Kenyataan

8.3K 747 89
                                    

Mungkin kita hanya sepasang manusia yang di takdirkan untuk saling mengenal bukan untuk saling menetap

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27

-----

"Sudah istirahat, mau ke kantin atau minta tolong Andi bawakan kamu makanan?" bersama dengan masuk nya aku dalam area kantin ponsel ku bunyi.

Satu notifikasi muncul, tulisan Ketua Rohis terpampang pada notifikasi itu.

Ia bersikap seakan kemarin kami baik-baik saja dan entah kenapa hal itu semakin membuat aku resah tanpa alasan jelas.

Seperti biasa sesuai juga janji Raka dulu bahwa ia akan memperhatikan aku di sekolah. Mungkin takut aku berulah lagi seperti kesandung batu, terbentur tanah, pulang tanpa izin, dan berbagai ulah ku yang kata nya selalu membuat dia khawatir. Ingin nya berharap, tapi sayang kata khawatir selalu ia lanjutkan dengan "aku sudah janji jaga kamu". Ini hanya sebatas janji.

"Aku sudah di kantin. Bareng Aina. Aldo, Bagas, dan Gandhi mereka ikut juga" balas ku kepada Raka.

Sekarang aku juga sudah berusaha untuk tidak mengabaikan perjanjian dengan Raka bahwa harus meminta izin dulu. Perasaan ku seperti mendapat hidayah akibat berulang kali membuat pria ter-sabar itu uji kesabaran ekstra.

Melihatnya selalu mengatakan "aku bahagia kalau kamu juga bahagia" rasanya aku begitu bersalah.

Ketika ia telah mengucapkan ijab qobul hari itu, aku sudah bertekad menjadi menantu yang baik untuk Mama. Mungkin hari ini aku harus memasukan list menjadi istri yang mendengar juga perlu. Setidaknya jika ia berusaha menepati janji kepada orang tua ku, aku juga ingin berusaha menepati janji kepada ia.

Hubungan sebatas janji.

"Gandh, lo mau makan apa?" Tanya Aldo kepada Gandhi sebab pria itu kelihatan pusing ingin memilih makanan apa.

"Pusing. Rey, makanan yang enak apa?"

Aku sedikit berdecak kesal melihat tingkah Gandhi. Ini sudah keberapa kali ia selalu melimpahkan keputusan kepada aku. Alasannya karena ia belum terbiasa. Baik, aku coba memaklumi. Dulu aku selalu merepotkan dia, saat nya membalas budi.

"Aku pesankan yah, Gand" kata ku sambil menarik Aina berlalu dari meja untuk menuju tempat makanan.

"Kamu tau ngak Rey, aku dengar-dengar katanya Gandhi jadi bahan pembicaraan" bisik Aina sambil menunggu antrian.

Aku melirik nya, ikut dalam bahan gosip sekolah sangat jarang aku lakukan. Tapi mengingat ini ada kaitannya dengan Gandhi aku akan mendengarkan soal apa yang mereka tertariki dari Gandhi.

"Mereka penasaran anak pindahan dari luar negeri, apalagi Gandhi ganteng" alasan rasional jika mereka tertarik tentang dua hal tersebut dari Gandhi.

Anak pindahan luar negeri dan wajah tampan, mungkin jika itu bukan Gandhi aku juga akan penasaran seperti mereka.

Aku mengangguk mengerti. Bersama dengan berkahir nya ucapan Aina berkahir juga waktu antri kami. Aku mengambil makanan ku, Gandhi, dan Bagas. Sedangkan Aina membawa makanan Aldo, ia sangat anti terhadap sesuatu berbau Bagas.

"Bakso punya Gandhi kok aneh yah?" Papar Bagas ketika melihat bakso di hadapan Gandhi tidak seperti bakso miliknya.

Gandhi tertawa. "Rey masih ngak lupa aku suka nya apa"

Aku membalas ucapannya dengan senyum. Bagaimana mau lupa jika dulu setiap ingin makan di luar bersama keluarga selalu bakso yang pria itu pesan. Basko tanpa telur dan bihun, makanan kesukaan Gandhi.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang