“Integrilin,” pinta Dokter Kahfi.
“Oh, i-iya, Dok.” Tapi Emi sedang memandu pemasangan kateter.
Melihat itu, Dokter Kahfi mengambil langkah sendiri dan keluar. “Lanjutkan! Biar saya yang ambil.”
Dokter Kahfi melihat Diana duduk di kursi yang terkejut seketika menurunkan celana panjangnya. “Integrilin!”Diana berdiri. “Iya, Dok!”
Dokter Kahfi kembali masuk. Diana berjalan terseok-seok memaksakan diri dengan cepat. Tapi belum lama Diana pergi, Dokter Kahfi berhenti sejenak di balik pintu, seperti baru menyadarai sesuatu lalu kembali keluar.
“Kenapa, Dok?” tanya Rizky yang heran sambil memegang mouse komputer.
“Integirlin.”
“Barusan jalan. Sedang diambilkan.”
Dokter Kahfi tidak menanggapi tapi langsung keluar menyusul Diana. Ia bertemu Diana di koridor tidak jauh dari ruang tindakan, sedang berjalan sambil memegangi tembok. “Mana Integrilinnya?”
“Ho? Di, di kulkas, Dok.” Diana terkejut.
“Ya ambilkan, dong!”
“I-iya.” Diana berbalik dengan sebelah kakinya yang tidak lurus dan terseret-seret.
Dokter Kahfi melihat dengan mengernyitkan dahinya. “Kamu kenapa sih?” Masih dengan nada bicara yang dingin sedikit galak.
“Ke-keseleo tadi, Dok.”
“Ck! Kulkasnya di mana?” suara Dokter Kahfi semakin terdengar seram bagi Diana.
“Di ruang farmalkes Dok, di ruangan saya.” Diana merunduk ketakutan, rasanya seperti ingin menangis.
Dokter Kahfi menyusul Diana. “Kalau enggak bisa hati-hati jaga diri sendiri, enggak usah jadi tenaga kesehatan!” kata Dokter Kahfi ketika berpapasan.
Diana terpaku. Tiba-tiba hatinya terasa sakit dan sedih, hampir saja dia menangis. Tapi karena takut memalukan, jadi dia tahan. Sekuat tenaga Diana menyusul Dokter Kahfi ke ruangannya. Baru sampai pintu, Dokter Kahfi sudah keluar membawa obat yang dicarinya tanpa melihat dan menegur Diana, dia berjalan cepat dan kembali ke ruang tindakan. Diana diam dan enggan untuk kembali ke sana.
Diana menghela napas berkali-kali sambil menatap monitor yang mati di meja kerjanya. Kata-kata Dokter Kahfi terus terngiang di telinganya, terasa menusuk-nusuk ke ulu hati. Akhirnya Diana menangis juga.
“Psikopat itu ... enggak punya perasaan. Masih lebih baik Mbak Emi meski pun dia bukan dokter. Aku benci psikopat itu. Lihat ya, kamu akan menyesal! Seenaknya menghakimi orang tanpa tahu masalahnya!”
Tok, tok! Suara pintu ruangan Diana diketuk.
Diana buru-buru meghapus air matanya. Emi muncul membawa kotak paket tindakan. Ia terlihat lelah dan lesu.
“Eh? Sudah selesai, Mbak?” tanya Diana.
“Sudah ....” Emi tersenyum lelah.
“Cepat sekali.”
“Pasiennya ... plus (meninggal) Mbak.”
Diana syok menutup mulutnya. Tiba-tiba Diana merasa bersalah dan menyesali keterlamabatan serta kecerobohannya selama tindakan berjalan. Mungkin itu menghambat dan mengakibatkan ini semua terjadi.
“Hhh ... Dokter Kahfi sudah berusaha semampunya. Bahkan berkali-kali resusitasi jantung sampai DC-shock segala. Tapi waktu kita sedikit. Dokter Kahfi terlihat paling tertekan. Seperti … tidak bisa menerima kenyataan kalau pasiennya sudah plus. Dia terus saja melakukan resusitasi, memanggil-manggil nama pasiennya. Kita semua melihatnya bagaimana ya ….”
Diana diam. Sedih. Diana membayangkan situasinya seperti dalam drama Korea Good Doctor, ketika Dokter Yoon Seo gagal menyelamatkan pasiennya di meja operasi, ia begitu tidak terima pasiennya meninggal dan terus bertahan melakukan CPR meski ditinggal oleh semua rekannya di ruang operasi.
“Keluarganya pasti lebih tertekan,” kata Diana.
“Ya, itu pasti. Tapi keluarga pasien sudah mengerti karena pasien sudah agak terlambat dibawa ke rumah sakit. Pasien mengira itu hanya nyeri maag atau gangguan pencernaan jadi menunda mencari perawatan selama berjam-jam. Akibatnya, malah fatal.”
“Ya, tetap saja … lelet dan cerobohku termasuk mengurangi golden time itu,” batin Diana.
“Dokter Kahfi itu, belum pernah menangani pasien sampai plus di meja operasi. Dia enggak mau itu terjadi, makanya setiap dia praktek, semua pasiennya termasuk keluarganya diedukasi tentang bahaya, pencegahan, dan penanganan serangan jantung sebelum ke rumah sakit. Dia bukan dokter yang hanya mengobati. Ini pertama kalinya buat dia.” Emi sedikit merenung. “Hmh, ya sudah, Mbak. Aku bereskan ruang tindakan dulu sama mau info ke admin.”
“Iya Mbak.”
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hater, I Love You! (#watty2019)
RomanceDiana adalah petugas farmasi di sebuah rumah sakit swasta yang dimutasi ke Unit Cathlab seorang diri. Tidak ada yang mau berpartner dengannya karena Diana terkenal judes. Di hari pertamanya bertugas, Diana menemui kenyataan bahwa dirinya telah diman...