"Aku merindukanmu, Taeyong-ah,"Kyungsoo memeluk lembut punggung sempit Taeyong dengan sayang. Tentu ia terkejut ketika mendapati adiknya datang bersama Taeyong ke ruang kerjanya. Seingatnya, beberapa hari lalu Ten masih mengatakan bahwa Taehyun masih menahan Taeyong.
Taeyong tertawa pelan. Kalimat itu menjadi akrab di telinganya belakangan ini.
"Bagaimana perasaanmu?"
Kyungsoo bertanya ketika membaringkan Taeyong di ranjang. Memeriksa pernapasan serta detak jantung Taeyong untuk melihat keadaan pemuda itu. Ketika melihat mata Taeyong, Kyungsoo merasa prihatin. Pemuda ini seumuran dengan adiknya, namun tubuhnya jauh lebih kurus dan terlihat lemah.
Kyungsoo tak dapat berbuat banyak, sebagai seorang Psikiater, Kyungsoo hanya mampu membuat mental Taeyong lebih stabil. Dan tentu hal itu ia harap akan sedikit banyak berdampak pada kesehatan Taeyong juga.
"Jauh lebih baik," Taeyong berkata, turun dari ranjang lalu duduk di kursi yang bersebrangan dengan Kyungsoo. "Ini berkat Ten yang membantuku, hyung." Taeyong menoleh kearah Ten yang duduk di sofa tak jauh dari mereka. Taeyong berkata yang sebenarnya, Taeyong selalu berterimakasih pada Ten yang selalu memiliki andil besar dalam merawatnya.
"Jangan perdulikan aku," Ten berdengus. Ia sedang duduk di sofa dan tak begitu tertarik dengan yang dilakukan Kakaknya pada Taeyong. Ia kembali sibuk membalas pesan Johnny tentang jadwal kekasihnya dan kencan mereka.
Ten hanya selalu merasa seolah tak terlihat jika Taeyong sedang bersenggama dengan Kyungsoo. Sejak dulu Kakaknya lebih memusatkan perhatiannya pada Taeyong, bahkan mereka terlibat dalam dunia mereka sendiri beberapa menit yang lalu tanpa memperdulikan Ten yang juga berada disana. Sebenarnya Ten tak terlalu ambil pusing, ia tau semua orang memang menyayangi Taeyong.
"Ingat umurmu, Ten. Jangan merajuk seperti bocah." Kyungsoo menatap malas pada Adiknya. Ten hanya mengangkat bahu.
"Jadi, kali ini ia memberimu waktu berapa lama?" Kyungsoo kembali memberikan atensinya pada Taeyong.
Taeyong tersenyum sebelum menjawab. "Satu pekan." Jawabnya pelan. Kyungsoo mengangguk. Tak ingin ikut campur dalam masalah mereka. Kyungsoo mulai menulis resep yang ia rasa diperlukan Taeyong.
"Tapi, Taeyong bilang kali ini ia tidak akan menurut pada Taehyun, hyung." Timpal Ten tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Benarkah?" Kyungsoo sedikit terkejut. Lalu menatap Taeyong seolah meminta keterangan yang lebih jelas dari pemuda itu tentang perkataan sang Adik. Taeyong mengangguk pelan.
"Ada yang ingin ku selesaikan" ucapnya malu-malu. Taeyong mendapat inspirasi tentang lukisan yang akan menjadi karyanya untuk acara pameran akhir tahun. Lebih dari itu, Taeyong tak ingin mengecewakan Chanyeol sebagai memilik galeri seni yang menampung karya-karya nya selama ini. Seingat Taeyong, project kali adalah salah satu yang terbesar yang pernah galeri itu lakukan. Selain karena akan dilaksanakan di salah satu gedung seni terbesar di Italia, mereka juga akan mengundang hampir seluruh seniman dari belahan dunia untuk berkumpul disana.
Taeyong selalu menantikan pameran ini. Salah satu impian Taeyong sejak menyukai dunia lukis adalah melihat bagaimana pengujung berdiri di depan lukisannya dengan pandangan takjub. Walau Taeyong cukup sering melihatnya, perutnya selalu merasa sesuatu yang membuncah dan selalu menginginkan hal lebih. Taeyong ingin hadir di disana.
"Kau tau bagaimana Taehyun, kan?" Suara Kyungsoo memperingatkan. Taeyong merasa tertampar dengan kenyataan yang tak semulus seperti yang ia bayangkan. Taeyong kembali mengangguk, tentu ia paham bagaimana Taehyun ketika Taeyong tidak menurutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL (JAEYONG)
FanfictionNot as simple as you think. BxB Story. Big thanks to @lovlana for a amazing cover❤