Punkish!

1.3K 129 4
                                    

Baru kemarin Kinal tampil cool dan rapi. Hari ini udah kayak biasanya. Gak pernah ada rapi-rapinya sama sekali. Aku marahin juga masih aja di lakuin. Heran, aku sering gosokin bajunya ke cugos eh lihat-lihat bajunya dah kusut aja. Sumpah ya itu niat banget absurdnya. Ngeselin.

Oh ya, tapi mau rapi kayak gimana aja. Akhirnya juga gak akan rapi. Resepsi Zee dan Lala diluar dugaan. Bagaimana tidak, panggung itu untuk acara manggung band rock sewaan Zee. Saat band itu mulai memasuki panggung semua makin terasa ramai dan penuh. Kinal minta aku buat nungguin dia di bar.  Sedangkan dia, ikut gabung dalam kerumunan itu. Baru aja di mulai aku bisa lihat tarian rusuh mereka. Moshing? Ah apalah itu. Aku lupa namanya. Kaki mereka saling terangkat dan menjejak. Sebenarnya mereka itu ingin mengadakan acara pernikahan atau pembunuhan masal dengan cara ini. Kesal juga jika ku ingat. Lebih seperti tawuran. Rusuh.

Huft!

"Ve, emang kamu gak pernah chatan sama Kinal ya?" tanya Kak Melody padaku tiba-tiba.

"Ya pernah Kak, tapi jarang. Sama-sama gak terlalu suka main ponsel," jawabku sesuai dengan kenyataan yang ada. Hubunganku tanpa ponsel saja masih berjalan baik. Yang penting dia tidak untuk yang lainnya. Kinal hanya milikku.

"Pantes. Kamu tau Kinal bolos?" aku menggeleng karena memang aku tidak tau.

"Nih, malah bolos. Ngerokok lagi. Di bilangin gih,"

Aku meminjam ponsel Kak Melody. Ah, iya di video itu ada Kinal. Kinal yang sedang merokok dengan teman-teman cowoknya. Huft, itu bukan Kinal. Itu Devin. Kenapa Kinal harus menjadi Devin di depan mereka? Kenapa tidak menjadi Kinal saja? Ah, Kinal aku masih tidak tau apa yang kamu sembunyikan dariku lagi.

"Ve, Kinal kok ngumpulnya sama cowok terus sih? Emang gak ada cewe ya? Kenapa sekolahnya pake celana sih? Aku bingung deh beneran,"

"Dia Devin, bukan Kinal,"

"Hah? Devin? Siapa itu? Kembaran Kinal? Atau gimana?"

Malah keceplosankan. Argh! Kenapa sih pikiranku jadi kacau kalo gini. Ngeselin deh.

"STM kak, pake celana,"

"Oh iya, lupa,"

"Kak, pusing. Aku mau ke uks aja,"

"Ve, jan sakit loh. Aku anter. Jangan mikir aneh-aneh dulu lah ya,"

***

Author POV

Kinal duduk bersila di atas kursi bersama kawan-kawan segenknya. Di antara jari tengah dan telunjuknya ada sebuah rokok yang masih menyala. Sedangkan di tangan kirinya, sebuah kopi hitam yang selalu siap untuk Kinal sruput.

"Mbel! Lo beneran udah pacaran sama tuh cewe?" tanya salah seorang teman Kinal yang rambutnya di cat merah.

"Udah," jawab Kinal santai lalu menghisap batang rokok itu.

"Gembel, Gembel. Kerjaan kok cuma ngehayal. Terima kenyataan aja lah. Dia itu cantik, cantik buanget! Kita bukan level dia. Gue yakin dia pasti anak orang kaya. Orang kaya gak mau kumpul sama kita,"

Gembel memang julukan untuk Kinal. Itu karena tampilan Kinal paling kacau dan parah. Mereka pun taunya Kinal hanyalah orang biasa yang tidak punya apa-apa.

"Gak juga sih. Dia mau terima gue. Ya, kalo gak percaya tanya aja sendiri ke orangnya. Gue gak mau pamer, kasihan ntar dia di ejek,"

"Mbel, lah lo terima gitu, cewe lo pernah di kurang ajarin sama Jopi?" tanya teman Kinal yang lain. Itu membuat Kinal teringat insiden seblak waktu itu. Kinal hanya diam tak menjawab.

Pacar DurianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang