19.Butuh Dokter.

42 5 0
                                    

Karla akhirnya bangkit dari kasur ketika suara ketukan yang terdengar tak sabaran kembali terdengar.

Gamungkin setan kan??.Fikir Karla sembari berjalan pelan pelan ke arah pintu balkon.

Karla menghentikan langkahnya tiba tiba,lalu melangkah kembali ke arah kasur untuk mengambil guling.Jika nanti yang ia temukan adalah setan,ia akan langsung melempar guling tersebut ke arah sang setan dan langsung lari sebelum setannya kembali pada kesadarannya.

Tapi jika ternyata itu maling?

Tapi masa iya sih maling mau nyuri pake ketuk pintu?,sopan amat?!.Fikir Karla.

Kini Karla sudah memegang gagang pintu.Perlahan gadis itu menarik gagang pintu untuk terbuka.Dan saat pintu sudah terbuka sepenuhnya,tampaklah pelaku yang telah mengetuk pintu balkonnya dengan rusuh.

Karla menatap geram pada si pelaku,"DASAR SETAN!" Teriak Karla sembari memukul wajah Genta dengan guling bertubi tubi.

Karla meghentikan aksinya,"NGAPAIN LO–" Belum sempat menyelesaikan kata-katanya mulut Karla sudah lebih dulu di bekap oleh Genta.

"Jangan teriak!,nanti abang lo kesini!" Peringat Genta,lalu melepaskan bekapannya.

"Biarin!biarin lo di pukulin lagi!" Sahut Karla kesal.

"Lo tega calon pacar lo sendiri mati?" Tanya Genta dengan memasang wajah sok sedihnya.

"Lo bukan calon pacar gue!" Kesal Karla."Sekarang pergi!" Lanjutnya sebelum Genta kembali berkata.

Bukannya pergi,Genta malah main masuk saja ke dalam kamar.

Karla langsung berbalik dan menyusul Genta.

"Gue bilang keluar!bukan masuk!" Omel Karla yang kini sudah berada di hadapan Genta yang tengah duduk santai di kasur gadis itu.

"Gue butuh dokter" Ucap Genta mengabaikan usiran Karla.

"Apa?!" Sahut Karla tak mengerti.

"Gue butuh dokter buat obatin luka gue" Jelas Genta sambil mendongak,menatap kedua mata indah Karla.

"Kalo nyari dokter tuh ke rumah sakit,bukan ke kamar gue!" Jelas Karla sambil membalikan badannya untuk menghindari tatapan Genta yang membuat seolah dapat membuat Karla terpesona.

"Tapi dokter guekan lo" Balas Genta sembari menatap Karla dari pantulan cermin di meja rias gadis itu.

"Gue bukan dokter lo!" Tegas Karla sembari menatap balik Genta sekilas lewat pantulan cermin yang sama.

"Sejak kita kenalan,lo udah gue klaim sebagai dokter dan penyembuh gue" Balas Genta.

"Itu pemaksaan namanya!" Kesal Karla.

"Iya,emang gue maksa" Sahut Genta dengan santainya.

Karla membalikan badannya ke arah Genta,"Kalo lo gamau pergi,gue bakalan panggil abang gue!" Ancamnya.

"Panggil aja!" Balas Genta enteng,"Tapi nanti pas abang lo dateng,gue bakalan nyium lo,biar dia mikir engga engga,terus kita langsung di nikahin!" Tambahnya lalu tersenyum penuh arti.

"Genta!" Geram Karla kesal sembari menjambak rambut Genta cukup kencang.

"Aduh!Aduh!Aduh!Sakit sayang!" Keluh Genta sembari memegangi tangan Karla yang menjambaknya.

"Genta ih!" Geram Karla lagi sembari mengentakan tarikannya sangat kencang,lalu melepaskannya,membuat Genta meringis kesakitan.

Karla dengan kedua tangan di pinggang mencoba meredakan emosinya.

To Whom Does Your Heart Fall ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang