(02) Fortune or Doom

489 76 52
                                    

Pagi ini Zayn dan Harry memutuskan untuk mengunjungi Mauve ke toko bunga milik ibu Mauve. Tadi mereka mengunjungi rumah Mauve namun orang yang berada di rumah Mauve mengatakan kalau Mauve ada di toko bunga milik ibunya.

Harry menarik pintu kaca toko bunga disusul oleh Zayn yang sejak tadi mengekor di belakangnya. Keberuntungan tidak berpihak pada Mauve hari ini, ia didapati Zayn dan Harry.

"Mauve," panggil Harry dengan suara yang cukup keras. Seperti kebiasaannya akhir akhir ini yaitu kabur saat melihat wajah Zayn, Mauve langsung memalingkan wajahnya dan berjalan cepat untuk menghindari Zayn dan juga Harry.

"Aku sudah mengatakan, lebih baik kau sembunyi di dalam mobil. Lalu aku akan mengajak Mauve jalan keluar. Lagipula apa susahnya menculik Mauve, dia tidak jauh beda dengan anak kecil. Lihat sekarang, dia langsung kabur seolah olah kita adalah hal paling menyeramkan. Kurasa kau yang seperti setan," cerocos Harry seperti seorang ibu yang memarahi anaknya.

"Bisakah kau tidak menekan kata setan itu. Kau bahkan lebih menakutkan dariku," ujar Zayn tidak terima Harry menyebutnya setan.

"Excusez moi monsieur," Harry dan Zayn menghentikan perdebatan mereka lalu kemudian menoleh ke sumber suara saat mendengar orang menyapa mereka.

"Aku sedang mencari ummp- Mauve," ucap Zayn sambil terus mencari dimana Mauve bersembunyi. Dia dan Harry tadi jelas jelas melihat gadis itu ketika mereka masuk ke dalam toko bunga.

"Mauve? Kami tidak menjual bunga dengan nama Mauve," ujar gadis yang merupakan salah satu pelayan dari toko bunga tersebut. Harry menggelengkan kepalanya, ia tahu kalau gadis yang ada di depannya itu sedang berbohong.

"Aku mencari Chamomile," ulang Harry. Zayn mengeritkan keningnya mendengar Harry menyebutkan nama yang belum ia dengar sebelumnya. "Dimana Chamomile"

"Siapa Camomilla?" ucap Zayn yang lebih mirip seperti orang yang sedang berbisik. "Kita datang mencari Mauve bukan Camomillla. Harry. Bodoh."

"Itu nama Mauve. Zayn. Genius. Bisakah kau diam. Kau mau aku membantumu atau tidak." Zayn mendengus kesal. Harry kembali tersenyum pada gadis yang ada di hadapannya, itu membuat gadis tersebut ikut tersenyum. Lagipula siapa orang yang tidak akan tersenyum melihat Harry tersenyum seperti itu. "Bisakah kau memberi tahu aku, dimana Chamomile?"

"Maaf tuan, tapi kami tidak menjual bunga chamomile," ucap gadis tadi berhasil membuat Zayn kesal. Bukan hanya Zayn tapi juga Harry, namun Harry hanya bisa menahan ekspresi kesalnya. Padahal Harry sudah menunjukkan senyumnya yang menurutnya paling manis agar gadis itu mau jujur.

"Bukan, aku tidak ingin membeli bunga. Aku sedang mencari anak dari pemilik toko bunga ini. Mauve, gadis berumur 23 tahun yang postur tubuhnya seperti anak umur 13 tahun," ucap Zayn kesal. Harry hanya mengusap pundak Zayn meminta agar ia bersabar.

"Kau tidak boleh begitu. Itu namanya body shaming," ujar Harry. Setelahnya Harry menepuk pipi Zayn pelan. "Sabar, paham. Begini nona, aku ada keperluan dengan Chamomile."

Tak lama gadis itu menjetikkan jarinya. "Oh. Kalian boss dari Chamomile?"

"Bukan. Aku bukan boss Mauve, maksudku Chamomile. Dia temanku. Teman dekat lebih tepatnya," ucap Zayn sambil menyengir.

Seorang wanita paruh baya menghampiri tiga orang yang masih mengobrol itu. "Permisi tuan tuan, kalian sedang mencari bunga jenis apa?"

"Uh hi," sapa Harry agak canggung karena mengenal wanita itu.

Tanpa Zayn dan Harry menjawab pertanyaannya, wanita itu mengangguk. "Oh kalian. Kalian sedang mencari Mauve? Dia ada di sekitar sini tadi." Mauve yang sedang bersembunyi dan mendengar ibunya berbicara, secara sadar ia menghantamkan kepalanya sendiri pada rak bunga.

ChamomileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang