stop it.

180 20 2
                                    




















“Bajingan! Lo ngapain Fanya?!”


Orang orang mulai datang mengerumuni mereka.


“Lebay deh. Gak sengaja ke tonjok doang” Naura melihat sekitar, banyak orang sedang memperhatikan mereka bertiga. Duh ini bukan tontonan.



Apa apaan! Seenaknya menonton tidak bayar, huh?!




“Sini lo, Njing” Lintang menarik kerah baju Naura kasar.




“Udah puas main di belakang gue, Lin?” Cengkeram nya makin kuat, Naura hanya tertawa garing.




Satu pukulan mendarat di pipi kanan Naura. Seperti tadi, ia hanya tertawa.




Fanya bangkit, lalu memisahkan keduanya, sebelum orang lain makin banyak berdatangan karena suara pukulan yang cukup keras.


“Lintang, kenapa masalah gini malah di besarin? Emang dia siapa kamu sih?”



Oh, ya. Tadi Fanya mendengar gadis bernama Naura ini bilang—





'Udah puas main di belakang gue, Lin?'




Fanya paham sekarang kenapa Lintang begitu marah saat gadis itu bilang begitu.


“Lin, gue mau putus sama lo. Tolong jangan deket deket gue lagi, please. I'm begging to you. Get another girl who want accept you and don't be a cheater”


Fanya meninggalkan mereka berdua. Dengan perasaan yang bercampur aduk.

Dari kejauhan, seorang memicingkan matanya. Ada gadis ituabis keluar dari kerumunan orang.


Kini cengkeraman pada kerah baju Naura di lepas kasar. Nafas yang menggebu menahan amarah.



Tiba-tiba, Keana datang.


“Na, lo gapapa?” Keana melihat sudut bibir Naura yang berdarah.

Rasanya sekarang juga dia ingin menangis melihat kondisi Naura yang sekarang.

Badan yang penuh luka, dan perban atau plester yang menempel di tubuh gadis itu.



























Gimana gak sakit hati liat gadis yang ia sayang begini?






















“Yuk, pulang” Naura hanya menurut pasrah.






Sampe kapan lo bakal tahan sih, Ke?







Hening sepanjang perjalanan sebelum akhirnya Keana memulai percakapan






























“Na, gue mau ngomong. Ini serius” Langkah mereka berhenti di sebuah taman dekat rumah mereka.
















“Mau ngomong apa, Kean?”

“Bentar, uhm . . .” Keana malah sengaja membiarkan Naura menunggu, guna ia juga bisa bersama Naura lebih lama.



“Buruan ngomong, gue mau balik”




















Kedua tangannya di genggaman. Menatap lekat mata sang gadis di hadapannya.











































“Jangan nyakitin diri lo lagi, ya? Sering mikir lo gaada yang sayang? Banyak, Na. Banyak yang sayang sama lo sebenarnya. Apalagi gue. Sayang banget sama lo, serius. Sering nangis gue setiap liat lo yang kayak gini. Sakit hati gue, Na, liat cewek yang gue sayang begini. Jadi, jangan, ya? Gue tau. Susah pasti, kan? Coba kalo ada apa apa cerita ke gue. Jangan nyakitin diri sendiri. Gue juga tau. Pasti abis lakuin itu lo merasa lega, kan? Tapi masalah yang lo dapat gak terselesaikan. Yang ada malah buat diri lo sakit dan nambah beban. Nangis aja, gapapa. Asal jangan nyakitin diri lo, ya?” Naura tersentak.



















“Gue bacot banget ya, Na?” Gak habis fikir. Barusan Keana itu sedang menyampaikan isi hatinya atau, gimana?


Keana terkekeh sebelum dirinya berjalan meninggalkan Naura yang masih terdiam di taman.





Ah, Naura ingin menangis mendengar ucapan Keana barusan.











































××××

















































































××××


























“Sayang! Bangun dong”

Sengaja menutup dirinya dengan selimut.

“Oh, mau gue guyur?” Naura sudah siap siaga ingin mengambil gayung dari kamar mandi—















Namun tangannya di tarik oleh Keana, sehingga dirinya terjatuh di atas kasur.





“Kalo dicium mau, ehehe” Satu jitakan di berikan Naura.




“Keana, lo bau. Ogah gue nyium lo!”





“Ahahaha, gue mandi abis itu lo cium, ya?”











“ENGGAK! MALES BANGET”









Keana tertawa puas. Suka sekali menggoda Naura, karena respon yang didapat, menggemaskan.

help - 2kim twoshoot. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang