(04) Met His Real Girlfriend

340 61 49
                                    

Mauve's POV

"Kau tampak bersemangat ya, Mauve. Jadi pacar palsu Zayn," kata Harry yang sedang berdiri disampingku yang lebih mirip seperti sedang mencibir aku. Kalau sampai beberapa menit ke depan dia membuat aku kesal, aku tidak segan menghantam kepalanya dengan menggunakan pan. "Ingat ya, Mauve. Hubunganmu dan Zayn tidak nyata."

Tadi pagi aku datang ke Mansion milik Zayn karena Zayn memintaku untuk datang. Dan sekarang Zayn meninggalkanku berdua di mansion bersama Harry. Kenapa juga dia bisa berpikir untuk meminta Harry menemani aku.

"Pagi juga, Mauve. Kau mau bilang selamat pagi 'kan."

"Semerdekamu Harry." Kurasa dia akan sakit jika tidak membuat aku kesal dalam satu hari saja. Kenapa harus aku yang dia ganggu setiap hari, padahal banyak perempuan yang kurasa siap diganggu Harry.

"Harry, kalau aku boleh tahu alasan yang lebih detail, kenapa Zayn sangat membutuhkan pacar palsu?" tanyaku pada Harry. Ia hanya diam, dan sibuk memperhatikan wafflenya di pemanggang manual.

Sebenarnya aku perlu tahu ini, kenapa Zayn melakukan ini. Sungguh, aku mau jadi pacar palsu Zayn hanya karena menganggapnya temanku sendiri dan aku melakukannya karena berniat benar benar ingin membantunya. Dia hanya mengatakan padaku kalau ia akan dikeluarkan dari agency model yang ia tempati kalau sampai ketahuan berhubungan dengan pacarnya. Aku hanya penasaran siapa gadis yang menjadi pacar Zayn itu sampai Zayn rela mencari pacar palsu hanya untuk menutupi hubungannya. Aku memang dekat dengan Zayn, namun tidak sedekat Harry. Lagipula, kalaupun aku dekat dengan Zayn bukan berarti aku harus tahu semua tentang dia. Dan aku termasuk orang yang tidak ingin terlalu tahu tentang urusan pribadi orang. Berbeda dengan Harry, tanpa aku bertanya dia akan menceritakan dirinya sendiri.

"Kemana Zayn?" tanya Harry padaku. Pertanyaanku bahkan belum ia jawab, ia kembali menimpali aku pertanyaan. Dasar menjengkelkan.

"Aku tadi melihat dia mengeluarkan mobilnya dari garasi," jawabku.

"Oh berarti hanya kita berdua yang ada disini."

"Memangnya kenapa." Aku melirik Harry, pada saat yang bersamaan dia juga melirik aku. Itu membuat aku salah tingkah. Kenapa dia justru tidak salah tingkah? Yang ada dia hanya tersenyum melihat aku. Aku benci mengakuinya, tapi Harry memang manis ketika tersenyum hanya saja jika ia tersenyum dengan durasi yang cukup lama seperti sekarang yang ia lakukan padaku, aku juga bisa muak. "Apasih Harry!"

"Kau yang apa-apaan. Kalau seseorang tersenyum padamu, kau juga membalasnya dengan tersenyum bukan dengan membentak," ujar Harry. Aku hanya menaikkan sudut bibirku.

Harry mendekatkan wajahnya pada wajahku. "Heh kau mau apa?"

Ia meletakkan masing masing jari telunjuknya di sudut bibirku. "Itu namanya senyum." aku memukul punggung tangan Harry dan kembali melanjutkan kegiatanku yaitu membuatkan sarapan untuk diriku sendiri.

"Chamomile-"

"Panggil aku Mauve," ujarku.

"Chamomile sayang..."

"Aku boleh membunuhmu, tidak?"

"Tidak boleh. Bolehnya kau jatuh cinta padaku." lihat 'kan semakin aku kesal dia akan semakin menjadi-jadi. Jika perkataan cringe dari Harry itu makanan maka aku sudah mati keracunan karena gombalan basinya. Aku hanya mendiaminya tidak mau menanggapinya.

"Chamo-" Harry langsung diam saat aku menatapnya tajam. "Iya iya. Maksudku Mauve. Uh... kita tukar sarapan, ya. Kau makan waffle buatanku dan aku makan pancake buatanmu. Kau mau 'kan Mauve."

"No. Thanks," jawabku lalu berjalan ke meja pantry. Aku membuat dua pancake, yang satunya untuk aku dan satunya lagi tentu untuk Zayn. Aku kembali melihat ke arah Harry, dia sedang meletakkan wafflenya diatas piring. Kenapa aku jadi kasihan pada dia. "Harry."

ChamomileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang