Prolog

47 7 0
                                    

Langit terlihat kusam sore hari ini. Gumpalan awan hitam di atas sana terlihat lebih tebal daripada hari-hari sebelumnya, kakek tua itu yakin sebentar lagi akan terjadi badai.

Dengan langkah pelan, Hiruzen berjalan menembus hutan Kematian untuk menuju rumah papan yang berada tak jauh dari sini. Kulitnya yang sudah mengerut dapat merasakan butiran air yang mulai menetes kian lebat tiap detiknya, bahkan membuat jubah kusam hitam yang ia kenakn mulai basah secara perlahan.

Bunyi petir turut mengiringi rentetan peluru air yang mengarah ke bumi, sekarang badai telah benar-benar terjadi dan Hiruzen tidak menyukai hal itu. Tidak ingin berlama-lama dibawah langit yang sedang menangis, kakek tua tersebut mulai merapal mantra dan secara perlahan tubuhnya terangkat ke udara.

"Wind magic : Wings"

Dengan bantuan sihir angin dan beberapa mantra kuno, hukum gravitasi tidak berlaku pada tubuhnya. Hiruzen mulai terbang dengan kecepatan tinggi membelah rimbunnya hutan.

Jduaaar

Sebuah bunyi ledakan di sisi Utara hutan membuat Hiruzen menghentikan kegiatan terbangnya. Gelombang angin terhempas dari titik pusat ledakan, menabrak dengan laju setiap benda yang ada dalam jangkauannya. Dari celah daun dan pepohonan Hiruzen melihat sebuah petir kuning menyambar... — tidak, petir itu lebih seperti sebuah laser yang menghujami tanah tanpa ampun.

Bahkan sudah dua menit berlalu semenjak Hiruzen melihat petir tersebut, cahayanya masih berpendar dengan terang. Tidak ada tanda-tanda bahwa energi itu akan menghilang.

Setelah hampir setengah jam, petir tersebut mulai memudar dan akhirnya menghilang. Hiruzen berniat ingin meneruskan perjalanan yang tertunda, namun lagi-lagi muncul keanehan dari sisi Utara hutan ini. Kali ini Hiruzen dapat merasakan gumpalan mana yang sangat besar dari sebuah makhluk hidup, mana itu terasa begitu liar dan tidak terkendali.

Dengan didorong oleh rasa penasaran, Hiruzen mengubah arah tujuannya yang semulanya ingin pulang kini berbelok ke sumber pancaran mana misterius yang ia rasakan sebelumnya. Tempatnya tak begitu jauh jika ditempuh dengan kecepatan terbang yang Hiruzen punya, dia hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit hingga sampai di tempat ini.

Sebuah kawah tercetak dengan luas diameter kira-kira 100 meter, Percikan listrik kuning masih terlihat di tanah yang basah akibat hujan. Dan, yang membuat Hiruzen terkejut adalah terdapat seorang bayi yang berada di pusat dari kawah tersebut. Jaraknya cukup jauh dari tempatnya sekarang, Namun dia tahu itu adalah seorang bayi dikarenakan tangisannya yang cukup kencang meski agak samar karena bunyi hujan.

Tanpa menunggu waktu lebih lama , Hiruzen terbang menghampiri sang bayi yang saat ini menangis kencang dibawah guyuran hujan. Dapat Hiruzen lihat bayi itu masih belum memiliki rambut, tetapi tali pusatnya sudah terpotong dengan rapi. Pandangannya menjadi sendu sekaligus marah disaat bersamaan, siapa yang tega membuang bayi di hutan Kematian yang dikenal sebagai sarangnya Monster kelas tinggi.

"Kasihan sekali kau, bayi kecil."

Hiruzen mengendong bayi yang masih menangis itu ke dalam pelukannya, jubahnya ia jadikan sebagai pelindung sang bayi dari tetesan hujan yang bisa saja membuat bayi ini terkena demam. Sebuah tatto petir kuning di dadanya membuat Hiruzen terpana sejenak, sungguh tanda lahir yang unik.

Dan entah kenapa, ada sebuah dorongan yang membuat Hiruzen ingin mengasuh bayi ini. Hiruzen tersenyum, lalu mengusap pipi gembul bayi lucu ith dengan tatapan teduh.

"Naruto ... Kaminari Naruto, mulai saat ini kau akan menjadi cucuku" ucap Hiruzen mantap dan kembali melesat terbang menuju kediaman kecilnya.

11 years later

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KaminariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang