PUASA!

"Aduh, pegal!"

Riva meregangkan tubuhnya dan merasakan pinggangnya sakit dan pegal. Melayani nafsu milik Pandu memang tidak ada habisnya. Harus super dan ekstra.

Tetapi, dia tidak bisa hidup tanpa Pandu. Sejak permainan ranjang mereka pertama kali, Pandu bagaikan candu baginya. Pria itu selalu menemaninya diatas ranjang dengan permainan ganas dan memuaskan.

Memukul pinggangnya, Riva benar-benar merasa lelah.

"Mau sarapan diluar?"

Pandu keluar dari kamar dengan pakaian kerjanya. Dimatanya, Pandu tampak sangat gagah dan menawan. Benar-benar pria idaman semua wanita.

Tersenyum, Riva mendekati kekasihnya dan melingkarkan tangannya di belakang leher Pandu sebelum mencium bibir kekasihnya dengan lembut.

"Satu jam. Kita hanya memiliki waktu satu jam. Sebaiknya kita makan di cafetaria apartemen saja."

Pandu mengusap wajahnya. Rivana benar-benar manis dan menggemaskan. Membuatnya tidak sabar untuk menyerangnya.

***

"Aku dengar ada dokter tampan!"

"Benarkah? Setampan apa?"

Riva yang sedang fokus pada mikroskopnya mau tidak mau menguping obrolan teman-temannya. Mau setampan apapun dokter baru yang bekerja di rumah sakit tempatnya bekerja, dia tidak tertarik. Karena Pandu lebih menarik dari semua pria yang ditemuinya.

Dia tidak munafik. Hubungan selama lima tahun sangatlah membosankan. Sesaat dia melihat pria tampan, dia tertarik pada pria itu. Tetapi, mengingat Pandu lebih menawan dan permainan ranjangnya sungguh ganas. Tidak ada yang lebih baik dari Pandu.

"Riva, mau makan siang?"

Temannya memanggilnya. Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 12 siang dan perutnya keroncongan. Melepas jas laboratoriumnya, Riva tersenyum.

"Boleh."

***

"Wah, tampan sekali."

"Dia dokter barunya?"

"Tampannya."

Riva yang sedang memakan makan siangnya menatap gerombolan perawat yang kini sedang berkerumun. Memang setampan apa dokter baru di rumah sakit tempatnya bekerja hingga mereka semua heboh seperti itu?

Rumah sakit tempatnya bekerja memang rumah sakit paling nyaman. Makan siang dan makan sore mereka dapatkan dari rumah sakit. Belum lagi saat shift malam mereka mendapatkan jatah makanan. Gaji mereka juga tidak main-main.

Namun, ada harga ada kualitas. Karyawan yang bekerja di rumah sakit ini bukanlah karyawan sembarangan. Karena rumah sakit ini mengutamakan pelayanan pasien.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang