Syahirah 2 || BAB 32

230 12 0
                                    

Aldo mengantar Hanna, Syakira, dan Syahirah kembali ke pondok pesantren. Saat yang lainnya sudah memasuki gerbang pondok, Aldo menahan lengan Syahirah yang sedang melangkahkan kakinya ikut menyusul Hanna dan Syakira yang sudah lebih dulu masuk.

Syahirah menengok dan menatap Aldo dengan tatapan heran. Syahirah tidak protes sama sekali ketika lengannya dipegang oleh Aldo.

"Ada apa, mas?" Syahirah bertanya. Tapi, Aldo diam saja. Syahirah pun menunggu hingga Aldo angkat bicara. Tetapi, laki-laki itu tak kunjung bicara. Aldo hanya terus menatap wajah Syahirah. Aldo rindu Syahirah.

"Mas?" Syahirah memanggil. "Ada apa?" Syahirah bertanya lagi. Syahirah menatap kedua manik mata milik Aldo.

"Ada yang ingin saya bicarakan sama kamu. Tapi, nggak di sini. Dimasjid Nurul Iman." ucap Aldo setelah kesekian menit terdiam. Syahirah terkejut ketika Aldo mengatakan nama masjid itu. Apakah Aldo sudah mengingat tentang dirinya? Atau hanya mengingat masjid itu saja?

Aldo mengajak Syahirah untuk kembali masuk ke dalam mobil. Kali ini Syahirah duduk di samping pengemudi. Aldo memasang sabuk pengamannya, begitu juga dengan Syahirah. Aldo melajukan mobilnya dan membawanya ke jalan raya, meninggalkan pondok pesantren menuju masjid Nurul Iman.

Aldo memakirkan mobilnya diparkiran yang sudah disediakan. Syahirah melepaskan sabuk pengamannya dan turun dari dalam mobil. Aldo pun melakukan hal yang sama dengan Syahirah. Aldo mengajak Syahirah untuk ke tamannya. Ia lebih dulu berjalan, sedangkan Syahirah berjalan di belakang Aldo bukan di sampingnya. Di dalam benaknya, dia bertanya-tanya mengapa Aldo memgajaknya ke masjid Nurul Iman.

Dimasjid Nurul Iman, masjid tersebut tidak ada yang berubah. Hanya saja warna catnya diperbaharui dan ada sebuah bangunan yang masih dalam proses pengerjaan di samping masjid tersebut. Sudah lama sekali Syahirah tidak ke masjid Nurul Iman. Ada rasa rindu yang tidak bisa tergambarkan.

"Sya," Aldo memanggil. Syahirah memandangi Aldo dengan lekat karena laki-laki itu menatapnya dengan serius. Ada sesuatu yang sangat penting yang ingin disampaikan oleh Aldo. Syahirah menunggu perkataan Aldo selanjutnya.

"Mari kita berpisah." Perkataan Aldo mampu membuat Syahirah terdiam membeku. Pikirannya langsung ke mana-mana. Pelupuk matanya memanas dan air matanya langsung terbendung begitu saja. Ia menatap Aldo dengan mata yang berkaca-kaca. "Mari kita berpisah. Kita usaikan ikatan suci kita selama ini," Aldo mengulang lagi perkataannya.

"Ta-tapi kenapa, mas?" Suara Syahirah tercekat. Dadanya bergemuruh. Rasanya sangat sesak dan menyakitkan. "Apa karena mas Aldo akan menikahi Hanna?" Syahirah bertanya lagi. Sama sekali tidak terpikirkan oleh Syahirah bahwa Aldo akan mengajaknya berpisah atau memintanya bercerai dari dirinya. Dan Syahirah belum menyadari kalau ingatan Aldo sudah kembali.

"Aku rela, kok, dimadu. Kalau mas ingin menikah dengan Hanna, silakan! Aku akan menerimanya. Tapi, aku nggak akan menerima permintaan mas Aldo yang ingin berpisah. Aku masih mencintai mas Aldo dan aku masih ingin terus bersama mas Aldo!" Air mata Syahirah tidak dapat terbendung lagi. Air matanya mengalir  membasahi kedua pipinya. Dimasjid Nurul Iman ini, Aldo mengajaknya berpisah. Syahirah tidak menginginkan perpisahan itu terjadi.

Aldo menggeleng. Sekuat tenaga ia menahan air matanya. Ia tidak boleh menangis. Aldo harus kuat. Aldo sudah memikirkan hal ini dengan matang. Jika ia menangis sekarang, maka ia akan kalah. Menurutnya, berpisah itu adalah cara terbaik. Aldo tidak ingin menyakiti Syahirah lebih dalam lagi.

"Enggak, Sya. Ini jalan terbaiknya. Ini juga demi kebaikan kamu! Tolong mengertilah." Aldo melembut. Ia mengamit kedua tangan Syahirah dan menggenggamnya. "Aku mohon, Sya." Aldo menatap Syahirah dengan tatapan memohon. Syahirah tidak bisa bicara lagi. Perempuan itu menangis sejadi-jadinya. Untung saja taman sedang dalam keadaan sepi.

Syahirah 2: Aldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang