awal dari segalanya

135 20 0
                                    

"Aku harus menjelaskan apa kepada ibuku nanti?. Ibu kan sangat possessive kepadaku. Kalau aku katakan membeli suami?ah itu sangat tidak mungkin. Ibu pasti akan mengomeliku habis-habisan dan tidak akan mempercayai ini."

Sepanjang perjalanan pulang aku terus menggerutu dengan batinku. Mungkin Rion menyadari aku yang sedang bingung sedaritadi. Diapun bertanya, "Ada apa nyonya?"

"Eh tidak apa-apa," jawabku.

"Aku tau nyonya sedang memikirkan sesuatu, bicaralah kali saja aku bisa membantu." Dia memegang kedua tanganku sambil menatap aku penuh dengan keyakinan.

"Tunggu, dia memanggilku dengan sebutan nyonya ?"

"Hmm, kau harus mencoba memanggilku dengan namaku." Kataku dengan melepas genggaman tangannya.

"Namamu ? Ah, Aika?"

Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku benar-benar bingung. Aku berjalan mendahului Rion. Rasanya kepalaku mau meledak memikirkan apa yang akan terjadi jika aku memperkenalkan Rion kepada ibu.

Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas dari pikiranku.

Aku berhenti melangkah, "Ada apa?" tanya Rion yang berada disampingku.

"Rion, nanti pas ibuku muncul kau salim seperti ini kepada ibuku." aku mempraktekan cara mencium tangan kepada Rion.

Dia terdiam, sepertinya dia sedang mengingat apa yang aku contohkan. "Lalu, kamu ucapkan salam terus perkenalkan diri kamu sebagai pacarku oke?" ucapku yang masih memegang tangannya.

"Pacar ? Apa itu?"

"Kau ikuti saja apa yang tadi aku lakukan."

Rion hanya membalas dengan anggukan. Aku kembali berjalan menuju halte, dengan tangan yang masih memegang tangan Rion. Kebetulan sekali bis langsung datang. Tapi, di dalam bis hanya tersisa 1 kursi.

"Apa ini ? Apa yang mereka lakukan disini ?" Rion bertanya padaku dengan polosnya.

Sontak semua penumpang mengarahkan pandangannya kearahku dan Rion. Tidak sedikit dari mereka yang tertawa kecil bahkan berbisik pada penumpang di sebelahnya.

"Rion, disini hanya tersisa 1 kursi. Kau yang duduk atau aku ?" Kulemparkan pertanyaan pada Rion.

"Kau ingin duduk Aika?" Dia bertanya kembali kepadaku.

"Tidak kau saja," ucapku kepadanya.

Tanpa bicara lagi Rion memegang bahuku dari belakang dan mendorongku pelan menuju kursi. Dia membuatku duduk di kursi itu. Rion berpegangan pada pegangan khusus yang dibuat untuk penumpang yang berdiri.

"Tidak ada wanita yang berdiri disini, jadi biar aku saja yang berdiri."

Kami melalui perjalanan tanpa seucap kata lagi dan tidak terasa sudah sampai di halte dekat rumahku.

"Akhirnya sampai juga" Ucapku dengan lega.

Kami berjalan sedikit menuju rumahku.

"Rion, kau ingat kan yang aku praktikan tadi ?." Tanyaku dengan nada mengingatkan

"Ya"

"Baguslah"

~~~

Di dalam rumah.

~~~

"Ibu, aku pulang," ucapku.

"Aika, siapa itu?" tanya ibuku langsung.

"Tadi ibu meminta apa kepadaku? Membawa pacar bukan?" tanyaku balik kepada ibuku.

"Kamu serius?"

"Tentu saja ibu, dia pacarku." Aku memberi kode kepada Rion untuk mempraktekkan apa yang sudah aku ajarkan tadi.

Rion berjalan mendekati ibuku, lalu dia mencium tangannya. "Selamat malam ibu, saya Rion pacarnya Aika."

Ah anak yang pintar, ibuku sampai terdiam tak percaya.

"Pacar?Kau jangan bercanda Aika. Secepat itu kau dapat pacar ?"

"Serba salah! Aku belum punya pacar, ibu menyuruhku secepatnya punya. Ketika punya, ibu malah heran." Ucapku dengan kesal.

"Baiklah, Jika memang itu pacarmu. perkenalkan ibu dengan orangtuanya besok," ucap Ibu.

"Sudah kuduga ini akan terjadi."

"Baiklah, Besok aku akan suruh dia perkenalkan orang tuanya."

Aku memasuki kamar sementara Rion terdiam di ruang tamu.

"Aika, Jangan masuk kamar. Kamu ini bagaimana?Suruh pacarmu pulang terlebih dahulu." Suara ibu memecahkan keheningan malam.

"Besok malam saya tunggu kehadiran ayah dan ibumu," ucap ibu setelah itu ia masuk kedalam kamarnya.

"Aduh bego gua, gua taro mana lagi nih Rion." ucapku sambil bergerak kekanan dan kekiri seperti orang bingung.

"Aku bisa tidur di samping mu atau di kolong kasur mu," jawab Rion.

Aku terdiam mendengar jawaban Rion. Aku mengecek kedalam rumah memastikan ibu tidak keluar dari kamarnya. Setelah merasa Aman aku mengambil ponsel dan dompetku menarik Rion pergi dari sini.

"Kita mau kemana Aika?" tanyanya yang masih berusaha mensejajarkan langkahnya denganku.

"Pergi menjauh dari rumahku," ucapku sambil melirik ke kanan dan kiri.

Aku bingung harus membawa Rion kemana. Aku jongkok di pinggir jalan ini. Aku bingung, tidak bisa berfikir.

Ponselku bergetar, bertanda ada sebuah notifikasi yang masuk. Aku mengeceknya, ternyata dari Tera teman kantorku.

jangan sampai telat besok!

Ah, keberuntungan sedang berada di pihak ku sekarang. Aku segera menelpon Tera.

"Kenapa?" tanya Tera yang berada di ujung telpon ini.

"Aku mau kerumah mu sekarang,"

Aku berbicara menjelaskan sedikit yang terjadi. Lalu aku menutup telponnya dan menuju rumahnya.

Tbc...

HusShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang