Sultan

1.5K 134 3
                                    

Shania duduk sambil bermain ponsel di kursi mobil sebelah Beby. Mobil yang mereka pakai bukan milik Veranda melainkan mobil milik Beby. Sedangkan mobil Veranda sengaja Shania tinggal di bengkel karena malas membawa mobil itu.

"Hp terus," sindir Beby dengan mata yang masih fokus dengan jalanan di hadapannya.

"Aku lagi posting belanjaanku tadi. Biar iri tuh cewe yang suka kamu. Kamu jangan cantik! Biar aku aja yang cantik. Ntar kamu di sukain cowo lagi. Pokoknya kamu cuma buat aku!"

Beby hanya menggeleng mendengar ucapan pacarnya itu. Dia sengaja memanjakan Shania di Mall. Apapun yang Shania pilih Beby belikan. Termasuk sepatu sneakers seharga 4 juta yang dikenakan sekarang oleh Shania itu juga Beby baru membelikannya untuk sang kekasih.

"Beb, makasih ya,"

"Iya sama-sama,"

Beby memasuki sebuah perkampungan dengan mobilnya. Shania cukup di buat heran dan bingung karena Beby malah mengajaknya ke sebuah perkampungan. Perkampungan yang sangat dekat dengan pasar. Shania tak asing dengan pasar itu.

"Jangan suka ngehina ya Nju. Aku gak suka orang kayak gitu," ujar Beby sambil mencoba memarkirkan mobilnya di pinggir kali.

"Aku bicara jujur bukan ngehina kali," jawab Shania tak ingin di salahkan.

"Jangan ngelawan kalo aku bilangin. Ini demi kebaikan kamu, daripada kamu nyesel," ujar Beby sambil membuka pintu mobil yang ada di kanannya.

"Ini dimana sih Beb? Ini aku pake sepatu baru sayang. Ntar kotor gimana?"

"Udah, ayo turun. Tanyanya ntar aja. Sepatu di beli buat di pake jalan kemana aja. Kalo gak mau sepatunya kotor nyeker aja," jawab Beby santai sembari berjalan keluar dari mobil. Sedangkan Shania dengan kesal dan terpaksa keluar dari mobil itu. Dia mengikuti Beby dengan malas. Dia tidak suka tempat seperti ini.

Beby terus berjalan dengan santai. Beberapa orang menyapanya dengan ramah lalu di jawab dengan ramah juga. Beby membiarkan Shania hinggap di lengannya, memeluk dengan intensif. Shania tidak banyak bertanya karena sibuk mengomentari jalanan yang mereka lewati.

"Kamu mau ikut masuk atau diluar?" tanya Beby saat tiba di depan sebuah rumah yang tidak bagus sama sekali menurut Shania.

"Beb, ih katanya mau ngajak aku kerumahmu. Ini malah ngajak kesini. Ah, kamu mah. Tau aku gak suka tempat kumuh juga," protes Shania pada pacarnya itu.

"Yaudah, ini rumahku,"

"Ah, kamu mah canda mulu,"

"Tanya dah sama tetangga di depan, ini rumahku Shanju ku sayang," Beby membuka pintu rumah yang di klaim sebagai rumahnya. Menyalakan lampu dan memasuki rumah itu.

Shania dengan malas ikut masuk kedalam rumah itu karena malas mendapatkan gangguan dari anak-anak kecil yang suka melihat sepatunya. Melihat keadaan rumah itu Shania masih merasa tidak percaya.

"Kalo kamu bilang ini rumah Kinal atau Maul aku sih percaya Beb," ujar Shania.

"Masih gak capek ngejek Kinal sama Maul?" Beby mulai bersikap dingin pada Shania.

Beby duduk dikursi yang ada di hadapan Shania. Memejamkan mata sambil menengadahkan kepalanya ke atas. Dia masih bisa mendengar grutuan dari Shania.

"Duduk sini, abis itu kita pergi," ucap Beby masih dengan mata terpejam sambil menepuk pahanya. Shania menghentakan kakinya kemudian berjalan kearah Beby dengan wajah kecut.

Shania mendudukan pantatnya di paha Beby. Menyenderkan tubuhnya di dada Beby. Kepalanya bersebelahan dengan kepala Beby, bersandar di leher sang kekasih.

Pacar DurianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang