I

1.2K 87 26
                                    

"Apa yang kau lakukan pada tubuhku, bangsat?!"

Teriakan Taehyun menggelegar. Tak ada yang lebih membuatnya murka petang ini kecuali keadaan tubuhnya yang terasa menjijikan ketika ia terbangun. Taeyong, jalang itu. membuat tubuh indahnya dipenuhi oleh bercak merah keunguan di sekitar leher dan dadanya.

Sial.

Gosokan keras kembali Taehyun layangkan di leher dan di beberapa titik hingga kulitnya terasa panas. Ia merasa sesuatu di dalam hatinya siap meledak. Namun yang dapat ia lakukan hanyalah merutuki Taeyong dengan sepenuh hati ketika berada di kamar mandi di sepanjang sore itu.

"Taeyong sialan." Desisnya.

Rahangnya kian mengeras mengingat setidaknya butuh waktu tiga hari untuk membuat bekas ini benar-benar menghilang dari tubuhnya.

Kerutan dalam di kening Taehyun masih terlihat jelas ketika keluar dari kamar mandi. Memilih turtleneck berwarna abu dan jas semi formal berwarna hitam untuk membalut tubuhnya.

"Aku akan kencan dengan Yeri malam ini, jangan berani-berani muncul." Suara tegas Taehyun memperingatkan. Ia tengah berdiri di depan kaca besar di ruang ganti di dalam kamarnya. Menyemprotkan parfum di beberapa bagian tubuhnya hingga terakhir di bawah pergelangan tangan. Namun hingga beberapa detik, tak ada suara yang ia dengar.

"Lee Taeyong, kau dengar?"

Gerakan tangan Taehyun terhenti ketika menyisir rambut legamnya dengan jari. Setitik rasa mengganjal hati Taehyun ketika tak mendengar jawaban apapun dari pemuda itu.

"Ya! Lee-"

"Iya, aku dengar." Suara lemah muncul diantara mereka.

Taehyun menghela napas berat. Ia benci ketika rasa khawatir itu muncul dan melukai harga dirinya, Taehyun hanya benci dengan keadaan Taeyong yang lemah. Dan yang paling buruk dari semua itu adalah kenyataan bahwa keadaan Taeyong juga akan berdampak pada dirinya.

"Tck, dasar tak berguna." Taehyun berdecih. Lalu bergerak lambai ke arah lemari besar yang berisi sepatu. Sebenarnya Taehyun sadar, hal yang ia lakukan tentu membuat Taeyong kesakitan dan membuat kondisi tubuhnya semakin tak stabil. Namun ia tak memiliki pilihan lain. Ia tak ingin kembali membatalkan janjinya dengan Yeri. Karena seingatnya, gadis itu telah berusaha sebaik mungkin untuk membuat pesta kecil di hari jadi ke 100 mereka.

****

Pada suatu malam Taeyong terbangun, dan hal pertama yang ia rasakan adalah kepalanya yang terasa sangat berat. Seperti di timpa oleh ribuan bebatuan yang menyiksa dari tengkuk hingga keningnya. Perutnya pun perlahan terasa bergejolak, mulai terasa panas dan tak nyaman.

Taeyong berusaha untuk bangkit, kamarnya terlihat gelap namun dari balik bias cahaya malam Taeyong dapat melihat betapa berantakannya lantai kamarnya. Taeyong memejamkan mata. Ia tak dapat menyalahkan Taehyun yang memang bukan tipe pria yang memikirkan kebersihan. Pemuda itu tidak pernah memikirkan hal lain kecuali penampilannya yang sempurna. Taeyong paham hal itu.

Jam menunjukkan angka satu tengah malam. Tak ada yang dapat Taeyong dengar selain suara hewan malam dan suara daun yang saling bertabrakan dari luar jendela. Napas Taeyong memecah keheningan, kali ini lebih berat dari sebelumnya. Taeyong merasa lemas, ia ingin kembali tertidur. Tapi kamar yang lebih pantas disebut kapal pecah ini membuat Taeyong tak tahan. Sesuatu yang kotor dan berantakan. Itu membuatnya merasa tak tenang dan sesuatu dalam dirinya membuat Taeyong akhirnya berdiri dan membereskan kekacauan itu.

"Waktumu hanya satu pekan"

Taeyong mendengar suara Taehyun dari sudut kepalanya. Terdengar seperti perintah seorang komandan kepada prajurit. Tegas dan tanpa bantahan.

ETHEREAL (JAEYONG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang