6. Polimer, voli, dan poligami

178 30 20
                                    

Polimer

Itu adalah Kata yang ditulis dengan huruf besar ala grafiti di papan tulis. Kalian tidak akan menyangka siapa yang menulis itu, beliau adalah Pak Fb. Guru kimia yang jiwa mudanya belum padam. Dan pada hari ini materi pembelajarannya adalah kata yang ditulis dengan gaya grafiti itu. Hari ini Bu Lulu berhalangan hadir, jadilah pak Fb datang menggantikan beliau.

"Ada yang tahu pengertian polimer?" tanya pak FB.

Krik... krik... tidak ada yang mengacung. Sebenarnya aku tahu pengertiannya, hanya saja aku tidak bisa menyusun kalimat yang enak didengar untuk menjelaskannya. "Udin, jelaskan." Mampus kau Udin.

Dengan gaya stay cool Udin berdiri. Aku yakin aslinya Udin sedang ketar-ketir. "Polimer adalah gabungan dari monomer dengan rantai yang panjang."

"Tepat." Walau menyebalkan, tidak bisa dipungkiri kalau Udin ini sangat pintar. "Polimer ini dibedakan berdasakan beberapa kategori. Yang pertama dibedakan berdasarkan jenis polimernya. Ada homopolimer, yang artinya polimer itu hanya terdiri dari satu jenis monomer. Lalu ada kopolimer, polimer ini disusun dari dua jenis polimer atau bisa juga lebih dari itu."

"Selain itu, polimer juga dibedakan berdasakan sifatnya." Pak Fb mulai menulis di whiteboard. Kali ini tidak pakai gaya grafiti, beliau memakai gaya standar. "Ada Termoplastik, dan?"

Tangan Izat teracung tinggi. "Sembilan sepuluh molekul atom terpeleset, termoset."

"Benar!" Pak Fb kembali menulis beberapa kata di papan tulis. "Izat, tolong jelaskan apa itu termoplastik dan apa itu termoset." Izat sudah bersiap membuka mulut, namun Pak Fb menyelanya. "Tolong jangan pake pantun."

"Intinya sih gini pak. Kalau termoset itu kalau dibakar langsung hangus. Kalau termoplastik kalau dibakar bisa dibuat jadi bentuk lain." Jangkrik lagi-lagi berbunyi. "Membedah atom bersama Asih, bener nggak sih?"

"Ya bisa disimpulkan begitu. Tapi untuk keterangan lebih jelas, kalian bisa baca dibuku." Pak Fb tersenyum pada kami, nampaknya beliau sedang berbahagia. "Bapak lihat kalian sudah lumayan paham tentang materi polimer. Bapak percaya kalau kalian bisa memperdalam sendiri materi ini. Maka dari itu bapak sudahi bimbingan hari ini."

"Hah?" kami semua tercengang, minus Udin.

"Kenapa, nggak mau?"

"Ora kaya kue pak, Biasane kan kalo sama bu Lulu iku balike nyampe sore pak," ucap Sukenti.

"Pergi kebukit mencari mangan, ada apa gerangan?"

"Biasanya sama Bapak juga sampe sore. Tapi khusus hari ini tidak begitu. Dan bukan berarti karena bimbingan berakhir kalian bisa pulang begitu saja. Kalian masih punya tugas disini."

"Satu dua-"

"Tugas apa pak?" tanpa dosanya Herdi memotong pantun Izat yang baru dua kata.

"Tugas mendukung tim voli sekolah kita yang sedang sparing."

"Siaplah!" Seru Herdi.

"Ikhlas lahir batin kaya kie sih pak!"

"Ernest Rutherford makan ikan kakap, siap!"

"Pak kalau izin pulang boleh nggak? Saya tidak berminat nonton voli."

Udin memang spesies manusia yang langka.

****

Tak kusangka alasan sebenarnya mendukung tim voli adalah karena si Junedi. Pak Fb sengaja mengajak anak bimbingan olimpiade minus Udin, untuk menonton pertandingan ini guna mendukung Junedi. Bukan hanya kami yang menonton. Banyak yang menonton pertandingan ini. Mungkin karena dua alasan. Pertama karena Junedi, dan yang kedua karena lawannya adalah rival abadi sekolah ini.

𝐓𝐞𝐞𝐧𝐟𝐢𝐜 ❝Chemistry❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang